Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harry Potter and the Philosopher's Stone | ||
Pengarang | : | Joanne K. Rowling |
Penerbit | : | Bloomsbury Publishing Plc. London (1997) |
Sepucuk surat! Harry Potter terperangah tak percaya menatap namanya yang tertera di sebuah amplop yang ia temukan dalam kotak surat keluarga Dursley. Sampai hari itu, tepat sebelas tahun usianya, Harry Potter tak pernah punya kerabat atau teman yang mungkin mengirim surat itu.
Selama ini Paman Vernon, Bibi Petunia, dan sepupunya, Dudley, telah memastikan sedemikian rupa sehingga tak satu pun peduli terhadap Harry Potter, sang bocah laki-laki dengan tanda lahir berbentuk petir di dahinya. Dia adalah seorang bocah yang ditemukan tergeletak di pintu rumah ketika masih bayi dan dibesarkan dengan terpaksa oleh keluarga Dursley. Namun, sebelum Harry Potter sempat membaca isi surat untuknya, si paman merebut surat tersebut dan merobek-robeknya lalu memerintahkan Harry Potter tanpa makan malam kembali ke "kamar"-nya, yaitu lemari sempit di bawah tangga yang pengap dan penuh laba-laba.
Tetapi ajaib, bahkan ketika keluarga Dursley melarikan diri ke pondok terpencil yang nyaris ambruk di tengah laut diamuk badai, serangkaian surat demi surat mengejarnya terus. Kali ini Hagrid, seorang raksasa berewokan, bahkan datang sendiri untuk mengantar surat sekaligus menjemput Harry Potter dan membawanya ke sebuah tempat yang mengubah jalan hidupnya, yaitu Sekolah Ilmu Gaib dan Kepenyihiran Hogwarts (Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry). Bocah berkekuatan gaib itulah identitas yang selama ini disembunyikan dari Harry Potter, seorang legenda hidup yang selamat secara ajaib dari Voldermont sang penyihir keji.
Lembar demi lembar buku setebal 223 halaman ini membawa pembaca menuju petualangan Harry Potter yang mendebarkan. Dan buku inilah yang kemudian membawa jutaan anak di puluhan negara terbawa ke dunia baru yang kini dikenal sebagai Dunia Harry Potter.
Hal-hal khayali seperti burung hantu berbulu salju sang pembawa pesan, topi ajaib, sekolah dengan ruangan dan tangga yang selalu bergeser dan berpindah tempat, aneka rupa mantra sihir, hantu penunggu asrama, anjing buas berkepala tiga, jubah ajaib yang membuat pemakainya tak terlihat, naga penyembur api dan kuda bertanduk satu, muncul liar silih berganti, membuat cerita anak yang bermula dari coret-coretan Joanne K. Rowling saat berada di sebuah kedai kopi itu sungguh memikat. Pesan moral seperti solidaritas, kerja sama, kejujuran, saling membantu, dan jiwa satria menyelinap apik, tanpa terperangkap jadi sekadar slogan yang menjemukan. Alur kisah ini sungguh menarik. Para tokoh antagonis mendapatkan hukuman yang setimpal, sementara Harry Potter yang hidup penuh siksa dan derita menjelma sebagai pahlawan yang dielu-elukan di akhir cerita.
Tak mengherankan apabila Harry Potter and the Philosopher's Stone (kemudian terbit dengan judul Harry Potter and the Sorcerer's Stone) merebut berbagai penghargaan, antara lain Gold Award Winner dari Smarties Book Prize, National Book Award, dan Children's Book Award. Buku ini memang agak berbeda dengan buku anak-anak yang lazimnya diberi ilustrasi. Toh, hal tersebut tak banyak mengurangi nilai buku karena buku seperti ini akan memperkaya imajinasi anak. Lewat tangan apik Joanne K. Rowling, Harry Potter mengajar tanpa menggurui, tentang kebebasan imajinasi dan nilai-nilai mulia dari kehidupan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo