SEJUMLAH kaum radikal, misalnya Boris Kurashvili, menyesalkan kegagalan pemerintah untuk mengakhiri kekurangan pangan yang menghebohkan kegagalan menyusun sistem harga baru dan kegagalan untuk secara umum menghilangkan sistem ekonomi komando USSR. Dua tahun lalu, misalnya, pemerintah mengumumkan apa yang secara implisit merupakan program revolusioner. Yakni bahwa kaum petani tak harus berlama-lama lagi kerja di ladang-ladang kolektif, tapi bisa menyewa tanah selama lima puluh tahun. Menurut angket yang baru-baru ini diedarkan oleh sosiolog ekonom terkemuka Tatyana Zaslavskaya, hanya sebagian kecil fraksi di kalangan publik Soviet yang menyambut dekrit baru. Namun ini, seperti dikatakan oleh banyak ahli ekonomi pada saya, bukan karena para petani Soviet menentang pemilikan tanah, tapi karena mereka tetap amat curiga terhadap sewa-menyewa yang diumumkan. Para birokrat lokal di ladang kolektif dan ladang pemerintah yang mengurus reformasi itu melakukan pembatasan beragam, antara lima dan lima belas tahun, pada sebagian besar tanah yang disewakan. Tak ada jaminan bagi para petani bahwa tanahnya kelak tak akan diambil. Dan bahwa ia tak dipaksa menanam biji-bijian atau produk lain yang dikehendaki negara, lalu menjualnya dengan harga pasar. Sejumah ahli ekonomi yakin, hanya dengan menghapus pertanian kolektiflah -- seperti di Cina -- petani akan terdorong untuk memproduksi makanan lebih banyak. Hal yang saya rasa paling mendasar bukanlah kritik-kritik radikal yang siap tertuju pada Gorbachev. Para pengritik itu telah memberi Gorbachev "kredit" untuk memulai proses perubahan paling meluas dalam arah USSR. Dan untuk mendapatkan sejumlah besar keberhasilannya. Shmelev, misalnya. Ia memang mengkritik sistem kooperatif baru. Tapi ia menyambut sistem yang beranggotakan jutaan orang itu,"sebagai gebrakan paling sukses dalam membentuk insentif di Uni Soviet." Berbagai perusahaan, mulai dari pabrik sepatu hingga industri pemrosesan fotografi, telah siap untuk berjalan dengan prinsip keuntungan. Joint venture dengan investor asing -- yang ada sekarang, partner Barat mulai boleh menguasai mayoritas saham bertumbuhan. Terutama dengan Jerman Barat. Dan ketentuan baru joint venture, yang terasa efeknya April ini, menjanjikan untuk mendorong proses ini bahkan lebih jauh. Sejumlah "zone ekonomi bebas" telah diciptakan. Di situ, transaksi dengan usaha-usaha asing dibebaskan tanpa campur tangan pihak pemerintah. (Estonia telah menandatangani kontrak dengan Aer Lingus hal pertama dalam sejarah Uni Soviet). Janji lama reformasi: akan membiarkan harga yang ditentukan oleh permintaan terhadap setiap produk ditangguhkan. Ini tentu mengancam prinsipperestroika. Namun, sejumlah rencana buat menyusun mekanisme harga baru telah dirancang dan ramai didiskusikan pers Soviet. Para ekonom seperti halnya Smelev dan Popov telah menyusun sejumlah proposal untuk mengimpor makanan, agar kebutuhan konsumen segera terpuaskan. Ini ditolak Gorbachev. Biarpun begitu, para ekonom setuju dengan pandangan Gorbachev. Yakni bahwa negara butuh perombakan dalam sistem produksi dan distribusi, dan tak usah menampik Barat -- seperti halnya di jaman Brezhnev -- untuk keluar dari kesulitan. Tentu saja, kaum radikal tidak menyalahkan Gorbachev untuk segala macam kompromi dan kemunduran. Namun, mereka mengkritiknya untuk "kebegoan" dan "kekurangsensitifan" pemimpin itu dalam menangani kobaran nasionalisme, seperti yang terjadi pada orang-orang Baltik dan Armenia. Banyak yang menilai, Gorbachev telah berbuat banyak dan meyakinkan setahun lalu. Yakni pada saat protes pertama soal kehidupan orang Armenia di kantung Nagomo Karabakh di Azerbaijan, yang ingin menjadi bagian dari Republik Armenia, meledak. Lalu pada tanggal 19 Januari pemerintah Soviet mengumumkan bahwa Nagomo Karabakh akan ditempatkan di bawah kekuasaan tertinggi Soviet. Sebuah konsesi bagi orang Armenia yang sangat jelas, dan akan berpengaruh pada administrasi wilayah itu. Pada tanggal 12 Februari, The New York Times menampilkan tulisan korespondennya di Moskow, Bill Keller, tentang seorang wanita yang mampu membujuk pemilih di satu distrik pemilihan, sehingga mengalahkan kandidat lokal dari partai. (Maka terjadi debat sengit). Sewaktu pimpinan partai mencoba menghentikan perdebatan, seorang pensiunan berumur 74 tahun, Vladimir Lovin, meraih mikrofon dan menyembur membungkamkan semua orang: "Kita telah menunggu selama 70 tahun untuk ini, dan sekarang mereka mau menutup mulut kita." Ini, tulis Keller, "adalah pasang naik." Kisah-kisah serupa tentang pertemuan pemilihan yang menghebohkan di sejumlah pabrik dan perusahaan ramai dimuat pers Soviet sejak Desember hingga Januari. Kesannya, sebuah harapan membeludak di Moskow. Namun, harapan itu bukanlah harapan bahwa kehidupan mendadak berkembang. Gorbachev sendiri bilang, tak bakal ada perkembangan ekonomi yang jelas dalam empat tahun. Ini berarti kekurangan bahan pangan dan barang-barang kebutuhan konsumen akan terus berlanjut, dan tetap merupakan sumber kemarahan dan gangguan. Harapannya hanyalah: prospek lembaga-lembaga penting sedang berubah. Betapapun lambat. Dan penduduk akan semakin menyokong perubahan dan reformasi. Praktis setiap orang setuju bahwa kondisi negeri itu sangat buruk. Tapi sebagian besar slogan yang mengimbau masyarakat umum adalah "jangan menguncang perahu ini". Permintaan prakarsa bisnis ini akan merupakan kunci buat mengembangkan ekonomi secara baik. Situasi petualangan ini mungkin oke-oke saja buat "orang-orang yang terlihat berotot". Tapi tidak bagi orang-orang yang tetap merasa bahagia untuk antre menuruti jalur guna mendapatkan kebutuhan dasar. "Kami sedang melakukan transaksi dengan masyarakat," kata Yuri Bandura, deputi editor Moscow News pada saya. "Itu kemandekan dalam stereotipe berkarat, dan ketakutan pada semua ide baru." Saya tinggalkan Moskow dengan riang sekaligus khawatir. Yang meriangkan adalah: makin lenyapnya -- secara bertahap -- ketakutan, kebohongan, serta sikap hipokrit. Juga karena saya lihat satu tingkat kebebasan yang tak seorang pun -- baik saya maupun para ahli Soviet yang saya kenal -- memperkirakan akan timbul begitu lancar dan begitu dramatis pada waktu yang begitu pendek. Kendati proses itu masih sempoyongan dibayangi berbagai kenyataan yang mengancam. Pada hemat saya, tak seorang pun -- baik di Barat maupun di Uni Soviet -- dapat memperkirakan secara tepat, hasil dari apa yang sedang terjadi di Uni Soviet sekarang. Tak seorang pun dapat menaksir kekuatan pandangan yang menentang reformasi, di satu pihak, dan yang mendorong -- baik yang radikal maupun "garis tengah" -- di pihak lain.ZUC
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini