Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hendropriyono Mata Rantai Pertemuan

9 Februari 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HASTO Kristiyanto menyusun keterangan untuk semakin menyudutkan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad. Disampaikan kepada Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu pekan lalu, pernyataan tujuh halaman diketik sendiri oleh politikus 49 tahun ini selama dua jam. Isinya: pertemuan politik yang, menurut dia, dihadiri Samad pada masa pemilihan presiden, pertengahan tahun lalu.

Kolega-koleganya di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tak urung mempertanyakan motif Hasto. Sebagai pelaksana tugas sekretaris jenderal partai itu, Hasto dianggap mewakili partai untuk berhadapan dengan komisi antikorupsi. Namun mantan Sekretaris Tim Transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla ini menyebutkan, "Ini saya lakukan atas nama pribadi."

Hasto menyatakan merasa terusik oleh keputusan KPK yang menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka perkara suap dan gratifikasi. Ia menuduh keputusan itu diambil berdasarkan dendam Samad yang gagal menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo. "Apalagi ia menyebut pertemuan-pertemuan politik itu sebagai fitnah," kata Hasto kepada Jobpie Sugiharto, Bagja Hidayat, dan Ananda Teresia dari Tempo pada Kamis pekan lalu.

Tudingan adanya pertemuan politik Abraham Samad dan politikus PDIP awalnya muncul di blog dari orang bernama Sawito Kartowibowo. Itu nama samaran Anda?

Oh, tidak. Titik dan koma yang ditulis di blog dan yang saya tulis kan beda.

Substansinya sama. Apakah Sawito tim Anda?

Substansinya memang sama. Saya tak kenal dia. Saya juga tak punya tim.

Mengapa Anda menceritakan hal ini?

Saya lihat cara Samad mengumumkan penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka. Sorot matanya, gerak bibirnya, sangat emosional. Saya melihat itu merupakan dendam pribadi. Ada motif. Dan penetapan tersangka itu dilakukan sebelum ada pemanggilan saksi-saksi. Apalagi, dari penjelasan Polri, kasus Budi Gunawan sudah clear sejak Juni 2010.

(Transaksi mencurigakan di rekening Budi Gunawan dinyatakan tak bermasalah oleh Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI meski banyak kejanggalan dalam penjelasan sang Jenderal.)

Dendam kepada siapa?

Kepada Budi Gunawan. Sebab, saat saya memberitahukan bahwa dia tak menjadi calon wakil presiden, Samad mengatakan bahwa dia tahu siapa yang mengganjalnya. Ia menyatakan telah menyadap telepon orang itu. Dia sebut nama Budi Gunawan. Dia bilang, "Saya akan habisi dia." Itu yang dia katakan. Saya punya saksi.

(Samad membantah semua tuduhan Hasto dan menganggapnya upaya kriminalisasi. "Kenapa baru diungkapkan sekarang, setelah KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka?" katanya dua pekan lalu.)

Apakah Budi Gunawan berperan sentral memuluskan Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden Jokowi?

Tidak juga. Sebab, keputusan ada di partai pendukung: Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan PDI Perjuangan.

Jadi, karena Budi Gunawan jadi tersangka, Anda membuka cerita ini?

Terutama setelah Samad mengatakan bahwa pertemuan dengan saya itu fitnah. Pejabat publik tidak boleh bohong. Maka kemudian saya melakukan konsolidasi dengan orang yang pernah terlibat dalam pertemuan itu. Saya tidak pernah sendirian.

Siapa?

Pak Hendropriyono. Sebab, dia salah satu yang ditemui Abraham Samad dari enam kali pertemuan dengan PDI Perjuangan. Dia termasuk mata rantai pertemuan itu.

(Hendropriyono kepada Tempo mengatakan pernah bertemu empat mata dengan Samad.)

Dalam undangan jumpa pers ketika Anda mulai membuka hal ini, tercantum nama Hendropriyono. Mengapa ia tak hadir?

Dia berobat ke Singapura, infeksi punggung. Jadi saya sendiri yang berbicara. Tapi dia mengizinkan namanya dikutip untuk materi jumpa pers.

Mengapa Hendropriyono dianggap penting ditemui Samad?

Mungkin dianggap punya link ke dalam PDI Perjuangan.

Anda mendiskusikan langkah ini dengan Hendropriyono termasuk dampak setelahnya?

Pokoknya, saya bilang bergerak karena keyakinan. Saya harus mengungkapkan kebenaran. Jadi tidak dibahas apa implikasinya. Saya sadar rilis ini sesuatu yang sangat berat. Maka sejak awal saya menegaskan posisi politik. Bendera PDI Perjuangan saya singkirkan, hanya ada bendera Merah Putih. Saya sadar melakukan ini adalah pertaruhan politik saya, jabatan, tanggung jawab pribadi, moral, dan etik.

Tapi tetap saja ada anggapan ini PDIP versus KPK ....

Pasti framing-nya diciptakan seperti itu. Padahal saya mengungkapkan bahwa pertemuan itu adalah pelanggaran etik pemimpin KPK. Apalagi, dalam pertemuan itu, Samad menyinggung kasus Emir Moeis, bahwa ia telah membantu Emir sehingga hukumannya ringan.

Anda tampaknya terus menyerang KPK?

Pertanyaannya: apakah KPK bersih dari kepentingan politik di luar? Kasus bocornya surat penyidikan Anas Urbaningrum merupakan bukti bahwa KPK juga bisa menjadi alat kepentingan politik dengan menggunakan korupsi sebagai isu utama. Sewaktu pemilihan menteri, ada yang distabilo merah dan kuning tanpa ada penjelasan.

Bukankah penetapan tersangka di KPK diputuskan bersama, tidak hanya oleh Samad....

Yang lain ragu, sebenarnya. Saya mendapat informasi juga dari dalam. Pandu Praja sedang pergi, Zulkarnain ragu, Bambang Widjojanto bahkan awalnya ragu. Hanya Samad yang ngotot Budi Gunawan tersangka.

Dengan Anda membuka ini, seakan-akan PDIP menyerang KPK dari sisi etik, dan polisi dari sisi pidana ....

Itu framing. Tapi ada garis tegas ketika saya mengadakan konferensi pers. Saya menarik garis untuk memisahkan KPK dan partai.

Anda membela Budi Gunawan?

Tidak, saya bukan orang yang membela Budi Gunawan. Ini karena proses yang tidak proper dan ambisi politik tadi.

Karena Budi Gunawan orang dekat Megawati?

Bukan. Saya melihat KPK ternyata tidak bisa lepas dari kepentingan politik di luar.

Anda bertemu dengan Budi Gunawan dan para penyidik polisi untuk membicarakan langkah ini?

Saya tak pernah bertemu dengan Budi Gunawan.

Sewaktu Presiden mengumumkan penundaan pelantikan Kepala Polri di televisi, bukankah Anda di ruang kerja Budi Gunawan….

Hari itu saya bertemu dengan Pak Muradi, anggota Tim Transisi, di Blok M.

Setelah rilis Anda, esoknya polisi menangkap Bambang Widjojanto. Seperti sekuel yang disiapkan....

Kalau saya yang atur, tidak akan saya tangkap Bambang Widjojanto. Penangkapan itu gerakan kontra-intelijen. Itu pasti bukan tim Budi Gunawan. Penangkapan itu kian mengeraskan dukungan dan konsolidasi internal di KPK. Buat saya, jika tak ada penangkapan terhadap Bambang, situasinya akan lebih enak.

Sebelum jumpa pers, Anda minta izin ke Megawati?

Tidak, karena beliau pasti tak berkenan.

Tapi setelahnya melapor?

Bukan melapor. Saya minta maaf karena mengambil langkah seperti ini.

Apa respons Megawati?

Tidak ingat persis karena suasana tegang setelah konferensi pers. Saya melakukan sesuatu yang seolah-olah mewakili PDIP. Di lingkup internal juga ada tekanan. Saya lapor, saya lakukan karena keyakinan saya. Ibu menjawab, yang penting segala sesuatu sesuai dengan mata hati atau keyakinan.

Ada analisis, serangan Anda ini untuk melemahkan KPK, karena ada kasus besar yang melibatkan Megawati. BLBI, misalnya...

Tidak. Itu bagian dari kontra-isu. Ibu Mega sebagai presiden dulu merupakan mandataris MPR, melaksanakan kebijakan.

Atau untuk melindungi Anda sendiri. Apakah punya kasus di KPK?

Tidak ada.

Kami mendapat informasi, sewaktu di Tim Transisi, Anda mendagangkan jabatan direktur dan komisaris BUMN....

Ah, tidak ada.

Mungkinkah Anda sudah diawasi?

Nah, betul. Saya punya alat pendeteksi sadapan. Sewaktu saya di rumah Ibu Megawati, alat itu berbunyi di telepon saya. Artinya, saya disadap.

Dengan serangan ini, KPK sekarang praktis lemah, karena pemimpinnya jadi tersangka....

Kita perkuatlah. Kita tak boleh menutup mata ada orang-orang di dalamnya yang memperlemah KPK itu sendiri. Presiden masih bisa memakai peraturan pemerintah pengganti undang-undang untuk mengganti komisioner yang menggunakan hukum sebagai alat politik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus