PENYELENGGARAAN Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) setiap tahun
tak ayal lagi membuat kesibukan. Belum lagi gubernur Asnawie
Mangku Alam mengusap keringat akibat kesibukan menyelenggarakan
MTQ ke VIII, Gubernur Wahab Syahranie sudah harus memeras
kepalanya mempersiapkan pelaksanaan MTQ tingkat Nasional di
Samarinda tanggal 21 sampai 31 Juli depan. Dan yang paling tidak
bisa tidur tampaknya H.M. Kadrie Uning, walikota Samarinda yang
juga Ketua Umum panitia pelaksana. Sebagai kota yang baru
berkembang tentu saja masih terlalu banyak masalah yang
diselesaikan untuk menampung keramaian tingkat nasional.
Dan Kadrie Uning, menerimanya dengan bangga. Jauh-jauh hari,
persiapan sudah disusun, mulai dari memanjatkan doa sampai
memikirkan tempat penampungan kontingen. Jemaah haji dari
Samarinda umpamanya sebelum berangkat dipesani agar sempat
berdoa di sisi ka'bah demi suksesnya MTQ itu nanti. Awal Januari
tadi, gerakan kebersihan juga sudah mulai digalakkan.
Parit-parit yang selama ini buntu, dikeruk. Rumput-rumput di
sepanjang jalan dibabat. Dan pedagang-pedagang kaki lima
disikat.
Dinomor-satukan.
Yang agak memusingkan tampaknya soal membenahi jalan. Di ibukota
Kaltim itu, seperti pernah diakui walikota sendiri, 50%
jalannya dalam keadaan rusak. Pihak DPU, awal Januari tadi
memang sudah mulai menggerakkan setrika-buminya ke sana ke mari,
menambal lubang-lubang yang sudah parah. Tapi rada menjengkelkan
juga itu lobang. Baru saja diadakan perbaikan di sini, yang di
sana sudah rusak lagi. Dan masyarakat selalu memaki-maki.
Tampaknya masyarakat tidak mau tahu akan kesulitan pemerintah.
Menurut Kepala DPU Kaltim, Ir Priatman Padmadireja, perbaikan
jalan-jalan dalam kota Samarinda memang disengaja hanya untuk
berkekuatan enam bulan. Mengapa?
"Untuk membikin jalan-jalan di Samarinda tahan lama diperlukan
biaya besar. Harus diadakan penturapan dan pengerasan badan
jalan secara menyeluruh", jawab Priatman. Itupun masih belum
cukup. "Harus ditinggikan pula" tambahnya. "Kalau tidak" sambung
Priatman dengan nada berseloroh "kita saja semuanya pindah ke
atas gunung". Seloroh itu tampaknya untuk melampiaskan
ke-tak-kuasaan Priatman dalam menanggulangi banjir yang dengan
rajinnya merendam jalan-jalan dalam kota. "Debit air Mahakam
memang semakin naik" sambung Basuni, dari bagian Pengairan DPU
Kaltim, tanpa menyebutkan apakah itu akibat penebangan hutan di
pedalaman. Yang jelas banjir itu turut mempercepat kerusakan
jalan. "Karena itu sebenarnya kami mengharapkan suksesnya
pengerukan Mahakam", sambung Priatman.
Apapun masalah yang dihadapi DPU, menjelang MTQ Nasional ini
perbaikan jalan pasti dinomor-satukan. Nah, dapat dipastikan
pula bahwa tidak lama lagi jalan-jalan di sana mulus adanya.
"Itulah salah satu hikmah diadakannya MTQ", ujar seorang dosen
IAIN di sana. Yang dikatakan "hikmah sampingan" itu ternyata
tidak hanya jalan-jalan menjadi mulus, tapi juga nama-namanya
ditertibkan. Bahkan nomor rumah yang selama ini semrawut
dibenahi pula, dan harus selesai sebelum MTO berlangsung. "Kami
sudah menyiapkan 20.000 nomor rumah", ujar H. Said Abdurahman
Kepala DPU Samarinda. Demikian pula soal gang. Menurut catatan
Abdurrahman, ada 300 buah gang di sepanjang 40 km jalan di
Samarinda, yang akan diganti namanya menjadi nomor rumawi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini