SEORANG aktor New York menggambarkan Oliver Stone, sutradara Amerika yang tenar itu, sebagai seorang yang cara pandangnya hitam-putih. "Tidak ada tempat untuk abu-abu buat Oliver," ujar aktor itu tentang sahabat dekatnya tersebut. Cara pandang hidupnya itu barangkali yang membuat skenario dan film yang disutradarainya selalu mengundang komentar-komentar tajam, termasuk film mutakhirnya yang diluncurkan di AS Natal tahun lalu, JFK, yang sejak pekan lalu beredar di Jakarta. Dulu, tahun 1978, Midnight Express, sebuah film tentang upaya seorang mahasiswa melarikan diri dari penjara di Turki, diprotes keras oleh pemerintah Turki. Soalnya bui yang digambarkan dalam film yang skenarionya ditulis oleh Stone itu -- dan untuk ini ia memenangkan Oscar -- bagai neraka dunia, penuh skandal seks dan suap. Petugas penjaranya digambarkan sedemikian rupa hingga tak bisa tidak mengesankan setan berbaju seragam. Dan oleh banyak kritikus film itu dianggap sensasional, rasialistis, dan keji. Sebuah film yang hanya memandang masalah dari satu pihak. Lalu The Year of the Dragon, cerita tentang mafia Cina, yang sempat menghilang dari peredaran tak lama setelah mencapai jumlah penonton terbanyak, pada pertengahan 1985. Masyarakat Amerika keturunan Cina memboikot film yang menurut mereka mendiskreditkan ras kuning itu. Penulis skenario dan sutradara yang pernah menggadaikan rumahnya untuk membiayai filmnya itu memang tak cuma hitam-putih, tapi punya kemauan yang sulit dibelokkan. Salvador adalah judul skenario film yang menceritakan kediktatoran di sebuah negeri di Amerika Latin. Tapi tak seorang produser Amerika pun mau mewujudkan skenario Stone satu ini menjadi film. "Ketika saya mencoba menjualnya, skenario saya bukan saja dikembalikan, tapi juga dibenci," tutur Stone. "Orang menilai cerita itu anti-Amerika." Maka ia gadaikanlah rumahnya. Mungkin, inilah film Stone yang tak laku, tapi hampir semua kritik memujinya sebagai film satir yang berhasil. Setelah itu Stone membuat filmnya yang benar-benar mengukuhkannya sebagai sutradara dan penulis skenario jempolan. Platoon, film tentang Perang Vietnam itu, memperoleh Oscar sebagai film terbaik. Berbeda dengan film tentang Perang Vietnam yang lain, yang biasanya menampilkan heroisme serdadu Amerika, Platoon menggambarkan bagaimana cengkeraman rasa takut mengakibatkan serdadu-serdadu Amerika itu menjadi nekat dan membabi buta asal tembak. Mungkin inilah film tentang Perang Vietam yang pertama dari tangan pertama. Sebagai veteran perang tersebut, Stone memang punya kesempatan menggambarkan "neraka Vietnam" dengan otentik. Anak seorang pialang saham yang lahir di New York 48 tahun lalu itu masuk dinas ketentaraan pada tahun 1967. Dua tahun sebelumnya, ia sudah berada di Vietnam Selatan sebagai guru bahasa Inggris dan sejarah di Free Pacific Institute, sekolah Cina di Cholon, dekat Saigon. Kedatangannya di Vietnam bersamaan dengan masuknya pasukan angkatan darat Amerika gelombang pertama. Sebagai serdadu berusia 23 tahun, Stone waktu itu terjun dalam medan perang dengan semangat tinggi. Tapi, seperti serdadu-serdadu muda dalam Platoon, sehari setelah mengalami pertempuran konon semangatnya berputar 180 derajat. "Tak seorang pun punya motivasi lain kecuali keluar secepatnya," katanya pada majalah Time. Ia dipecat dari ketentaraan 1968, namun sempat mendapat bintang jasa karena keberaniannya menggempur sarang senjata mesin Vietkong. Selain Platoon, filmnya tentang Perang Vietnam yang lain adalah Born on the Fourth of July. Yang ini tentang frustrasinya para veteran perang yang mengakibatkan mereka mudah tersinggung, mudah terlibat dalam konflik dengan masyarakat maupun keluarganya. Lalu suatu hari di akhir musim panas tahun 1990, ia menjumpai Jim Garrison di New Orleans. Garrison itulah jaksa yang dulu melakukan investigasi atas inisiatif sendiri pada pembunuhan Kennedy, karena yakin di balik itu adalah sebuah komplotan. Ia tak yakin bahwa presiden AS itu ditembak hanya oleh seorang Lee Harvey Oswald, yang secara resmi dinyatakan sebagai seorang laki-laki yang kesepian. Stone, setelah membaca memoar Garrison On the Trail of the Assassins, yang terbit pada 1988, rupanya sangat tertarik pada pandangan jaksa itu. Garrison, yang baru pensiun dari pengadilan Louisiana, tidak saja menulis detail adanya persekongkolan rumit untuk menyingkirkan Kennedy, tapi juga soal adanya usaha besar untuk menutupinya, dan usaha mengorganisasi untuk mencemarkan siapa saja yang tidak membenarkan "cerita resmi". Yakni bahwa bekas marinir yang tidak puas bernama Lee Harvey Oswald seorang diri yang melakukan pembunuhan. Kesimpulan Garrison yang sangat kontroversial: pembunuhan Kennedy boleh dikata merupakan sebuah kudeta. Ini semua muncul dalam film JFK. Stone, yang mengaku membaca buku itu tiga kali, mula-mula merasa sangsi juga membaca kesimpulan-kesimpulan Garrison tentang tragedi itu. Dalam pertemuan tiga jam pertama dengan Garrison, ia memberondong jaksa tua itu dengan peluru-peluru tuduhan, di kamar kerjanya yang sesak oleh tumpukan buku. Ia melemparkan semua yang pernah didengarnya tentang Garrison: seorang jaksa korup suka memperkaya diri kaki tangan Carlos Marcello, bos mafia Louissiana. Konon, Garrison mendengarkan Stone dengan kalem. "Sudah selesai?" Stone menangguk. "Baik, sekarang, Anak Muda, mengapa tidak kamu ajak teman-temanmu ke utara, tempat Carlos Marcello dipenjara. Bikin saja film tentang dia," kata Garrison. "Anda sungguh-sungguh?" tanya Stone. "Ya, saya sungguh-sungguh," ujar lelaki tua itu sambil bangkit dan pergi. Hanya itu, dan konon Stone langsung "jatuh cinta pada pandangan pertama" pada Garrison. Dan hubungan selanjutnya membuat Stone yakin bahwa kesimpulan-kesimpulan Garrison tentang kasus Kennedy benar adanya. Di kalangan teman-temannya, Stone, yang suka dijuluki si Beruang karena tubuh dan jari-jarinya yang gemuk itu, memang jagoan kalau memperdebatkan soal moral. Ia punya daftar orang yang disebutnya sebagai musuh masyarakat, dan ia hafal satu per satu. "Saya tidak begitu percaya pada generasi tua," katanya. "Saya tidak percaya pada kemapanan." Ia mengaku ada bagian anak-anak dalam dirinya yang selalu mengatakan, "Kamu harus mengatakan kebenaran." Kebenaran itulah yang hendak ia sampaikan dalam JFK. "Selama ini diterima, dipertahankan, dan dihormati bahwa John F. Kennedy dibunuh oleh seorang jago tembak yang kemudian dibunuh oleh seorang jago tembak lainnya. Kisah selesai sampai di sini," katanya dalam suatu jumpa pers. Lalu Stone mengutip kesangsian-kesangsian Jaksa Garrison: "Apakah masuk akal bahwa Oswald (penembak Kennedy menurut versi pemerintah AS), yang putus sekolah dari SMA, yang katanya setengah buta huruf dan mengaku pengikut Marxisme, masuk ke unit marinir yang perlu kecakapan tinggi? "Bagaimana pula dengan teori peluru tunggal Komisi Warren yang begitu absurd? Satu peluru bisa menyebabkan tujuh luka di tubuh Kennnedy dan Gubernur Texas Connaly? . . .. Perjalanan peluru itu lebih menggelikan lagi, masuk ke punggung Kennnedy dari arah bawah, lalu ganti arah, naik ke tenggorokannya, diam selama 1,6 detik sebelum menyerang Connaly . . .. Perjalanan peluru itu, dramatisnya, membentuk huruf U dan mengubur diri di paha kiri Connaly. Kemudian, peluru itu bisa muncul lima mil jauhnya dari tempat kejadian di usungan di koridor Rumah Sakit Parkland dalam keadaan utuh. "Tidak, Nyonya-nyonya dan Tuan-tuan, ini bukan sejarah. Ini adalah mitos. . .. Pertanyaan tentang sejarah yang paling pokok dalam JFK . . . adalah noda hitam Amerika tahun 1960-an dan 1970-an, yakni Vietnam." Stone, sebagaimana Garrison, yakin bahwa Kennedy dihabisi karena ia berniat mengeluarkan Amerika dari Vietnam. Stone yakin bahwa Memorandum Aksi Keamanan Nasional Nomor 263 tertanggal Oktober 1963 benar-benar menyiratkan keinginan Kennedy keluar dari Perang Vietnam. Memorandum itu merupakan dokumen tentang keputusan-keputusan Badan Keamanan Nasional yang diteken oleh presiden. Tampaknya, aktor New York itu benar. Stone cenderung melihat permasalahan secara hitam-putih. Setidaknya ia tak cukup kuat menyangsikan hal yang cenderung diyakininya, dan tak mencoba menerima pendapat yang cenderung tak bisa diterimanya. Tampaknya ia melawan "mitos" dengan "mitos". BSU
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini