Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Prawid rajin mengikuti berbagai acara Gunpla demi memburu model kit yang sedang didiskon.
Mark Alexander Ierwanto rajin mengikuti berbagai kompetisi Gunpla di dalam dan luar negeri.
Tommy Andromeda Wijaya menjadi YouTuber setelah mengoleksi banyak Gunpla.
Lima anak muda duduk anteng di area atrium Mal Taman Anggrek, Jakarta, pada Selasa siang, 17 Oktober 2023. Walau posisinya berjarak, mereka punya kesibukan serupa, yaitu memotek sebentuk benda dari plastik sembari melihat lembaran kertas petunjuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka sedang merakit Gunpla atau Gundam plastic model kit. Gunpla merupakan model kit atau mainan action figure yang terinspirasi oleh animasi serial Jepang tentang robot raksasa yang berperang. Kegiatan workshop merakit Gunpla secara gratis ini diadakan Multitoys dalam acara Bandai Spirits Hobby Exhibition pada 13-29 Oktober 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu dari anak muda itu adalah Prawid. Hanya dalam waktu 30 menit, pemuda asal Bogor ini berhasil merakit bagian-bagian dari plastik tersebut hingga berwujud miniatur robot berkelir putih, dengan bagian dadanya berwarna biru, merah, dan kuning. Lalu di kepalanya ada sepasang antena. Robot mainan Gundam itu juga dilengkapi senjata menyerupai beam rifle. "Bisa dibilang ini tuh bapaknya Gundam, asal-muasalnya, RX-78," katanya saat ditemui Tempo.
Pemuda 22 tahun ini kerap mendatangi berbagai acara Gunpla. Salah satu targetnya memburu model kit yang sedang diskon. "Kalau ada event kayak gini, suka ada potongan sampai 50 persen." Selain untuk diri sendiri, ia membeli buat titipan temannya. Seperti dalam event kali ini, temannya menitip Gunpla edisi terbatas RX-78-2 Gundam Ver.3.0 Master Grade seharga Rp 875 ribu.
Setelah berbelanja, Prawid pun mengikuti salah satu workshop merakit Gunpla di sana. Ia tak mengalami kesulitan ketika merakit RX-78-2 Gundam Workshop Kit Ver tersebut. Ia punya hobi merakit sejak sekolah menengah atas. Namun, bagi yang pertama kali mencoba, kegiatan merakit Gunpla bisa memakan waktu sedikit lama. Apalagi ketika harus memisahkan part dari runner yang membutuhkan kehati-hatian agar tidak ada bagian yang rusak. Ketika memasangnya pun harus teliti betul.
Gunpla terdiri atas beberapa grade dan ukuran berbeda-beda. Untuk pemula, biasanya mereka disarankan mencoba entry grade dengan skala mendekati 1/144. Kemudian ada high grade (HG) skala 1/144, yaitu varian paling luas dan lengkap dari segala seri Gundam. Bila ingin mencoba merakit yang lebih detail, ada Gunpla master grade (MG) skala 1/100. Grade ini cocok bagi yang serius menekuni hobi dan professional modeller.
Di atas MG, ada perfect grade (PG) skala 1/60 yang cocok bagi perakit profesional dan berpengalaman. Ciri khas grade ini adalah bagian inner frame sampai detail mekanisme robotiknya sangat realistis. Selanjutnya ada real grade (RG) skala 1/144, yaitu Gunpla dengan ukuran HG, tapi memiliki detail dan cita rasa MG. Gunpla RG cocok bagi kolektor yang menginginkan kualitas detail lebih tinggi.
Untuk ukuran HG ke atas, biasanya perakit membutuhkan alat-alat khusus, seperti nipper atau tang potong khusus plastik model kit. Kemudian pen cutter atau silet khusus modelling, gergaji plastik, kikir model kit, amplas plastik, plastic cement, scriber, hingga bor plastik. Alat-alat ini membantu perakitan Gunpla jadi lebih mudah dengan hasil sempurna.
Pengunjung melihat karya robot Gundam pada pameran Gunpla Builders World Cup (GBWC) di Mall Taman Anggrek, Jakarta, 17 Oktober 2023. Tempo/Bintari Rahmanita
Aneka Gundam di Gunpla Builders World Cup
Mal Taman Anggrek kini memang tengah semarak dengan acara Gunpla. Selain Bandai Spirits Hobby Exhibition, ada pula Gunpla Builders World Cup (GBWC) yang berlangsung pada 13-29 Oktober 2023. Ini kegiatan ke-11 yang diadakan di Indonesia. Pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia. Peserta membawa Gunpla yang telah dirakit dan dipamerkan dalam acara itu. Pemenangnya, yang akan diumumkan pada akhir acara, akan berkompetisi di Jepang.
Salah satu pesertanya adalah Mark Alexander Ierwanto. Bagi dia, merakit Gunpla bukan sekadar hobi. Dari kegiatan ini, pemuda 19 tahun itu bisa berprestasi. Pada 2017, Mark pernah mengikuti preliminary lomba Gunpla di Surabaya. Saat itu, ia berhasil keluar sebagai juara kedua dan berhak mengikuti GBWC Indonesia. "Saya ikuti dan syukurnya jadi juara kedua juga se-Indonesia," kata pemuda asal Surabaya itu.
Setahun setelah itu, Mark mencoba peruntungan lagi. Ia menyiapkan karyanya selama delapan bulan untuk mengikuti GBWC 2018. Dengan persiapan matang, Mark menjadi juara pertama di tingkat nasional. Selanjutnya, ia mewakili Indonesia untuk berkompetisi dalam kejuaraan utama di Jepang. Pada usianya yang baru menginjak 13 tahun, Mark berhasil menjadi juara dunia GBWC kategori Junior B.
Karya yang mengantarkannya juara adalah hasil modifikasi RX-0 Gundam Unicorn dengan Wing Zero grade RG. Lalu ia menggabungkannya dengan part-part yang dijual Bandai—pemilik lisensi Gunpla—secara terpisah. Untuk bagian bawahnya, Mark menggunakan HG Kshatriya. "Itu saya modifikasi sangat berat. Terus ke arah kebalik warna ungu, jadi seperti bunga jatuh dari udara. Tiap sayapnya saya kasih kayak senjata dari heavy arm," ujarnya.
Mark Alexander Ierwanto merakit robot gundam persiapan ajang Gunpla Builders World Cup (GBWC) di Mal Taman Anggrek, Jakarta. Dok. Pribadi
Pada 2019, Mark kembali mengikuti kompetisi serupa dan menjadi juara pertama kategori Open A. Semestinya ia mewakili Indonesia untuk tingkat internasional. Namun pihak penyelenggara batal mengadakan turnamen lantaran pandemi Covid-19. Tahun lalu, GBWC kembali terselenggara. Namun Mark memutuskan absen karena sibuk belajar untuk ujian persiapan masuk kuliah.
Tahun ini barulah ia kembali mengikuti GBWC ke-11. Ia menggunakan Gunpla HG Mechanics skala 1/550 sebagai bahan utama karyanya. Seri ini hanya terdapat pada tiga jenis Gunpla sehingga termasuk seri yang jarang ditemui dan sulit dimodifikasi. "Tapi di sanalah tantangannya. Saya memakai tiga jenis model kit tersebut semuanya untuk membentuk satu karya seni Gunpla," tuturnya.
Mark mengaku menyiapkannya terburu-buru di tengah kesibukannya memasuki dunia perkuliahan. Ia hanya punya waktu tiga bulan untuk memikirkan ide modifikasi hingga eksekusinya. "Saya juga harus mengecat pakai airbrush. Itu membutuhkan waktu yang lama. Itu susah," kata mahasiswa automotive engineering di Universitas Bina Nusantara tersebut.
Mark Alexander Ierwanto (kiri) dan karyanya dalam World Champion Gunpla Builders World Cup (GBWC) 2018 di Jepang. Dok. Pribadi
Untuk mengikuti kompetisi, tentu tak sedikit modal yang disiapkan Mark. Tapi, berkat dukungan orang tua, ia tak terhambat masalah biaya ketika harus membeli Gunpla HG beberapa kali lantaran mengalami kegagalan saat pengecatan dan harus membuat ulang. Selain mendapat dukungan modal orang tua, Mark menyisihkan sebagian uang saku serta uang hadiah dari lomba matematika, sains, dan robotik untuk membeli peralatan merakit. "Kalau saat ini, ya pakai uang sendiri."
Prestasi lainnya, Mark pernah menjadi juri kompetisi Gunpla internasional. Ia bersama juri lainnya dari Italia, Thailand, Kanada, dan pakar robotik diminta menilai ide serta konsep, craftsmanship, painting, fotografi, dan mekanisme desain robotik dalam Gunpla Builder Master Championship. Walau hanya satu kali menjadi juri, ia menilai pengalaman tersebut amat mengesankan. "Karena lombanya juga bergengsi dan jurinya diambil yang terbaik dari empat negara tersebut."
Namun tak semua penggemar Gunpla mengikuti aneka kompetisi, termasuk GBWC. Rio Ari Seno, misalnya. Ia lebih tekun merakit dan mengoleksi mainan ini sebagai hobi sejati. Dia pun begitu menikmati dan sangat berhati-hati ketika merakit Gunpla. Terutama dengan grade yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi. "Kalau salah potong, rusak, enggak bisa dipasang. Bisa sih dilem, tapi gue perfeksionis. Ada lem sedikit, gue enggak mau," kata pria 36 tahun itu.
Penggemar robot Gundam, Rio Ari Seno. Tempo/Bintari Rahmanita
Rio mengenal Gundam saat menonton anime serial di salah satu stasiun televisi nasional. Bersamaan dengan itu, muncul miniatur Gundam Wing, tapi sudah dalam bentuk jadi. Sejak saat itu, ia mulai menggandrungi Gundam. Pria yang menetap di Bintaro ini baru tertarik membeli model kit saat kuliah. Gunpla pertama yang ia rakit adalah seri Epyon.
Ada masanya Rio meninggalkan hobi tersebut. Tapi, ketika masa pandemi, ia bersama istrinya mulai merakit Gunpla lagi. Ia mengaku dalam sebulan bisa membeli 7-8 model kit. Tapi dia biasanya memilih Gunpla dengan harga terendah. "Minimal sih paling mahal Rp 300 ribu. Harus ditekan juga bujetnya," ujarnya. Koleksinya pun kini sebanyak 60 Gunpla.
Menurut Rio, letak keseruan hobi ini ada pada proses merakitnya. Dari memotong part dari runner, mengamplas, hingga menyatukan tiap bagiannya. Untuk merakit Gunpla HG, Rio biasanya membutuhkan waktu paling lama tiga jam. Ia bisa saja memangkas waktunya. Namun proses yang paling lama adalah mengamplas agar sisa potongan plastik tidak terlihat.
Adapun Gunpla yang paling menantang saat dirakit adalah ukuran RG skala 1/144. Ukuran ini punya detail lebih banyak dibanding HG serta tingkat kesulitan merakitnya cukup tinggi. Rio menuturkan grade ini memiliki part sampai ke tulang-tulang dan mesin. "Kalau RG itu, misalnya digerakin, ada sistem piston, bisa nekuk, kelihatan mesin. Karena lebih kompleks di RG."
Dari Pehobi Gunpla Jadi YouTuber
Dari hobi merakit Gunpla, ada pula yang terjun menjadi YouTuber. Pekerjaan ini salah satunya dilakoni Tommy Andromeda Wijaya sejak 2021 ketika masa pandemi. Saat itu ia tak memiliki banyak kegiatan. Pekerjaan utama hingga bisnisnya terkena dampak kebijakan lockdown. Sampai suatu hari, ia melihat koleksi Gunpla di kamarnya sudah cukup banyak. Lalu terlintaslah ide membuat konten seputar Gunpla. "Sekali-kali ada sedikit manfaat. Jadi, kalau mau beli Gunpla, ada tujuannya. Enggak asal ngabisin duit," kata pria 31 tahun itu.
Bermodalkan telepon seluler dan koleksi Gunpla, Tommy mulai membuat video dari kamar yang disulapnya menjadi studio sederhana. Ia membuat video merakit dan mengecat ulang Gunpla dengan teknik handbrush. Menurut dia, teknik ini bisa bermanfaat bagi para pehobi Gunpla yang memiliki keterbatasan modal. Sebab, pengecatan ulang Gunpla biasanya menggunakan airbrush, yang harganya bisa mencapai Rp 4-5 juta.
Youtuber Tommy Andromeda Wijaya. Dok. Pribadi
Tak disangka, konten tersebut disambut positif para penontonnya. Hal itu terlihat dari komentar-komentar di video pertama yang diunggah Tommy, saat mengecat ulang SD Gundam-GongSun Zan Ez-8 &Four Symbols Ogre Armor Chariot. Di sejumlah video lainnya, juga banyak penonton yang memuji penggunaan teknik handbrush tersebut.
Tak sampai setahun, saluran YouTube Tommy dimonetisasi. Dari awal membuat konten hingga saat ini, ia mengaku penghasilannya belum seberapa dan belum balik modal. Dia memperkirakan penghasilan dari YouTube baru Rp 1-2 juta. Sejak awal, pemuda asal Batam itu tak menjadikan penghasilan dari YouTube sebagai tujuan utama. "Pada dasarnya saya enjoy saja," ujarnya.
Walau begitu, ada juga keinginannya menjadi top reviewer gundam, seperti Mecha Gaikotsu. Belakangan, konten-konten Tommy memang banyak mengulas Gunpla. Ia melakukan repaint hanya 2-3 bulan sekali karena kesibukannya bekerja. Konten ulasan ini, kata dia, bisa menjadi panduan bagi penontonnya sebelum memutuskan membeli seri Gunpla tersebut. Ia terkadang juga mengikuti permintaan pelanggannya untuk merakit model kit tertentu sambil menyamakan waktu luangnya.
Jumlah pelanggan di saluran YouTube Tommy kini lebih dari 5.500 subscriber. Saat salurannya mencapai 5.000 pelanggan, Tommy mengadakan giveaway sebagai tanda syukur. Rencananya, bagi-bagi hadiah ini ia rutinkan setiap kali jumlah subscriber salurannya naik dengan kelipatan 5.000.
FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo