Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Hunter dikejar maling

Seorang pencuri kepergok menjarah jemuran celana dan baju di rumah penduduk kawasan cihampelas, bandung. ketika hendak ditangkap, ia mengancam para penduduk dengan pistol berupa pisang ambon.

20 Mei 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI kawasan Cihampelas, Bandung -- itu pusat penjualan jeans -- sekarang ada Hunter. Nama detektif film seri TV itu dihadiahkan kepada Timi dan Wawan, sejak Maret lalu. Sejarahnya begini. Lewat pukul satu malam, di awal Maret, kedua pemuda itu nongkrong di pinggir jalan. Tiba-tiba dari sebuah kendaraan umum ngeloyor seorang pemuda yang tak dikenal. Orang itu langsung masuk ke dalam gang. Ini mencurigakan. Benar saja. Tak lama kemudian, pemuda itu muncul kembali. Sekarang perutnya sudah gendut. Timi dan Wawan terpaksa bertindak. Kedua Hunter itu menginterogasi, menanyakan apa yang disembunyikan orang itu di perutnya. Lalu lelaki itu mengeluarkan sebuah celana dan baju dari balik bajunya. Wawan, yang dikenal dengan sebutan Idi Amin di kampungnya, segera dapat mengidentifikasi pakain siapa itu. "Itu celana teman saya," katanya. Tapi apa lacur. "Awas, aku tembak kamu!" teriak maling itu tiba-tiba, sambil menghunus pistol dari pinggangnya. Idi Amin terperanjat, langsung koprol dan lari. Tapi sial, dengan senjata terhunus maling itu justru memburu Idi Amin. "Tolong, tolong," teriak Idi Amin memutari tiang listrik. Kejar-kejaran berlangsung. Seorang tetangga terbangun. Dari loteng rumah ia merayap hendak menerkam. Maling segera mengarahkan senjata ke atas. "Awas, aku tembak kamu!" Penolong itu kontan tiarap. Untung, hansip Endan Tarmedi segera muncul. Tapi karena masih mengantuk plus gugup, ia hanya mampu melemparkan pipa besi ketika ditodong. Lemparan itu mengenai muka maling dan membuatnya tersungkur. Waktu itulah Idi Amin, Timi, dan hansip itu memberangus sang maling. "Mana senjata kamu, mana senjata kamu?" teriak Idi Amin. Maling itu minta ampun. Akhirnya mengakui terus-terang, sebenarnya ia tidak pernah pegang pistol. Lalu apa? "Ternyata itu cuma pisang ambon. Pisang yang sudah penyet karena digenggam terlalu keras," tutur Timi kemudian, sambil cekakakan. Meskipun begitu, tak urung maling itu dibawa ke pos polisi Polsekta Coblong. Di sana ia dicecer habis-habisan. "Tapi dia masih saja mengaku bukan maling," ujar Timi. "Ia bilang cuma main ke rumah temen. Ketika lewat, mukanya terganggu oleh jemuran celana. Karena iseng, celana itu diambilnya. Ya, maling juga!" Orang-orang di kantor polisi semua tertawa mendengarnya. Tapi ketika laporan dibuat dan Timi serta Idi Amin hendak mencantumkan perkara pistol dari pisang Ambon itu -- yang ternyata juga barang curian -- polisi menolak, "Ah, kagak usah disebutkan itu, memalukan." Timi dan Wawan, yang telanjur dijuluki Hunter, cukup terheran-heran, kok maling itu nekat mengejar mau menembak, pada hal pistolnya itu hanya pisang.Putu Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum