Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mendobrak feodalisme yang sakit
"Peduli apa aku dengan segala tata cara itu. Segala peraturan, semua itu bikinan manusia dan menyiksa diriku saja."
—Surat kepada Stella Zeehandelaar, 18 Agustus 1899
Menentang poligami
"Hampir semua perempuan yang kutahu di sini mengutuk hak-hak yang dimiliki laki-laki (poligami). Tapi harapan saja pasti sia-sia: sesuatu harus dilakukan. Mari, wahai perempuan, gadis-gadis muda, bangkitlah, mari bergandeng tangan dan bekerja bersama untuk mengubah keadaan yang tak tertahankan ini."
—Surat kepada Stella Zeehandelaar, 23 Agustus 1900
Persamaan perlakuan pria dan wanita
"Aku akan mengajari anak-anakku, baik laki-laki maupun perempuan, untuk saling menghormati sebagai sesama dan membesarkan mereka dengan perlakuan sama, sesuai dengan bakat mereka masing-masing".
—surat kepada Stella Zeehandelaar, 23 agustus 1900
Bersahabat dengan bangsa apa pun
"Kami senang sekali bersahabat dengan berbagai bangsa. Hanya dengan Cina, kami tidak boleh berhubungan, itu kehendak Ayah, dan saya sedih sekali."
—surat kepada J.H. Abendanon, 14 Desember 1902
Mengingatkan para petinggi
"Kebangsawanan menanggung kewajiban."
—surat kepada Stella Zeehandelaar, 6 November 1899. Seperti pepatah Prancis: Noblesse oblige, makin tinggi kebangsawanan, maka makin berat tugas dan kewajibannya terhadap rakyat
Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya
IDE maju Kartini tidak serta merta muncul. Ia ditempa dalam keluarga dengan kehidupan intelektual yang kuat. Berikut silsilah keturunan Kartini.
Pangeran Ario Condronegoro IV (Bupati Demak)
Bupati pertama di Hindia Belanda yang mendatangkan guru dari Belanda untuk mendidik anak-anaknya.
RMAA Sosroningrat (Bupati Jepara)
Ia menyekolahkan semua anaknya, pria maupun wanita, ke sekolah Belanda, Europese Lagere School, namun juga memingit semua anak perempuannya, termasuk Kartini.
MA Ngasirah
- Garwa ampil/istri selir
Kartini dan Suami
RA Kartini
- Anak ke-4 dari delapan bersaudara.
RMAA Joyoadiningrat (Bupati Rembang)
Anak dan Mantu
RM Susalit
Tentara dengan pangkat terakhir mayor jenderal, salah satu jenderal yang meninggal dalam kemiskinan.
RA Siti Luwiyah
Cucu
RM Budhy Setia Susalit-Sri Bianti
Memiliki lima anak (Kartini Setiawati, Kartono Budiman, Rukmini, Samingun Bawadiman, dan Rahmat Haryanto).
Seperempat Abad untuk Selamanya
21 April 1879. Kartini lahir.
1885-1892
Bersekolah di Sekolah Rendah Belanda (Europese Lagere School). Ia dijuluki Kuda Kore (Kuda Liar) karena sebagai anak bupati bergelar raden ajeng, Kartini menolak untuk berjalan perlahan seperti siput. Ia juga tak sungkan tertawa giginya terlihat.
1895
Menulis artikel tentang perkawinan pada suku Koja berjudul "Het huwelijk bij de Kodjas". Artikel ini dimuat di jurnal Bijdrage TLV pada 1898.
1892
Mulai dipingit.
1896
Kedua adiknya, Rukmini dan Kardinah, mulai dipingit bersamanya.
2 Mei 1898
Kartini dibebaskan dari pingitan.
25 Mei 1899
Mulai berkorespondensi dengan Stella Zeehandelaar di Belanda.
Juni 1903
Bersama kedua adiknya membuka sekolah gadis Jawa pertama di Hindia Belanda.
8 November 1903
Dinikahkan dengan Bupati Rembang Joyoadiningrat.
13 September 1904
Melahirkan RM Susalit
17 September 1904
Menutup mata.
Kaki Kecil Dengan Langkah Besar
KARTINI hampir tak pernah meninggalkan Jepara. Namun ia memiliki banyak sahabat di Eropa. Dengan mereka ia berbagi gagasan--sebagian kemudian dibukukan oleh salah satu temannya, J.H. Abendanon. Inilah sahabat Kartini.
Stella Zeehandelaar
Pegawai Departemen Kantor Pos dan Telegram di Amsterdam, kontributor di beberapa jurnal. Lima tahun lebih tua daripada Kartini, keturunan Yahudi itu gadis modern pada zamannya: berdikari, suka memberontak, radikal, dan menyukai kemajuan. Kartini berkenalan dengan Stella pada 1899 melalui redaksi De Hollandse Lelie, majalah wanita dalam bidang sosial dan sastra yang dilanggan Kartini.
Jacques Henri Abendanon-Rosa Manuela-Mandri
Abendanon dan istrinya, Rosa Manuela-Mandri, bertemu Kartini pada 1900. Abendanon adalah Direktur Departemen Pendidikan, Agama, dan Kerajinan. Kartini dan penganjur "Haluan Etis" ini saling berkirim surat hingga Kartini wafat pada 1904. Abendanon kemudian menerbitkan surat-surat Kartini. Kepada istri Abendanon yang berasal dari Puerto Rico, Kartini memanggilnya ibu.
Nellie Van Kol, istri HH Van Kol
Pengarang, penulis di majalah wanita De Hollandse Lelie. Kartini berlangganan majalah ini.
6. Ny M.C.E. Ovink-Soer
Istri asisten residen Ovink, pada 1894 ditempatkan di Jepara. Kartini dan adik-adiknya belajar melukis darinya. Dia berasal dari keluarga seniman dan sastrawan. Dari semua sahabat pena Kartini, Ovink Soer yang paling dicintai Kartini.
8. Hilda Gerarda de Booy-Boissevain
Istri opsir laut Hendrik de Booy, yang pada Mei 1900 diangkat sebagai ajudan Gubernur Jenderal Rooseboom. Bertemu Kartini dan kedua adiknya saat Bupati Sosroningrat diundang Gubernur Jenderal untuk datang ke Bogor. Selepas pertemuan itulah Hilda dan Kartini bersurat-suratan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo