Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ini Bukan Soal Wakil Wali Kota

17 Februari 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUARA keras Tri Rismaharini menenangkan suara di ujung telepon. "Uwis tah, saya tidak mundur. Bubarkan teman-temanmu itu…," kata Wali Kota Surabaya ini, Selasa siang pekan lalu. Seorang pendukung utamanya di ujung telepon baru saja memberitahukan, massa telah berkumpul karena mendengar Risma memutuskan mundur dari jabatan wali kota periode 2010-2015.

Wawancara dengan Tempo terhenti karena telepon tadi. Dan itu tidak hanya sekali, terutama setelah beredar kabar Risma bakal meninggalkan jabatannya. Hal ini muncul setelah terjadi konflik akibat pemilihan wakil wali kota pengganti Bambang D.H., yang mundur tahun lalu untuk menjadi calon Wakil Gubernur Jawa Timur. Tanpa berkonsultasi dengan Risma, PDI Perjuangan memunculkan Wisnu Sakti Buana.

Selasa siang pekan lalu, Risma berbincang dengan Budi Setyarso dan Jobpie Sugiharto dari Tempo. Perempuan penerima sejumlah penghargaan internasional bidang perkotaan ini membeberkan banyak cerita, yang sebagian tidak bisa dipublikasikan. Wartawan Tempo Dewi Suci Rahayu melanjutkan wawancara di ruang kerja Risma, sehari setelahnya.

Apakah benar Anda akan mundur?

Nanti dilihat dulu. Saya pasti akan minta petunjuk dari Tuhan, salat istikharah dululah.

Mengapa?

Sebab, saya diingatkan oleh seseorang tentang kisah Nabi Yunus, yang meninggalkan umatnya lalu dihukum Tuhan. Saya bertanya: kalau saya mundur, apakah berarti saya meninggalkan rakyat?

Kenapa Anda berpikir untuk mundur?

Kalau yang dipikirkan hanya menang dan kalah, ya, sudah saya serahkan sekalian jabatan ini. Saya memang takut pertanggungjawaban terhadap rakyat. Saya kan tak pernah minta, tak pernah berani berdoa untuk menjadi wali kota.

Anda mempersoalkan penetapan wakil wali kota. Bukankah itu jabatan yang tak menentukan?

Sebetulnya bukan permasalahan wakil wali kotanya siapa. Karena saya selalu patuh pada aturan.

Pemilihan wakil wali kota ini tidak sesuai dengan aturan?

Ya, kemarin kan diprotes itu. Makanya kita lihat hasilnya, Kementerian Dalam Negeri seperti apa. Saya juga tidak pingin nanti imbasnya ke saya. Orang bisa bilang Bu Risma ini cerewet, nurut banget pada aturan, atau sok suci. Sebenarnya kan bukan. Saya pingin selamet saja.

Bagaimana Anda sempat memikirkan mundur?

Mohon maaf, ya. Kadang-kadang saya begini: ya sudah saya serahkan. Saya ndak beban itu jabatan. Saya serahkan sekalian. Hanya, saya mempertimbangkan umat, sesuatu yang paling saya takutkan.

Seberat apa sih tekanannya sehingga Anda hampir menyerah?

Ya, banyak. Cuma, saya tidak mau mendetailkan. Kalau memang diminta jabatan ini, ya iya saya ndak keberatan….

Seberapa lama dan intens sih pengajuan nama calon?

Terus terang saya tak tahu prosesnya. Tapi ya sudahlah kalau itu bagian dari mekanisme partai. Ndak tahu saya.

Bukankah surat pencalonannya melalui Anda?

Saya hanya melanjutkan surat dari Dewan Pimpinan Pusat PDIP ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ini bukan domain saya. Kalau prosesnya benar, saya percaya pasti bisa melaluinya. Karena ini enggak bener, saya jadi takut.

Anda tak bisa menawar soal calon wakil wali kota?

Pasti diskusi. Cuma, ya sudahlah, ini jalan Tuhan. Ya sudah, saya ikuti. Dan ini memang ranah PDIP.

Anda dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati. Mengapa tidak mengadukan soal ini kepada dia?

Bu Mega sebetulnya mau datang. Tapi dia meminta Pak Tjahjo (Sekretaris Jenderal Tjahjo Kumolo) datang ke rumah saya. Kalau cuma menghadapi DPRD, itu enggak sulit, karena saya percaya jabatan itu Tuhan yang ngatur. Kalau sekarang diberhentikan, saya siap….

Semestinya Anda melawan tekanan….

Terus terang, saya ndak bisa baca politik. Saya sangat percaya terhadap omongan orang, kecuali saya sudah tahu track record-nya. Memang ini kehormatan saya. Karena mendengar Kementerian Dalam Negeri tak melakukan apa pun, saya sangat terpukul.

Tekanan itu berhubungan dengan rencana jalan tol tengah kota yang terus Anda tolak?

Mungkin.

Benarkah, karena jalan tol tak dibangun, investasi di Surabaya turun?

Pertumbuhan ekonomi pada waktu Pak Bambang (wali kota sebelumnya) cuma lima persen, zaman saya langsung naik jadi tujuh persen. Inflasi cuma empat persen setahun, padahal kota perdagangan dan jasa. Sampai banyak yang heran mana bisa pertumbuhan naik empat persen setahun. Itu luar biasa.

Akibat penolakan jalan tol, rencana tata ruang wilayah tak kunjung disahkan?

Tidak ada masalah karena kami memakai rencana 2007, investor tetap masuk. Kendalanya cuma soal jalan tol. Kalau kita setuju, ya jadi.

Mengapa Anda berkeras menolak?

Pertama, kalau masyarakat bisa gratis memakai jalan, kenapa harus bayar? Kedua, dengan jalan tol, hanya orang tertentu yang bisa lewat. Ketiga, menurut teori kota, menambah panjang jalan itu ada batasnya. Suatu saat pasti tidak mungkin lagi dilakukan. Solusinya, bagaimana memberikan sistem transportasi massal yang bagus. Keempat, kalau jalan tol dibangun melayang di atas, properti di sekitarnya pasti akan mati. Kelima, kaki-kaki jalan tol akan membuat banjir.

Anda akan membangun transportasi publik?

Trem. Tahun ini sudah tender. Sudah studi kelayakan. Sudah semua. Kan, sudah kami klarifikasi, tinggal mengumumkan. Pemerintah pusat mau membiayai dengan APBN.

Berapa lama pengerjaannya?

Dua tahun paling lama. Saya minta satu setengah tahun selesai.

Berarti tahun depan harus mencalonkan diri lagi untuk meneruskan proyek itu?

Udah capek, he-he-he….

Kapok dengan PDIP?

Ndak. Sebetulnya orang di atasnya baik. Sebetulnya kebanyakan orang PDIP adalah orang yang enggak mampu, dan saya bisa banyak menolong mereka. Mereka bisa mendapat kerjaan. Saya juga bisa menolong banyak usaha mereka.

Apa prestasi terbesar Anda?

Enggak ada. Tapi pekerjaan yang terberat itu membuat sistem pengadaan elektronik, e-procurement. Tidak cuma didemo, saya juga diancam dibunuh. Saya bilang, enggak apa-apa wis, pulang jam dua malam atau harus mati. Aku ikhlas. E-proc jelas menguntungkan kita, efisiensi sampai 20-30 persen. Pengadaan barang bisa lebih dari 50 persen. Mengurangi korupsi juga.

Berapa lama Anda membuat sistem itu?

Ketika bikin e-proc budgeting, aku nginep enam bulan di kantor. Natalan, tahun baru, Idul Adha, aku di kantor.

Anda tidak aktif berkomunikasi dengan masyarakat menggunakan media sosial?

Waktu habis untuk bekerja, enggak sempat begitu-begitu. Toh, kami punya media center, bisa curhat di sana secara resmi. Kalau mau eksis di media sosial, apa sih yang dicari? Nguber jabatan? Nyalon lagi?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus