Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mendekati pemilihan presiden pada Juli mendatang, suara yang menginginkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menjadi calon presiden makin nyaring. Sejumlah survei juga mantap menempatkan namanya di puncak tangga elektabilitas. Berbanding terbalik dengan riuhnya suara pendukung, Jokowi pelit bicara soal topik ini.
Ditemui wartawan Tempo, Ananda Teresia, di Balai Kota DKI pada Rabu pekan lalu, awalnya Jokowi enggan berbicara mengenai pencalonannya sebagai presiden. Namun akhirnya, selama kurang-lebih 40 menit, Jokowi mengizinkan Tempo mewawancarainya di ruang kerjanya. Pertanyaan yang diajukan hanya seputar kesiapan dirinya menjadi calon presiden.
Tapi Jokowi tak pernah memberi jawaban yang gamblang. Ia lebih banyak menjawab dengan tawa. Sesekali terdiam, sebelum angkat bicara. Jawabannya implisit, seperti memberi ruang tafsir.
Banyak pihak yang ingin Anda menjadi calon presiden dari PDIP, bagaimana kesiapan Anda?
Pokoknya, saya sekarang ini mengurusi Jakarta saja. Segala proses politik saya serahkan kepada partai. Biarlah partai yang mengatur, saya tidak mau pusing.
Tapi, jawaban dari Anda ditunggu masyarakat. Apalagi orang-orang yang ingin Anda jadi presiden, menunggu kejelasan...
Yo, saya serahkan semuanya pada partai. Sekarang ini saya mengurus hujan saja.
Setelah hujan? Apa betul Maret akan deklarasi?
(Tertawa) Saya ini sekarang fokus mengurusi hujan. Nanti setelah hujannya selesai, saya memperbaiki jalan. Bulan Maret itu kan hujan sudah selesai. (Ia tertawa lagi)
Berarti, setelah hujan selesai, Anda deklarasi?
Setelah hujan selesai, nanti saya benerin jalan. Masih banyak jalan yang rusak yang harus saya benerin. Saya benerin semuanya, biar jalannya mulus, mulus menuju ke sana. (Ia kembali tergelak).
Menuju ke mana?
Ya, namanya jalan kan harus ada arahnya, ya jalannya itu harus dibenerin biar mulus.
Maksudnya menuju ke Merdeka Utara (Kompleks Istana Kepresidenan)?
Pokoknya biar mulus. Jadi, sekarang itu saya mengurus hujan dulu, setelah mengurus hujan, saya mengurus jalan yang masih banyak rusak. Benerin jalan nanti biar jalannya mulus.
Jadi benar, supaya mulus ke Merdeka Utara?
(Tidak menjawab. Jokowi hanya tertawa)
Ada lagi wacana berkembang, Anda mungkin saja menjadi calon wakil presiden dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Tanggapan Anda?
(Diam, lalu tersenyum) Bagaimana? Kata siapa?
Sumber kami dari internal PDIP menyebutkan skenario yang mungkin diajukan adalah Anda menjadi calon wakil presiden dari Megawati...
Yang namanya jalan itu, harus lurus ke depan, ya ke depan, bukannya ke sana...
Duet Mega-Jokowi Sulit Dijual
Pada saat partai-partai lain sudah menyiapkan satu atau lebih calon presiden, PDI Perjuangan seperti masih adem-ayem. Padahal, partai trah Sukarno itu memiliki kader bernama Joko Widodo, juara hampir semua survei. Bersamaan dengan diamnya PDIP, berembus wacana di internal partai mendudukkan Jokowi sebagai calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Sayangnya, sejumlah survei tidak merespons positif duet ini.
Pusat Data Bersatu
Topik: elektabilitas
I. Waktu: 11-18 Juni 2013
Lokasi: 33 provinsi
Responden: 1.200 orang
Margin of error: 2,8 persen
Hasil:
Prabowo-Jokowi : 20,7 %
Aburizal Bakrie-Jokowi : 12,52 %
Megawati-Jokowi : 12,34 %
II. Waktu: 4-8 Januari 2014
Lokasi: 30 provinsi
Hasil:
Jokowi-Jusuf Kalla: 17,4%
Jokowi-Hatta Rajasa: 6,2%
Mega-Jokowi: 5,3%
Prabowo-Hatta Rajasa: 5%
Dahlan Iskan-Chairul Tanjung: 4,2%
Aburizal Bakrie-Mahfud Md: 2,8%
Lembaga Klimatologi Politik
Topik: elektabilitas
Waktu: 12-18 Agustus 2013
Responden: 450 orang
Lokasi: 33 provinsi
Hasil:
Megawati-Jokowi : 30,7 %
Wiranto-Hary Tanoesudibjo : 30,4 %
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa : 19,8 %
Aburizal Bakrie -Pramono Edhi Wibowo: 6,9 %
Charta Politica
Waktu: 28 November-6 Desember 2013
Topik: elektabilitas
Responden: 1.200 orang
Lokasi: 33 provinsi
Margin for error: 2,83 persen
Hasil:
Megawati-Jokowi : 23,3 %
Prabowo-Hatta Rajasa: 21,4 %
Aburizal Bakrie-Mahfud Md: 16,3%
Wiranto-Hary Tanoesudibjo: 7,9%
Pramono Edhie-Dahlan Iskan: 3%EVAN (PDAT) | DARI BERBAGAI SUMBER | EFRI R
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo