Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hak Jawab Agus Sudibyo
SAYA ingin menyampaikan hak jawab terhadap tulisan majalah Tempo edisi 10-16 Februari 2014, rubrik Nasional, berjudul "Utak-atik Politikus Survei", halaman 42.
Pada 6 Februari 2014, wartawan Tempo menghubungi saya untuk meminta wawancara soal survei, khususnya pengalaman saya selama bekerja di Indonesia Research Centre (IRC). Dengan tegas saya menolak, tapi saya bersedia memberikan informasi tentang survei secara umum. Permintaan saya disetujui.
Namun ada wartawan Tempo lain yang datang ke rumah saya, meminta saya memberikan keterangan soal IRC. Saya tetap menolak. Karena wartawannya sudah di rumah saya, saya menerimanya. Diskusi kami kira-kira berlangsung 90 menit, terbagi dalam dua bagian: sesi wawancara dan bincang-bincang. Kedua belah pihak sepakat hanya sesi wawancara yang dapat dikutip.
Dalam sesi wawancara, saya tidak pernah mengatakan seperti yang ditulis Tempo dalam berita berjudul "Utak-atik Politikus Survei" berikut ini: "Sewaktu memimpin Indonesia Research Center, Agus Sudibyo pernah diminta seorang pengusaha yang sudah mendeklarasikan diri menjadi calon wakil presiden untuk mempublikasikan data yang belum rampung dianalisis. Ketika itu, data baru terkumpul separuh dan menunjukkan popularitas pengusaha ini paling tinggi dibanding calon lain. ‘Saya tak mau karena datanya belum final,’ ujar Agus pekan lalu."
Jadi, secara jurnalistik, saya tidak bertanggung jawab atas munculnya cerita khayalan seperti di atas. Kemudian dalam berita yang sama, Tempo menulis: "Lembaga Agus melakukan dua kali survei untuk menguji tingkat popularitas sang calon. Karena survei itu pesanan, dalam perjanjian awal disebutkan apa pun hasilnya tak akan diumumkan. Namun, karena perolehan sementara itu hasilnya bagus, pemesan berubah pikiran dan meminta hasilnya dipublikasikan segera. Agus menolak hingga ia keluar dari Indonesia Research."
Cerita di atas secara jurnalistik adalah versi wartawan Tempo. Saya tidak mengatakan hal di atas pada saat sesi wawancara. Buat saya, sangat tidak etis ketika seseorang mengundurkan diri dari sebuah lembaga kemudian menjelek-jelekkan lembaga itu dari luar.
Saya juga ingin mengoreksi kutipan berita Tempo berikut ini: "Dalam etika survei politik, kata Agus, lembaga survei harus mempublikasikan pemodalnya ketika merilis survei pesanan. Sebab, dia melanjutkan, semestinya survei pesanan tidak untuk dipublikasikan karena jenis pertanyaan dan metodenya dirancang buat mengukur popularitas politikus atau partai pemesan."
Paragraf di atas dapat menimbulkan salah persepsi. Penjelasan saya sebagai berikut. Pertama, lembaga survei bisa saja menerima pesanan, tapi secara etis-universal hasil surveinya tidak dipublikasikan, hanya untuk memenuhi kebutuhan si pemesan. Kedua, namun ada etika yang lebih longgar tapi tidak berlaku universal, yakni hasil survei pesanan dapat dipublikasikan sejauh ada transparansi soal penyandang dana. Ketiga, survei pesanan tidak selalu identik dengan survei yang manipulatif. Keempat, survei opini publik tidak hanya untuk mengukur popularitas sebagaimana dikutip di atas, tapi juga untuk mengukur akseptabilitas dan elektabilitas kandidat.
Agus Sudibyo
[email protected]
www.agussudibyo.wordpress.com
Beasiswa Unggulan Pemerintah
SAYA sebagai salah satu penerima beasiswa unggulan dari pemerintah merasa sangat terbantu sehingga dapat menyelesaikan studi di kampus dalam waktu tiga setengah tahun dengan indeks prestasi 3,89.
Cara mendapatkan beasiswa ini tidak berbelit-belit dan saya dapat langsung merasakan manfaatnya sejak awal kuliah. Semua biaya pendidikan ditanggung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selama memperoleh beasiswa, saya dan teman-teman mendapat pelatihan gratis tentang bagaimana menjadi mahasiswa yang kritis terhadap kondisi bangsa dan negara melalui pelatihan penulisan ide dan gagasan di media massa nasional. Salah satu prestasi yang saya peroleh adalah mengikuti olimpiade farmasi tingkat nasional yang menjaring mahasiswa potensial di bidang farmasi.
Rotua Winata Nopelia Silitonga
Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Penerima Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo