Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Interogasi di depan perapian interograsi di depan perapian

Peter wright dalam bukunya "spy catcher" menuturkan penyusupan dua orang mata-mata rusia ring of five ke dalam dinas rahasia inggris m15. mereka : watson dan anthony blunt.

5 September 1987 | 00.00 WIB

Interogasi di depan perapian  interograsi di depan perapian
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
"Kami sudah berlaku sopan, dan kami tetap menepati janji kami sebagai orang-orang terhormat. Tetapi Anda tidak menepatinya...." "Sudah saya katakan, tak ada lagi yang terlibat." "Benar? Pernahkah Anda memikirkan teman-teman kita yang mati karena ini semua?" IA sendiri sudah meninggal, pada 1983 yang lalu. Mula-mula agen rahasia itu dicurigai ketika dua temannya menyeberang ke Rusia. Yakni pada 1951. Sebelas kali interogasi terhadap orang yang menguasai lima bahasa itu tak membuahkan apa-apa, dan Anthony Blunt, nama agen itu, bebas. Tiga belas tahun setelah ia diinterogasi, yakni pada 1964, kembali Blunt harus duduk di kursi pemeriksaan di sebuah ruangan markas MI5, Dinas Keamanan Inggris. Pada pemeriksaan kali ini semuanya terungkapkan. Namun, atas jaminan Jaksa Agung, Blunt tak ditahan. Ia mendapat kekebalan hukum selama 15 tahun bila mau mengakui semua yang dilakukannya. Entah mengapa, agen rahasia yang kemudian mengundurkan diri, dan sejak 1945 menjadi kurator barang kesenian di Istana Buckingham, itu tak diberhentikan oleh Ratu Elizabeth. Padahal, jelas-jelas ia telah melakukan pengkhianatan. Mungkin Ratu tak mendapatkan informasi yang semestinya. Mungkin Blunt memang sangat meyakinkan pengetahuan keseniannya. Hasil interogasi itu sendiri tak sepenuhnya tercium oleh pers -- masyarakat Inggris tetap tak tahu dengan jelas siapa Anthony Blunt. Dan kini, 1987, terbitlah buku itu, Spycatcher, sebuah otobiografi yang, konon, secara terus terang membeberkan skandal di MI5. Peter Wright, si penulis buku, salah seorang perwira di Dinas Keamanan tersebut, salah seorang yang ikut memeriksa Blunt. Sebuah bab dari buku setebal 392 halaman itu merupakan transkripsi dari rekaman interogasi terhadap Blunt, ditambah dengan catatan-catatan Wright sendiri tentang skandal itu. Berikut cuplikannya. * * * SAYA dan Arthur Martin, Kepala Spionase Kontra-Rusia di MI5, ingin sekali menahan Blunt. Kami ingin tahu seberapa jauh MI5 telah disusupi agen Rusia. Waktu itu, 1964, begitu berhadapan dengan Arthur, Blunt segera mengakui keterlibatannya sebagai mata-mata Rusia, sekaligus sebagai pencari calon yang akan bekerja untuk Rusia. Dengan cepat, ia menyebutkan nama teman-temannya yang ikut terlibat. Le Long, seorang bekas perwira pada Dinas Rahasia Militer. John Cairncross, karyawan di Kantor Bendahara Negara pada 1940 sebelum masuk Sekolah Kode dan Sandi Negara di Bletchley. Pada 1944 ia bergabung dengan MI5. Long segera mengaku, setelah kami memberikan jaminan bebas bila ia mau bekerja sama. Demikian juga dengan Cairncross, yang ditemui Arthur di Roma, Italia. Rupanya, sengaja entah tidak, setelah memberikan beberapa informasi, Blunt tak lagi mau banyak ngomong. Saya dan Arthur lalu memutuskan untuk menghadapi dia bersama-sama. Tentu saja, Anthony Blunt tak mengenal benar-benar diri saya. Saya diperkenalkan oleh Arthur sebagai perwira penganalisa masalah Blunt. Dan saya akan berperan sebagai pemeriksa yang kejam, sementara Arthur pemeriksa yang ramah-tamah. Tugas saya terus-menerus meneror Blunt bahwa pengakuannya bohong semata. Ini cara kuno, tapi sering kali berhasil. Anthony Blunt, 59 tahun waktu itu, kurus, berperawakan tinggi. Ketika kami bertemu pertama kali, ia mengenakan jas dengan dasi kupu-kupu. Dia memang tampak terhormat, memang pantas sebagai pegawai Buckingham. Tapi sedikit feminin. Selama interogasi ia bersikap ramah dengan tetap menjaga jarak, terutama terhadap Arthur. Mereka berdua tampaknya menyembunyikan ketegangan. Ini bisa dimengerti. Sepuluh tahun sebelumnya, 1954, mereka bekerja sama dan ternyata Blunt telah membohongi mentah-mentah rekannya itu. "Anthony, Peter ini telah melakukan analisa terhadap kasus Anda. Saya kira ia akan menanyakan beberapa hal." Saya matikan tape recorder. Dan untuk beberapa menit saya tetap diam, untuk menimbulkan efek. "Anthony Blunt, saya yakin Anda tidak mengatakan hal yang sebenarnya, karena saya telah membaca catatan yang ada pada saya," saya membuka jurus pertama. Blunt tampak sedikit terkejut, seolah-olah saya mencoba menamparnya. Dia duduk di sofa, kakinya yang panjang ia silangkan, dan tanpa disadarinya, tentu, kedua kaki itu membuat gerakan menyepak. "Saya telah mengatakan semuanya," ia menjawab sambil menatap saya tepat di mata. "Omong kosong," bentak saya. "Saya tidak percaya hanya Long dan Cairncross yang terlibat." Wajah Blunt tiba-tiba berubah pucat. Pipi kanannya terlihat berdenyut-denyut. Ia mulai grogi. Ia menuangkan minuman. Rupanya, ia mencoba mengulur waktu, untuk menenangkan diri. "Kami telah berlaku adil terhadap Anda," kata saya lebih lanjut. "Kami sudah berlaku sopan, dan kami tetap menepati janji sebagai orang-orang terhormat. Tetapi Anda-lah yang tidak menepatinya." Lalu saya tunjukkan kata-katanya yang meragukan, bahwa di situ ia menyembunyikan sesuatu. Saya tahu, ia mencoba menyelidik, apakah kami sudah mempunyai bukti-bukti di tangan, atau sebenarnya masih menduga-duga. "Peter, sudah kukatakan, tak ada lagi yang terlibat." Saya berganti taktik, menyerang nuraninya. "Pernahkah engkau pikirkan tentang teman-teman kita yang mati karena ini semua?" Blunt bersikap acuh tak acuh. "Tidak pernah ada yang mati. Saya tidak punya kekuasaan menghabisi seseorang." "Bagaimana dengan orang Gibby di Kremlin?" pancing saya. Gibby nama panggilan Harold Gibson. Ia ini seorang perwira di Dinas Rahasia Inggris, MI6, yang mempunyai seorang mata-mata di Moskow. Orang yang dia rekrut akhirnya dihukum mati karena dikhianati Blunt. "Dia itu seorang mata-mata, tahu aturan main, dan juga tahu risiko," ucap Blunt berentet, berapi-api, melupakan sejenak sikap hati-hati khas KGB-nya. Selesai bicara pipinya kembali berdenyut. Di matanya terkandung dendam. Rupanya, ia menyadari telah terperangkap untuk berbohong. Kami melangsungkan "tanya jawab" sekitar satu jam. Taktik berikutnya menginterogasi Blunt di rumah, atau di tempat kerjanya. Harapan kami, dengan berada di lingkungan sendiri ia merasa tidak tegang, memungkinkan kami menjalin hubungan yang lebih santai. Hampir sekali sebulan untuk selama enam tahun kami menemui Blunt di ruang kerjanya, di Institut Courtauld. Ruangan itu besar, bergaya Baroq. Tembok kamar dihiasi dengan ornamen bermotif daun diwarnai emas yang dilukis oleh para mahasiswanya sendiri. Di tiap sisi dinding tergantung lukisan. Sebuah lukisan karya Poussin digantungkan di atas perapian. Karya master Prancis dari abad ke-17 itu, raja Baroqisme, dibeli oleh Blunt dengan uang pinjaman dari Victor Rothschild sebesar 80. Kini lukisan itu berharga 4.500.000. Tempat ini memang ideal untuk membicarakan masalah pengkhianatan. Tiap kali kami bertemu selalu di tempat yang sama: di depan perapian, di bawah lukisan Poussin. Kadang-kadang kami menginterogasi Blunt dengan hidangan teh dan sandwich yang dipotong dengan cita rasa tinggi. Yang lebih sering, kami minum-minum, kami minum scotch, Blunt minum gin. Isi "pembicaraan", peristiwa-peristiwa yang terjadi pada 1930-an: KGB, spionase, dan persahabatan kisah cinta dan pengkhianatan. Inilah pertemuan yang tak kulupakan seumur hidup. Sesungguhnya Anthony Blunt seorang yang sangat anggun, memesonakan, dan sangat terlatih. Dengan menguasai lima bahasa pengetahuannya memang luas dan mendalam. Ia tak cuma menguasai kesenian. Matematika dan filsafat ilmu ia tekuni benar-benar, hingga ia memperoleh gelar untuk ilmu matematika dari Universitas Cambridge. Benar interogasi di bawah Poussin itu berjalan santai. Mula-mula saya mencoba mencatat semuanya dalam sebuah buku. Lama-kelamaan sulit sekali untuk merekam seluruh percakapan, hingga saya akhirnya melanggar etika. Di sebelah ruang kerja itu ada sebuah bangunan yang sedang direnovasi. Saya kemudian menyelipkan sebuah mikrofon di tembok sebelah yang tembus ke ruang kerja Blunt. Sepanjang yang saya tahu, kedua bangunan itu tak pernah diusik-usik, tentunya mikrofon itu masih di situ sampai sekarang. Blunt bercerita tentang awal mulanya ia bergabung dengan Rusia. Ia direkrut oleh Guy Burgess, agen MI5 yang menyeberang, dan kemudian sempat melarikan diri ke Rusia pada 1951, ketika jejaknya tercium. Burgess, menurut Blunt, orang yang sangat cakap. Mengenang dia, bagi orang yang kini kuinterogasi, tampaknya sangat menyakitkan. Guy pada akhirnya meninggal di Moskow, belum lama ini, sendirian dan menderita, karena tubuhnya menjadi rapuh karena siksaan. "Guy seorang patriot besar bagi yang mengenalnya," kata Blunt. "Yah, saya percaya," sahut saya. "Yang dia mau 'kan mengkomuniskan Inggris. Pernahkah Anda menerima kabar sebelum dia mati ?" Tiba-tiba Blunt tampak gugup. Ia mencoba minum tehnya. Cangkir dan cawan itu bergetar di tangannya. Ia bangkit, menuju meja kerjanya, mengambil sepucuk surat. "Ini surat terakhirnya. Anda tentu sudah mendapatkannya. Surat itu dirikimkan lewat seseorang." Lalu Blunt meninggalkan ruangan. Tepat saya selesai membaca surat itu, Blunt kembali masuk. Ia tampak bingung. Burgess bagi Blunt berarti banyak. Dan karena saya membaca surat itu, tentunya ia kini tahu bahwa saya mengetahui arti Burgess baginya. Inilah titik awal kemenangan saya dari permainan ini. Blunt, sengaja atau tidak, telah membuka tabir, membiarkan saya mengintip ke dalam jaringan mata-mata yang disebut Ring of Five. Blunt menyukai gosip. Ia paling suka menceritakan kisah Guy Burgess dan Clarissa Churchill, kemanakan PM Churchill. Menurut Blunt, Burgess ditugasi oleh pihakRusia untuk mengawini Clarissa. Tujuannya, kegiatan mata-matanya lalu terlindung dengan sempurna. Tapi Burgess sangat kebingungan. Adapun sebabnya, dia itu seorang homoseksual tulen. Tapi bukan Burgess kalau dia menolak tugas. Sebulan kemudian ia telah mengejar-ngejar kemanakan Churchill. Celaka, seorang yang juga 'naksir Clarissa, Pope Henessy -- kelak ia jadi penulis ternama -- marah. Suatu malam ia mendatangi Burgess dengan sepucuk pistol, mengancam akan membunuh mereka berdua sebelum dia bunuh diri. Lucunya, kemudian kita semua tahu, tak seorang pun dari kedua mereka mendapatkan Clarissa. Kemanakan Churchill itu akhirnya menikah dengan orang lain. Yang saya tangkap, dalam jaringan yang melibat Blunt ini terjadi keruwetan yang lucu. Misalnya, Blunt tak mengenal benar seorang rekannya yang ternyata bertugas merekrut orang. Bertemulah mereka suatu hari membicarakan Long yang baru saja direkrut oleh orang itu, padahal jauh sebelumnya Long telah direkrut oleh Blunt. Akhirnya, saya menemukan sebuah nama: Alaistar Watson. Terakhir ia bekerja di Laboratorium Riset Departemen Angkatan Laut. "Bagaimana tentang Alaistar?" saya tembak kepada Blunt. Ia tampak kaget, lalu katanya tegas, "Jangan. Dia tak relevan." Saya pun lalu menjalankan peran saya kembali, bersikap keras. Saya katakan kepadanya bahwa ia bohong, bahwa ia tahu Watson seorang komunis dan menjadi teman baiknya. Pipi Blunt kembali berdenyut. Pertahanan Blunt akhirnya patah. Ia pun mengakui segalanya. Sampai sekarang, tuturnya, ia masih suka bertemu dengan Watson. "Saya mempelajari teori Marxis di kaki Alaistar," gumam Blunt. "Anthony, Anda mengatakan sebelumnya bahwa tak ada lagi nama-nama terlibat. Ternyata, Anda berbohong...," desak saya. Blunt mengorek-ngorek perapian. "Peter, saya tak bisa menjadi Whittaker Chambers." Nama yang disebutkan oleh Blunt itu adalah seorang komunis Amerika, yang pada 1950 meninggalkan paham itu dan mengkhianati bekas kaki tangannya. Segera Watson kami awasi ketat. Akhirnya, kami tahu, anak dan istrinya juga komunis. Akhirnya, kami putuskan untuk menginterogasi dia tiap hari, dan ternyata berlangsung sampai enam minggu. Mula-mula Watson marah, apa hak kami melakukan interogasi terhadap dia. Lama-lama ia menyerah, setelah kami pancing, dia bercerita tentang sejarah hidupnya, tentang hubungannya dengan Guy Burgess, Anthony, dan lain-lain. Bahkan kemudian terungkap, ia pun punya hubungan dengan seseorang bernama "Otto", seorang yang dikenal dengan sosoknya: rambut hitam, selalu disisir rapi ke bawah. Itulah pengawas jaringan mata-mata komunis Ring of Five pada akhir 1930-an. Tak diragukan lagi, Watson memang mata-mata. Mungkin sejak 1938 ia telah direkrut menjadi agen Rusia. Ia membocorkan riset deteksi antikapal selam. Menurut saya, orang ini sangat berbahaya. Tapi karena tak ada bukti nyata, akhirnya kami cuma memindahkan dia ke bagian yang tak penuh dengan rahasia, ke Lembaga Riset Kelautan, hingga dipensiun. Akan halnya Anthony Blunt, sampai saya pensiun dan pindah ke Australia, pada 1976, ia tetap menikmati kekebalan hukumnya dan meninggal pada 1983. Dari Sunday Morning Post dan A History of British Secret Service oleh Richard Deacon

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus