Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dekat dengan Basuki Tjahaja Purnama jauh sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta, Sunny Tanuwidjaja juga dekat dengan sejumlah konglomerat. Rabu pekan lalu, ia dicegah ke luar negeri berkaitan dengan kasus dugaan suap reklamasi pesisir Jakarta. Basuki menyebut Sunny anak magang. Sebaliknya, Sunny mengaku anggota staf Basuki. Selasa pekan lalu, ia bersedia diwawancarai Tempo.
Anda dicekal atas permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi….
Saya tahunya sehari sebelumnya dari seorang teman. Tapi, setelah hal itu diumumkan keesokan harinya, tetap puyeng.
Anda tahu alasannya?
Enggak tahu. Dari pengacara Sanusi, gue dituduh mengatur pertemuan kliennya dengan Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja. Itu jelas tuduhan ngarang.
Tapi Anda pernah berkomunikasi dengan Sanusi soal peraturan daerah tentang reklamasi….
Gue berkomunikasi dengan Sanusi karena paham dia otaknya soal itu. Yang lain enggak paham. Gue datangi dia. Kenapa raperda ditahan-tahan lagi. Kan, kemungkinan mentoknya di 15 persen. Semua sudah oke. Itu sudah clear.
Apakah Sanusi meminta bantuan Anda melobi Basuki?
Dia ngomong inilah, itulah. Banyak. Enggak ingat semuanya.
Seberapa sering Anda membahas reklamasi dengan Gubernur?
Ada beberapa kali. Makanya gue bilang tadi, di setiap pertemuan, Pak Gubernur enggak janji seratus persen. Oke-oke aja.
Anda juga mempertemukan Ariesman dengan Basuki?
Sama Ariesman ketemu di kantornya. Tapi jarang. Gue lupa bahas apa. Ariesman kalau mau ketemu Gubernur lewat gue. Kadang bisa langsung.
Anda juga disebut sering berkomunikasi dengan Sugianto Kusuma alias Aguan….
Ya, beberapa kali. Ada yang di kantor, ada yang di luar sambil makan pempek. Kalau selama soal raperda reklamasi, pembicaraan dia dan Gubernur enggak pernah tuntas. Pak Gubernur orangnya santai, tapi di aturan dia keras.
Krisna Murti, pengacara Mohamad Sanusi:
Itu Modal Pilkada, Bukan Suap
Setelah ditetapkan sebagai tersangka suap rancangan peraturan daerah tentang reklamasi pesisir Jakarta, Mohamad Sanusi mengundurkan diri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta dan Partai Gerindra. Menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi sekaligus mengubur mimpi Sanusi untuk maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Selasa pekan lalu, pengacara Sanusi, Krisna Murti, bersedia diwawancarai soal kasus kliennya.
Sanusi juga menyeret pihak lain dalam kasus yang membelitnya?
Iya, memang disampaikan. Salah satunya ada orang dekat Gubernur, Sunny Tanuwidjaja.
Menurut Sanusi, bagaimana keterlibatan Sunny?
Dia penghubung antara eksekutif dan legislatif.
Misalnya, apa yang dibicarakan Sunny dengan Sanusi?
Klien saya misalnya pernah bertanya kepada dia, "Gimana koko lu?" Ini soal penurunan kontribusi tambahan di perda menjadi 5 persen.
Sanusi juga menyebut ada peran Sugianto Kusuma alias Aguan?
Saya tidak berkomentar soal itu. Nanti di pengadilan saja.
Soal duit Rp 2 miliar untuk Sanusi, apa akan dibagikan ke anggota DPRD yang lain?
Itu pemberian secara pribadi. Bantuan karena Bang Uci (panggilan Sanusi) akan mengikuti pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2017. Wakilnya juga sudah ditunjuk. Jadi bukan suap.
Kok, Anda yakin itu pemberian cuma-cuma?
Saya dengar ada sedikit permintaan bantuan untuk rancangan perda. Detailnya nanti saja. Tapi sebenarnya tak ada hubungan.
Mengapa Sanusi mundur dari DPRD dan Gerindra?
Supaya lebih berfokus menjalani proses hukum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo