Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jakarta-Bandung Jatah Tiongkok

12 Oktober 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah memutuskan menerima proposal Cina dalam proyek kereta cepat (high speed rail) Jakarta-Bandung. Jepang, yang lebih dulu mengincar proyek ini, terpaksa gigit jari.

Cina dipilih karena menyanggupi proyek sepanjang 150 kilometer itu tanpa jaminan pemerintah. Sedangkan skema yang ditawarkan Jepang masih menyertakan syarat agar pemerintah ikut menjamin proyek.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengatakan pemerintah tahu betul Jepang bakal kecewa. Presiden Joko Widodo sampai mengutus Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil pergi ke Jepang untuk menyampaikan alasan di balik terpilihnya Cina.

Pertarungan antara Cina dan Jepang meruapkan aroma persaingan di lingkup internal pemerintah. Proyek ini diawali Jepang yang menyanggupi membuat studi kelayakan pada 2011. Tiga tahun kemudian, terjadi pergantian kekuasaan: Joko Widodo menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono. Selama kampanye pemilihan presiden, mantan Wali Kota Solo itu tak pernah "berjualan" kereta cepat Jakarta-Bandung.

Baru lima bulan menjabat, Menteri Rini meneken kerja sama dengan Cina untuk menggarap proyek ini. Sejak saat itu, Jepang juga ngebut merampungkan hasil studinya. Proposal keduanya sempat ditolak. Namun, belakangan, pemerintah Jokowi menjatuhkan pilihan pada Cina.

JEPANGPERBANDINGANCINA
89Nilai proyek (triliun)80
140Panjang rel (kilometer)150
Dukuh Atas-GedebageRuteGambir-Gedebage
5Jumlah stasiun8
320Kecepatan maksimum
(kilometer per jam)
350
200.000Harga tiket per orang200.000
Pemerintah Jepang 75 persen kepada BUMN Indonesia
Pemerintah Indonesia 15 persen untuk pembebasan lahan, insentif pajak, layanan
teknis, dan manajemen Operator kereta cepat 10 persen
Asal pembiayaan"Konsorsium Cina 40 persen
"Konsorsium Indonesia 60 persen
"Kredit sepenuhnya dari China Development Bank
0,1 persenBunga2 persen
40 tahunTenor pelunasan40 tahun (masa tenggang 10 tahun)
50 persen dari nilai proyekJaminan pemerintah0
2016Mulai konstruksiSeptember 2015
2021Beroperasi2018

PROPOSAL CINA

Prediksi Jumlah Penumpang (ribu per hari)

Skenario2019203020402050
Optimistis78101131173
Moderat6179102135
Pesimistis516584111

Jarak Antar-Stasiun

Gambir ---- 4,60 km ---- Manggarai ---- 6,65 km ---- Halim ---- 27,85 km ---- Cikarang ---- 24,35 km ---- Karawang ---- 44,20 km ---- Walini ---- 27,30 km ---- Bandung Selatan ---- 15,60 km ----Gedebage

PELAKSANA PROYEK KERETA CEPAT

Perusahaan join venture dengan komposisi:

  • Konsorsium perusahaan Cina, 40 persen
  • Konsorsium BUMN Indonesia, 60 persen

    Konsorsium Cina:

  • China Railway (Kepala)
  • China Railway International Co Ltd
  • China Railway Group Limited
  • Institute Group Corporation
  • China Academy of Railway Sciences
  • CRRC Corporation Limited
  • China Railway Signal & Communication Corp

    Konsorsium BUMN Indonesia bernama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia. Komposisi sahamnya:

  • PT Wijaya Karya setor modal Rp 1,7 triliun (38 persen)--Kepala
  • PTPN VIII setor modal Rp 1,125 triliun (25 persen)
  • PT KAI setor modal Rp 1,125 triliun (25 persen)
  • PT Jasa Marga Tbk setor modal Rp 540 miliar (12 persen)
    ***

    TARIK-ULUR PROYEK MERCUSUAR

    November 2011
    Prastudi kelayakan kereta cepat Jakarta-Bandung dimulai dengan dana hibah dari Jepang senilai US$ 500 ribu.

    Februari 2012
    Prastudi kelayakan lanjutan dengan dana hibah US$ 500 ribu.

    2014

    Januari
    Studi kelayakan tahap I mulai dilakukan dengan dana hibah dari Japan International Cooperation Agency (JICA) senilai US$ 3,5 juta.

    2015

    27 Maret
    Menteri BUMN Rini Soemarno serta Menteri Pembangunan dan Reformasi Cina Xu Shaoshi meneken nota kesepahaman kerja sama di Beijing. Studi kelayakan Cina langsung dimulai dengan biaya US$ 5 juta.

    April
    JICA menyampaikan hasil studi kelayakan kepada Kementerian Koordinator Perekonomian.

    Agustus
    Menteri Pembangunan dan Reformasi Cina Xu Shaoshi menyerahkan hasil studi kelayakan ke Presiden Joko Widodo.

    Juli-Agustus
    Hiroto Izumi, penasihat khusus Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, menemui Presiden Jokowi.

    26 Agustus
    Izumi menyodorkan revisi proposal Jepang. Jaminan pendapatan minimal pemerintah diturunkan dari 100 persen menjadi 50 persen.

    3 September
    Presiden Jokowi menolak proposal kedua negara. Proyek boleh dilanjutkan asalkan tidak menggunakan dana APBN. Muncul wacana mengubah proyek menjadi medium speed rail atau kereta kecepatan menengah.

    22 September
    Rapat terbatas Presiden Jokowi dan kabinetnya mengisyaratkan memilih proposal Cina.

    23 September
    Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution memanggil Duta Besar Jepang, menyampaikan bahwa kereta cepat berlanjut lagi, sementara kereta medium speed batal.

    28 September
    Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil diutus ke Jepang untuk menemui Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia tak bisa menggunakan anggaran negara untuk membangun proyek kereta cepat seperti dalam proposal Jepang.

    Sumber: FS Proposal Cina, Kementerian BUMN, PDAT

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus