Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jakarta, Sebentar Lagi

3 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ratusan penumpang bergeletakan di ruang tunggu Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Hampir tiga jam mereka menunggu bus Damri, yang tidak kunjung tiba. Rupanya, angkutan umum itu terjebak macet di Jalan Tol Sedyatmo.

Jalan bebas hambatan yang menghubungkan pusat Kota Jakarta dengan lapangan terbang ini terputus Senin malam pekan lalu. Air pasang laut menjebol tanggul pada kilometer 26. Tak ayal, para penumpang telantar. Tidak hanya itu, 23 jadwal penerbangan pun tertunda. ”Karena menunggu kedatangan penumpang dan kru pesawat,” ujar juru bicara PT Angkasa Pura II, Ahmad Waspan. Air itu juga merendam permukiman penduduk di kawasan Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Banyak yang khawatir air pasang laut suatu ketika bakal merendam tempat pendaratan pesawat. Kecemasan tersebut tidak berlebihan jika kita membaca hasil penelitian Armi Susandi dan teman-temannya dari Institut Teknologi Bandung. ”Tahun 2035, Bandara Soekarno-Hatta mulai hilang,” kata doktor bidang perubahan iklim dari Max Planck Institute of Meteorology, Jerman, itu.

Tidak hanya itu. Jika suhu bumi terus meningkat, air pasang laut akan naik sampai satu setengah meter pada 2050. Alhasil, ujarnya, 24 persen wilayah Jakarta akan terendam permanen oleh air laut. Termasuk Tanjung Priok, Bandara Soekarno-Hatta, Pademangan, Koja, Cilincing, dan Penjaringan. Pelabuhan Internasional Tanjung Priok tidak bisa berfungsi lagi.

Air laut yang semakin tinggi juga bakal mencapai pelataran Tugu Monas pada 2080. Dan kenaikan air laut sampai tiga meter bakal terjadi pada 2100. Kenaikan air ini akan menenggelamkan sebagian wilayah Bekasi Utara, seperti Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya.

Armi Susandi tidak sedang menebar teror. Penelitiannya selama dua tahun didasari laju kenaikan suhu dan muka air laut di Jakarta. Kemudian dia membuat satu model digital yang menyajikan gambar tiga dimensi pengaruh penurunan muka air tanah dengan laju kenaikan muka air laut.

Penurunan muka air tanah di Jakarta mencapai 0,85 sentimeter per tahun. Ini terjadi karena pengambilan air tanah dan maraknya pembangunan gedung bertingkat. Anjloknya tanah menyebabkan 40 persen wilayah Jakarta berada lebih rendah dari permukaan air laut.

Adapun data kenaikan muka air laut diperoleh dari pencatatan periode ulang pasang-surut selama 17 tahun. Kenaikan muka air laut di Jakarta mencapai 0,57 sentimeter per tahun. ”Jadi lebih cepat turun dibanding naiknya muka air laut,” kata Armi, yang akan mempresentasikan penelitiannya pada Konferensi Perubahan Iklim di Bali pekan ini.

Untuk mengatasi air laut pasang, Gubernur Fauzi Bowo sedang mengkaji pembangunan polder dua lapis di Jakarta Utara. ”Harus melibatkan ahli-ahli dari luar negeri,” katanya Rabu pekan lalu. Menurut Fauzi, pembangunan polder sebagai pengendali banjir meniru keberhasilan yang dilakukan pemerintah Belanda.

Armi mengusulkan pemerintah membangun zona penyangga dan tembok laut. Zona itu bisa dibuat dengan penanaman mangrove atau bakau. Pada saat bersamaan, tembok laut perlu dibangun karena tanaman bakau membutuhkan waktu lama untuk tumbuh besar. Dia berharap pemerintah membangun tembok setinggi enam meter mulai 2010. ”Pertama kali pada daerah pantai Bandara Soekarno-Hatta,” ujarnya.

Jika Jakarta tidak segera ditata, musibah besar bukan mustahil akan melanda kota ini sebentar lagi. Dari banjir besar di seluruh kota sampai tenggelamnya lapangan terbang terbesar di Tanah Air. Maka, Armi berkata, benteng mesti segera dibangun selagi ada waktu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus