Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jenderal di Balik Tembok Tinggi

Harta Djoko Susilo tersebar di banyak tempat. Sebagian belum masuk laporan harta pejabat.

6 Agustus 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ajun Inspektur Satu Slamet Riyanto menganggap Inspektur Jenderaal Djoko Susilo bagaikan orang tua sendiri. Bukan lagi anak buah sang Jenderal, Slamet tak cuma menyodorkan tangan untuk bersalaman ketika mereka bersua pada Februari 2012. "Saya cium tangannya," kata Slamet kepada Tempo, Kamis pekan lalu.

Djoko, yang ketika itu masih menjabat Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian RI, meresmikan program Satu Sekolah Dua Polisi di Gedung Olahraga Amongrogo, Yogyakarta. Slamet, yang bertugas di Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Gunungkidul, datang ke acara. Menurut Slamet, sebelum pertemuan, mereka sudah tak bertatap muka selama bertahun-tahun.

Slamet mengenal Djoko sejak 1998, ketika sama-sama berdinas di Kepolisian Wilayah Cirebon. Djoko menjabat kepala bagian lalu lintas berpangkat ajun komisaris, sedangkan Slamet menjadi bawahannya dengan pangkat brigadir satu. Meski begitu, kata Slamet, komunikasi mereka tak kaku. "Kami selalu mengobrol pakai bahasa Jawa," kata pria 45 tahun ini.

Belakangan, Djoko dipromosikan menjadi Kepala Polres Bekasi, Kepala Polres Jakarta Utara, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, hingga Kepala Korps Lalu Lintas Polri. Sedangkan Slamet dimutasi ke Kepolisian Daerah Yogyakarta pada 2008, sebelum pindah lagi ke Polres Gunung Kidul dua tahun berikutnya. Kendati terpisah jarak, kata Slamet, "Kami menjaga silaturahmi."

Slamet disebutkan menjadi pengelola aset Djoko di Yogyakarta. Seorang polisi mengatakan Djoko menitipkan Mercy-nya kepada Slamet. Ada pula rumah di dekat Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta yang kuncinya dipegang Slamet. Ditanyai soal ini, Slamet mengernyitkan kening. "Aset apa, ya?" katanya.

Menurut Slamet, ia memang beberapa kali membawa mobil mewah ke asrama polisi tempat ia tinggal. "Tapi itu Camry, bukan Mercy," ujarnya. Mobil tersebut, kata dia, bukan milik Djoko, melainkan sewaan. Slamet mengaku hanya memiliki mobil Panther.

Dalam laporan ke Komisi Pemberantasan Korupsi pada 20 Juli 2010, Djoko menyatakan memiliki kekayaan Rp 5,62 miliar. Ia mencantumkan punya dua petak tanah di Jakarta Selatan, yang luasnya masing-masing 700 meter persegi, senilai Rp 2,66 miliar dan Rp 1,94 miliar. Ia melaporkan pula memiliki dua Innova keluaran 2005 seharga Rp 140 juta dan Rp 135 juta. Adapun rekeningnya dilaporkan berisi Rp 237 juta.

Djoko belum melaporkan rumahnya di Jalan Perintis Kemerdekaan, Solo, Jawa Tengah. Keberadaan rumah di atas lahan seluas 5.000 meter persegi itu diungkap Koordinator Masyarakat Anti-Korupsi Indonesia Boyamin Saiman. Menurut dia, bangunan ini ditempati seseorang berinisial CC. Sumber Tempo yang lain mengatakan rumah itu ditinggali anak angkat Djoko yang berprofesi dokter.

Di Depok, Jawa Barat, ada juga rumah yang disebutkan milik Djoko. Dibentengi tembok tiga meter, bangunan bernomor 69 itu tampak mencolok di Jalan Leuwinanggung, Tapos. Menurut warga bernama Bejo, lahan rumah dibeli secara bertahap sejak 2001 atas nama Suratmi, istri Djoko. Luas lahan itu kini ditaksir lebih dari satu hektare. Pagar tinggi yang menyerupai benteng dibangun pada 2008. "Tak ada yang boleh masuk," ujar Bejo.

Tempo sempat masuk melewati gerbang. Tapi dua petugas keamanan seketika mencegat dan meminta Tempo tak meneruskan langkah. "Mohon pengertiannya," kata seorang petugas. Menurut pria tersebut, rumah itu bukan punya Djoko, melainkan milik "Pak Erik". Berkebalikan dengan petugas pertama, petugas kedua mengatakan rumah itu milik "Pak Alex". Sejumlah tokoh masyarakat setempat memastikan itu rumah Djoko.

Pengacara Djoko, Hotma Sitompoel, menyatakan tak mengetahui kekayaan kliennya, termasuk rumah-rumah tadi. "Kalaupun ada, memang kenapa?" katanya. "Di Indonesia ini harta orang kaya selalu dituduh hasil kejahatan."

Anton Septian, Anggrita Desyani (Jakarta), Ilham Tirta (Depok), Anang Zakaria (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus