Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Ketika seks masuk ke jalur lambat

Gairah seks pada usia 40 makin surut. pengaruh psikologis/konflik perkawinan lebih dominan ketimbang menurunnya deposit hormon. semangat seksual bersifat emosional dan tak realistis.

26 November 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PROBLEM psikologis bisa menyabot kebangkitan gairah seksual. Ini pendapat paling umum, tapi juga kuno. Kemudian, dalam beberapa dekade terakhir, berlaku teori baru. Menurut teori ini, merosotnya gairah seks dianggap bersumber pada disorganisasi senyawa biokimia tubuh. Proses ini ditandai oleh hilangnya keseimbangan hormonal, menurunnya deposit hormon seks, yang akhirnya mengakibatkan anjloknya frekuensi kegiatan seks. Aktivitas seks yang seperti ini tak ubahnya mobil tua yang jalannya tersendat-sendat, dan terpaksa membelok ke jalur lambat. Namun, teori yang bersandar pada dominasi hormon itu akhir-akhir ini diragukan kebenarannya. Seperti teka-teki telur dan ayam -- mana yang duluan -- begitu pula teori mengenai tersendatnya dorongan seks. Para ahli kembali percaya bahwa hambatan psikologis muncul lebih dahulu daripada rintangan biologis alias hormonal. Kesimpulan ini dipublikasikan Oktober lalu, setelah 300 ahli seksuologi Amerika Serikat membahasnya dalam sebuah pertemuan ilmiah. Peran testosteron -- hormon yang paling dekat dengan urusan senggama -- memang tidak diragukan, terutama apabila kegiatan seks berlangsung normal. Turun-naiknya semangat seksual pada pria biasanya sejajar dengan pasang-surutnya deposit hormon ini. Pada wanita, kadar testosteron naik menjelang menstruasi. Pada hari-hari itu pula, gairah seks wanita meningkat. Namun, pada usia sekitar 40 tahun, gairah seksual mulai luntur. Semula memang ada dugaan, berkurangnya deposit hormon testosteron merupakan penyebab utama menurunnya gairah seks, yang biasanya terjadi tatkala orang berusia 40 tahun. Namun, kesimpulan inilah yang sekarang ditentang. "Penurunan akibat berkurangnya testosteron tidk drastis tapi gradual," kata seksuolog Universitas Berkeley, Bernard Apfelbaum. Sementara itu, bukan tak mustahil terjadi kemacetan seksual pada umur 40, yang ditandai dengan dorongan seks yang anjlok secara tiba-tiba. Penyebabnya, menurut Apfelbaum, bukan testosteron, tapi dilema kejiwaan. Apfelbaum dan beberapa seksuolog lain berpendapat, dilema itu terutama berpangkal pada konflik perkawinan dan pertengkaran yang berlanjut bertahun-tahun. Misalnya, persaingan diantara suami-istri, disamping adanya perbedaan frekuensi seksual. Dalam kondisi seperti ini, tak jarang yang satu menuduh yang lain gila seks. Psikolog Gayle Beck dan University of Houston membuktikannya melalui sebuah percobaan. Pada sejumlah pasangan yang mengeluh kehilangan nafsu seks, ia mencoba memantau pengaruh suara yang diperdengarkan melalui rekaman. Hasilnya menunjukkan dengan pasti, gairah seks pasangan-pasangan itu terganggu karena suara bernada marah yang mengingatkan pada pertengkaran. Bahkan Beck menemukan, dorongan seks yang berapi-api bisa padam tiba-tiba, begitu telinga menangkap suara marah yang menyentak. Namun, ahli fisiologi Stanford University, Julian Davidson, mengingatkan bahwa turunnya semangat seksual tidak selalu menyebabkan kegiatan senggama terhenti sama sekali "Seseorang yang kehilangan gairah seksual tidak berarti langsung mandek. Ia tetap masih bisa menerima rangsangan dan masih bisa melakukan hubungan seks," ujar Julian, yang juga penulis buku laris Patterns of Sexual Arousal. Dorongan seks dan bangkitnya berahi, menurut Julian, adalah dua hal yang terpisah. Pertanyaan yang segera muncul, mungkinkah terbitnya berahi dipengaruhi kondisi hormonal? Ternyata tidak juga. "Bahkan di sektor berahi, pengaruh testosteron tidak jelas," kata Julian. Dalam percobaan, ahli fisiologi itu menemukan, peningkatan deposit testosteron justru mengembalikan dorongan seks yang menggebu-gebu. Tapi cuma sesaat. Semangat yang berapi-api ini tidak diikuti rangsangan. Maka, tidak terjadi ereksi. Akibatnya, gairah seks pun dengan cepat jatuh lagi. Lalu apa yang mempengaruhi berahi? "Situasi kejiwaan yang paling berpengaruh dalam mematikan berahi adalah kegelisahan," kata Gayle Beck. Bahkan pernyataan-pernyataan membingungkan dan mengundang kecemasan yang diperdengarkan melalui pita rekaman bisa mengganggu proses ereksi. Menurut para ahli, kemacetan seksual terjadi bila kedua aspek seks itu -- gairah dan rangsangan -- mengalami gangguan. Dalam kasus terlihat bila konflik perkawinan sampai menimbulkan kegelisahan. Kalau salah satu saja dari kedua aspek itu yang terganggu, frekuensi seks akan mengalami penurunan. Yang kemudian dipermasalahkan ialah mengapa dorongan seks dan berahi sangat mudah dipengaruhi konflik kejiwaan. Jawaban yang disepakati para seksuolog: semangat seksual bersifat sangat emosional dan tidak realistis. Citra mitra seks, misalnya, sering diidealisasi. Citra inilah yang terganggu bila hubungan seks akhirnya memunculkan kenyataan yang berbeda. Cumbuan seks dalam senggama umumnya cuma menjadi saluran rasa cinta. Fungsinya membangkitkan rangsangan seks secara fisik. Di tahun-tahun pertama perkawinan, ketika hubungan masih begitu mesra, kepincangan itu tidak sampai mengganggu. Namun, ketika perkawinan semakin lanjut cumbuan yang terasa hambar lalu dibuang dari agenda. Akibatnya, bukan cuma kehangatan yang hilang, tapi upaya membangkitkan rangsangan seksual juga terlupakan. Psikolog Joseph LoPicollo dari University of Missouri, yang meneliti kehidupan seks 100 pasang suami-istri, mengungkapkan kenyataan itu dalam angka. Penelitiannya menunjukkan, pada usia perkawinan 10 tahun, 52% pasangan yang rata-rata berusia 34 tahun masih berhasil mempertahankan frekuensi senggama 2 sampai 3 kali seminggu. Hanya 2% yang masih melengkapinya dengan cumbuan, 12% lagi menyatakan cuma bercumbu sekali sebulan. Selebihnya menyatakan jarang bercumbu lagi. Ini berarti sebagian besar dari 100 pasangan itu sedang dalam proses memasuki jalur lambat. Jim Supangkat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus