Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kabel-kabel di Kepala Setya

Hampir dibedah kepalanya, Setya Novanto bugar menjelang putusan praperadilan. Penyakitnya tak begitu jelas.

12 November 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kabel-kabel di Kepala Setya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ZULHENDRI Hasan terkesima melihat betapa cepat perkembangan kesehatan Setya Novanto, Ketua Umum Partai Golkar, yang dirawat di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta Timur. Hanya dalam tiga hari, Setya bugar kembali. "Perkembangannya signifikan, tentu kami bersyukur," kata Wakil Bendahara Umum Partai Golkar itu, Rabu pekan lalu.

Setya dirawat sejak 18 September 2017. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Nurul Arifin menyebutkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu mengalami penyempitan jantung 80 persen dan dirawat di ruang khusus Intensive Cardiac Care Unit di lantai 4 rumah sakit yang tak jauh dari Pasar Jatinegara tersebut. "Sehingga harus dioperasi untuk dipasang kateter dan ring," ujarnya.

Sebelum di Rumah Sakit Premier, Setya sempat dirawat di Rumah Sakit MRCCC Siloam, Semanggi, Jakarta Pusat. Ia masuk ke ruang perawatan pada 10 September 2017 atau sehari sebelum Komisi Pemberantasan Korupsi memeriksanya sebagai tersangka dugaan korupsi kartu tanda penduduk elektronik dengan nilai proyek Rp 5,9 triliun.

Informasi dari Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham lain lagi. Ia mengatakan Setya terkena vertigo dan sinusitis. Karena begitu kompleks dan ruwetnya penyakit Setya, Zulhendri menjenguknya. Kunjungan pertama pada 26 September. Tiba pukul 10 pagi, ia diarahkan suster ke lantai 3.

Di lantai itu, hanya terdapat ruang perawatan bayi, kebidanan, dan cardiac ward alias bangsal khusus perawatan jantung yang tidak perlu perawatan intensif. Setya berada di sana dengan berbagai kabel terpasang di tubuhnya. "Saya tidak tahu kabel apa saja dan tidak bertanya," ucapnya.

Gambar itu terpacak di sebuah foto yang beredar secara luas. Penghuni media sosial mengecam dan mengolok-oloknya karena pelbagai kabel itu tak terhubung ke mesin dan tak tersambung ke setrum. Belakangan, banyak meme dari foto itu yang membuat Setya marah dan melaporkannya ke polisi, yang bergerak supercepat dengan menetapkan seorang pembuatnya sebagai tersangka.

Setelah ditunggu dua jam, Setya terbangun karena dokter dan suster datang mengeceknya. Menurut Zulhendri, kepada dokter itu, Setya mengeluh bahwa dokter sebelumnya di Rumah Sakit MRCCC merekomendasikan agar kepalanya dibedah untuk mengetahui penyakit dia, yang tiba-tiba pusing setelah menjadi tersangka. "Tapi saya takut, Dok. Saya tak mau dioperasi," katanya, seperti ditirukan Zulhendri.

Dokter Glenn Sherwin Dunda, ahli jantung dan pembuluh darah, setuju Setya tak perlu dioperasi setelah mengecek keadaan Ketua Golkar itu. "Itu masih bisa diatasi," ujarnya, seperti yang ditirukan Zulhendri. Ketika dimintai konfirmasi ulang, Glenn enggan menjelaskan penyakit Setya. "Mohon izin manajemen rumah sakit dan Setya Novanto dulu agar saya bisa membuka rahasia medis," katanya.

Tiga hari setelah kunjungan pertama, Zulhendri kembali ke Rumah Sakit Premier. Hari itu adalah hari pembacaan putusan gugatan praperadilan Setya atas penetapannya sebagai tersangka korupsi oleh KPK pada 29 September 2017. "Sudah membaik, tidak memakai selang-selang lagi," ujarnya.

Malamnya, hakim mengabulkan gugatan itu sehingga Setya tak lagi menjadi tersangka. Dokter mengizinkannya pulang tiga hari kemudian, 3 Oktober 2017. Menurut Kepala Hubungan Masyarakat Rumah Sakit Premier, Sukendar, Setya menjalani perawatan selama 14 hari di rumah sakit tersebut.

Sukendar menolak menjawab pertanyaan tentang penyakit Setya, juga alasan kepindahannya dari MRCCC ke Premier. "Kami tak bisa menjelaskan," kata Arifin, petugas Peduli Pelanggan. "Pasien berpesan agar menanyakannya langsung kepada Sekjen Golkar." Adapun Setya hanya tersenyum ketika ditanyai benarkah kepalanya sempat akan dioperasi.

Linda Trianita


Setya Novanto: Ketemu (Presiden) kan Biasa...

SETYA Novanto menempuh pelbagai cara untuk lolos dari jerat tuduhan korupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik. Pengacaranya siap menggugat kembali penetapan tersangka kedua dalam kasus ini ke sidang praperadilan. Pengacaranya yang lain mengadukan dua pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi ke polisi dengan tuduhan melampaui kewenangan karena meminta Imigrasi mencegah Setya bepergian ke luar negeri setelah putusan praperadilan.

Polisi giat menyidiknya. Agus Rahardjo dan Saut Situmorang menjadi tersangka, meski dibantah Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian. Setya juga diduga melobi banyak pihak agar melindunginya dari jeruji besi. Dia antara lain menemui Presiden Joko Widodo untuk membicarakan perkaranya. "Ketemu kan biasa saja," katanya pada Kamis pekan lalu.

Berikut ini pernyataan Setya dalam beberapa kesempatan. Gadi Makitan mewawancarainya di kantor Golkar di Jakarta, sementara Ahmad Rafiq mencegatnya saat ia kondangan ke acara mantu Presiden Joko Widodo.

Benarkah pada Rabu dua pekan lalu Anda bertemu dengan Presiden Joko Widodo?

Kalau ketemu, kan, biasa.
Apa saja yang dibicarakan?
(Diam.)
Ayolah berbicara agar beritanya seimbang....
Tidak berimbang juga tidak apa-apa.
Apakah Anda punya hubungan dengan Sandy Kurniawan yang melaporkan Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang ke polisi atas tuduhan pembuatan surat palsu?
Enggak tahu saya.
Apa tanggapan soal beredarnya surat yang menyebut Anda sebagai tersangka?
Kami serahkan semua itu kepada mekanisme hukum yang ada.
Ada informasi bahwa Anda ikut dalam arus perputaran uang proyek e-KTP....
Itu adalah fitnah yang sangat keji, yang selalu dilakukan pihak-pihak yang berusaha menyudutkan saya.
Artinya, itu tidak benar?
Tidak benar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus