Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PUKUL tiga dini hari Sabtu dua pekan lalu, telepon seluler Pembantu Rektor Bidang Akademis Universitas Lambung Mangkurat, Gusti Muhammad Hatta, berdering. Tergagap, Gusti menyambar teleponnya. Yang ia khawatirkan adalah ibunya yang telah dua pekan dirawat di rumah sakit akibat diabetes. ”Saya kaget, jam segitu kok ada telepon,” kata Gusti Muhammad.
Ternyata di ujung sana Menteri-Sekretaris Negara Hatta Rajasa yang bicara. Hatta meminta Gusti berangkat ke Jakarta pagi itu juga. Tapi tiket belum di tangan. Gusti kelabakan. Beruntung, maskapai Lion Air masih punya kursi kosong untuk penerbangan pertama. Pukul enam pagi, Gusti terbang ke Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.
Tiba di bandara, Gusti Muhammad dijemput kerabatnya, Gusti Noor Irfansyah. Dari sana mereka langsung menuju kediaman Hatta Rajasa di perumahan menteri Widya Candra, Jakarta.
Tiba di rumah Hatta Rajasa, Gusti menunggu. Dua puluh menit kemudian, Hatta Rajasa menemuinya. Sedikit berbasa-basi, Hatta mengabarkan bahwa pada Minggu pukul sepuluh pagi Gusti harus ke Cikeas menjalani tes menjadi menteri. Malamnya, ia menginap di kediaman Noor Irfansyah di Bogor, Jawa Barat. Pada saat audisi itu tiba, ia grogi. Kata Gusti, ”Itulah untuk pertama kali saya bertemu Presiden. Sebelumnya cuma melihat dia di televisi.”
Gusti Muhammad dilantik menjadi Menteri Lingkungan Hidup. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Bersatu II ini di Istana Merdeka, Rabu malam pekan lalu. Kabinet ini berisi 34 menteri dan tiga pejabat setingkat menteri. Kamis besoknya, Yudhoyono melantik mereka di Istana Negara.
SELASA dua pekan lalu di kantor Sekretariat Negara. Beberapa pembantu Presiden tampak berkumpul menggunjingkan kabinet yang bakal disusun Presiden Yudhoyono. Menurut salah seorang dari mereka, Yudhoyono sedang mencari calon menteri yang bisa mewakili Kalimantan. Posnya belum jelas. Tapi calon dari kalangan akademis dan punya gelar berderet bakal diperhitungkan. Hingga dua hari kemudian, perwakilan Kalimantan itu belum diperoleh. Karena itu, munculnya Gusti Muhammad Hatta di bursa kabinet mengagetkan banyak orang. ”Saya orang desa, orang daerah jauh dari Jakarta,” kata Gusti, pria bersahaja kelahiran Banjarmasin 57 tahun lalu itu. Sumber Tempo menyebutkan, Hatta Rajasa yang menyodorkan Gusti Muhammad kepada Presiden Yudhoyono.
Dalam menyusun kabinet, selain menimbang kemampuan dan kompetensi, Yudhoyono juga menghitung soal representasi. Perwakilan partai politik jadi pertimbangan paling atas. Selain itu, harus ada menteri yang mewakili daerah, provinsi, gender, agama, atau organisasi massa. Gusti dianggap mewakili Kalimantan. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar mewakili Aceh. Menteri Perhubungan Freddy Numberi, selain mewakili Partai Demokrat, dianggap representasi Papua.
Semula sempat terpikir untuk menyertakan Gubernur Kalimantan Tengah Teras Narang dalam kabinet. Syaratnya tentu jika PDIP bergabung mendukung Yudhoyono, karena Teras adalah kader Partai Banteng itu. Tapi, hingga babak akhir PDIP tak melempar sinyal akan bergabung (lihat ”Kapal Selam Menunggu Kereta”).
Hatta Rajasa mendapat tugas mencari nama. Selain Gusti, sempat muncul nama Rektor Universitas Mulawarman Achmad Ariffien Bratawinata. Tapi, karena Achmad Ariffien dari Jawa Barat, ia tidak dinominasikan.
Hatta berusaha mencari calon melalui jaringan Partai Amanat Nasional dan Muhammadiyah. Seorang sumber mengatakan, Hatta ingin yang masuk adalah ”orangnya sendiri”. Muncullah nama Gusti Muhammad. Meski tidak aktif di partai, sejumlah kerabat Gusti Muhammad aktif di Partai Amanat Nasional. Keluarga besar Gusti Muhammad memang berlatar belakang Muhammadiyah. ”Tapi saya jadi menteri sebagai akademisi,” kata Gusti. Sepulang audisi, Hatta meminta Gusti menemui pendiri Partai Amanat Nasional, Amien Rais.
Adalah Noor Irfansyah yang diminta Hatta mengontak Gusti. Noor adalah staf ahli Fraksi Partai Amanat Nasional di Dewan Perwakilan Rakyat. Irfansyah masih kerabat Gusti Muhammad, sama-sama keturunan ningrat Banjar.
HATTA Rajasa tentulah bukan penentu tunggal Kabinet Indonesia Bersatu II. Tapi sudah jadi rahasia umum bahwa pria kelahiran Palembang 56 tahun lalu itu dipercaya Presiden mengurus pelbagai persiapan.
Semua calon menteri yang mau menghadap Yudhoyono-Boediono pasti melalui Hatta Rajasa. ”Mungkin karena saya ini Menteri-Sekretaris Negara, yang sehari-hari mengikuti Presiden,” kata Hatta merendah.
Banyak orang yang mengakui kelihaian Hatta Rajasa mengambil hati Yudhoyono. Simak pernyataan Yudhoyono pada saat menjelaskan kabinet yang ia bentuk, sebelum sidang kabinet paripurna di gedung Sekretariat Negara, Jumat pekan lalu. Yudhoyono mengatakan, Hatta Rajasa yang mengkomunikasikan hasil tes kepada calon menteri. ”Selain saya sendiri, Pak Hatta yang menyampaikan,” kata Yudhoyono.
Rumah Hatta Rajasa di kompleks perumahan pejabat tinggi di kawasan Widya Chandra, Jakarta, kata sejumlah sumber, juga tempat bertemu sejumlah menteri atau calon menteri.
Menjelang Yudhoyono terbang ke Amerika Serikat untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G-20, misalnya, bekas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agung Laksono datang ”menghadap”. Agung kini dipercaya menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh, yang kini pindah pos Menteri Pendidikan Nasional, juga kerap hadir di kediaman Hatta. ”Menteri dan yang ingin jadi menteri kumpulnya di rumah Hatta,” kata sumber itu. Tapi lobi dari Nuh itu dibantah Sukemi, staf khusus dan orang dekat bekas Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, itu. ”Itu hanya silaturahmi biasa,” katanya.
Hatta juga jadi pintu masuk partai pendukung koalisi saat menyodorkan nama calon menteri. Sepekan sebelum audisi calon menteri, misalnya, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar menyebutkan Hatta Rajasa menjadi penghubung resmi partainya dengan Yudhoyono. ”Setelah dihubungi Pak Hatta Rajasa, disuruh menunggu saja,” kata Muhaimin. Hatta pun menyatakan semua berkas calon menteri memang melalui tangan dia. ”Saya yang mengurusi calon menteri dari partai pendukung koalisi,” katanya.
Hatta sendiri sejak awal sudah dijanjikan Yudhoyono bakal menjadi menteri lagi. Ketika mengumumkan Boediono sebagai calon wakil presiden pada Juli lalu, Yudhoyono membesarkan hati dengan mengatakan akan mengangkat Hatta sebagai menteri senior. Sebelumnya, Hatta disebut-sebut juga masuk bursa calon wakil presiden. Belakangan nama Hatta muncul sebagai calon Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Posisi Menteri Koordinator Perekonomian akan dipegang mantan Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias Kuntoro Mangkusubroto.
Putra Jaya Husin, bekas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Amanat Nasional yang kini staf khusus Hatta Rajasa, mengatakan bahwa Yudhoyono memilih Hatta Rajasa karena ingin menggerakkan sektor riil. Hatta dinilai mumpuni karena pernah menjalankan bisnis perminyakan. ”Karena itulah SBY meminta Hatta Rajasa,” kata Putra Jaya.
JASA Hatta Rajasa terhadap Susilo Bambang Yudhoyono tak bisa dibilang sedikit. Dialah, misalnya, yang mempertemukan Yudhoyono dengan mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Amien Rais seusai pemilihan umum legislatif pada April lalu. Sebelumnya, Amien sangat tajam mengkritik pemerintah Yudhoyono.
Setelah pertemuan itu, Amien kepada Tempo menyatakan memiliki banyak kesamaan dengan Yudhoyono. ”Soalnya sekarang bagaimana membangun pemerintahan yang stabil dan kuat di tengah paradigma ekonomi dunia yang berubah,” kata Amien ketika itu.
Di situlah Amien memberikan sinyal koalisi mendukung Yudhoyono dalam pemilihan presiden dan menyorongkan Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden. Di tengah percakapan, Amien, misalnya, meminta Yudhoyono agar tetap menggandeng Hatta. ”Saya titip Mr. Silver Hair ini.” SBY tersenyum dan topik pembicaraan berpindah ke soal lain. Ketika Amien berpamitan, SBY menyela, ”Tadi apa, Pak Amien? Grey hair?” Amien menjawab, ”Bukan, bukan. Silver hair.”
Hatta Rajasa juga menjadi utusan Yudhoyono untuk bertemu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri awal Mei lalu, menjelang penetapan pasangan presiden-wakil presiden. Hatta menyebut kunjungan ke rumah Megawati untuk mengurusi status kepemilikan rumah. Semula Megawati menempati rumah itu dengan status sewa atas biaya negara. Belakangan negara memberikan rumah itu kepada Megawati sebagai mantan presiden. Hingga kini Megawati memang belum akur dengan Yudhoyono. Tapi sikap politik Taufiq Kiemas yang ngotot ingin koalisi dengan Yudhoyono tak lepas dari andil Hatta Rajasa.
Beberapa sumber Tempo di Istana menyebutkan Hatta memiliki hubungan personal yang baik dengan Yudhoyono. Ia dikenal pandai membuat lelucon yang bisa membuat SBY tertawa lepas pada saat rapat kabinet. Soal ini, Hatta merendah. ”Ah, setiap orang kan suka lelucon.”
”Si Rambut Perak” semula adalah Menteri Perhubungan dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Tiga tahun di sana, ia didapuk menjadi Menteri-Sekretaris Negara menggantikan Yusril Ihza Mahendra. Lulus dari Jurusan Perminyakan Institut Teknologi Bandung, Hatta Rajasa sebenarnya tak banyak pengetahuan tentang hukum dan tata negara—sesuatu yang dibutuhkan dalam mengurus Sekretariat Negara.
Hubungan Hatta Rajasa dan Yudhoyono juga terjalin lewat jalur lain. Adik lelaki Hatta Rajasa, Achmad Hafiz Tohir, misalnya, sempat punya bisnis dengan adik lelaki Ani Yudhoyono, Hartanto Edhie Wibowo. Keduanya membentuk PT Power Telecom, perusahaan yang bergerak di bidang Internet. ”Tapi itu sudah lama dan tidak berlanjut,” kata Hatta.
Nama Hatta juga sempat muncul ketika Institut Teknologi Bandung memberikan gelar kehormatan doctor honoris causa kepada Yudhoyono, awal tahun ini. Ia adalah Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung. Karena dianggap mengkampanyekan Yudhoyono, pemberian gelar itu ditunda hingga pemilu usai.
Istri Hatta Rajasa, yang biasa disapa Okke, terbilang dekat dengan Ani Yudhoyono. Okke dipercaya Ani menangani program Mobil Pintar—proyek perpustakaan keliling. Ia juga Ketua Yayasan Cita Tenun Indonesia, organisasi pencinta tenun yang dibentuk pada pertengahan tahun lalu. Peresmian yayasan ini dibuka oleh Ani Yudhoyono.
Sunudyantoro, Agus Supriyanto, Gunanto E.S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo