Pengunjung Taman Impian Jaya Ancol semakin bertambah saja. Apalagi setiap tahun ada yang baru di sana. Kali ini, misalnya, ada rumah hantu. ADA hantu gentayangan di Ancol. Dan hantu itu tidak berada di semak-semak pinggir pantai, atau di sekitar kuburan orang-orang Belanda. Rombongan hantu itu dipelihara di sebuah puri, tepatnya Puri Misteri. Inilah hantu yang termahal di Indonesia. Untuk membuatnya dihabiskan biaya Rp 7 milyar. Puri Misteri adalah salah satu dari lima wahana hiburan yang baru dibuka awal bulan ini di kawasan Dunia Fantasi Ancol. Empat yang lain adalah Rajawali, Burung Tempur, Teater Antariksa, dan Teater sang Pelopor. Rajawali dan Burung Tempur lebih sebagai permainan untuk menguji keberanian berputar di ketinggian sekitar 25 meter. Teater Antariksa, agak mirip juga, hanya ditambah dengan kejelian menunggang kursi simulator untuk menghadapi makhluk luar angkasa. Sementara itu, Teater sang Pelopor berfungsi bagai museum. Di sini disajikan perkembangan ilmu pengetahuan sejak zaman Socrates hingga abad ruang angkasa. Dari lima tempat hiburan baru itu, Puri Misteri yang paling pada pengunjungnya, seakan-akan banyak orang senang bertakut-takut. Begitu pengunjung memasuki rumah -- puri -- yang dijaga patung Bima tinggi besar itu, suasana seram dan mistis sudah hadir lewat permainan cahaya dan efek suara. Kemudian memasuki ruangan yang sempit pengunjung diteror dengan serangkaian suara yang tak keruan juntrungannya -- tapi mendirikan bulu roma. Ruangan sempit itu seakan jebol ke bawah -- padahal sebenarnya langit-langit kamar yang dinaikkan -- dan inilah awal perjalanan Bima mencari air suci. Dengan kereta listrik yang kursinya berbentuk ular kobra, mulailah pengunjung mengikuti perjalanan Bima sebagaimana diceritakan dalam hikayat Mahabarata, mencari air suci di tengah laut. Di lorong yang remang-remang itulah berbagai jenis hantu dipamerkan dan dibuat seakan-akan hidup. "Ih ..., seram," teriak Markus, 10 tahun, mencekal lengan kakaknya. Anak-anak memang gaduh. Puri ini menghadirkan ratusan hantu-hantuan. Ada yang berbentuk kalajengking, naga, burung hantu, tuyul, dan para penghuni neraka. Bak rumah setan. Berbeda dengan rumah-rumah hantu di berbagai tempat hiburan, katakanlah Disney Land Tokyo misalnya, di Puri Misteri serangkaian hantu itu dibuatkan urutan ceritanya. Ya, kisah Bima itu tadi. Mengapa Bima? "Karena Bima adalah tokoh wayang yang sebagian besar orang Indonesia kenal," kata Gong Subagio, Humas Taman Impian Jaya Ancol (TIJA). Dan seperti yang dikatakan Deputi Direktur TIJA Ir. Aryanto, untuk sampai menemukan cerita Bima mencari air suci itu dibutuhkan waktu tiga tahun dan melibatkan banyak ahli. Ada tiga belas episode. Awalnya adalah Gerbang Bawah Tanah lalu menyusul Perut Bumi, Istana Naga, Lorong Kematian, Kapal Hantu, Dasar Lautan, Kampung Setan, Regol Wetan, Ruang Pesta, Balairung, Mulut Naga, Kuburan Artis, dan terakhir Ruang Wajah. Lama wisata seram ini hanya 14 menit. Intinya adalah perjalanan Bima di bawah tanah, lalu di bawah air dan bertamu di kerajaan samudera itu. Misalnya, petualangan Bima di bawah tanah, diawali dengan suguhan aneka satwa yang bentuknya seperti zaman prasejarah. Binatang-binatang seperti kalajengking, kelelawar, dinosaurus tampak menakutkan, dan sedikit menjijikkan. Kemudian sisa-sisa sebuah pertempuran akbar: tengkorak dan tulang-tulang bertonjolan di relung-relung lorong. Ada empat peti mati berjejeran di dinding. Isinya, boleh diintip, jerangkong yang merintih minta dibukakan tutup peti mati itu. Tentu saja, "perjalanan Bima" ini tak selalu taat pakem. Ibarat cerita wayang masa kini, ada carangannya. Misalnya, di laut ditemukan kapal tua yang karam, yang awaknya -- setelah jadi hantu -- masih melakukan aktivitas sehari-hari: bernyanyi, bermain dengan anjingnya, bertengkar, mabuk-mabukan, dan sebagainya. Begitu pula adegan di Balairung, bukan balairung sebuah kerajaan versi wayang, tetapi ruang tamu modern yang lebih mengesankan pada rumah-rumah bangsawan Eropa. Namun, di sini permainan animatronik dan suara dipadukan sedemikian rapi. Terlihat, misalnya, bagaimana orang-orang (patung) itu digambarkan sudah mati di berbagai tempat: di meja makan, di dapur, di kamar, tetapi bayangannya bisa bergerak dan menembus dinding-dinding secara hilir mudik. Menurut Teddy Darmanto, Kepala Biro Kreatif TIJA dibutuhkan 300 seniman dengan waktu lebih dari setahun untuk menciptakan patung dan merancang animatronik itu. Sebagian besar adalah tenaga dari dalam negeri. Riset untuk lorong saja memerlukan waktu berbulan-bulan sebelum ditemukan bahan fiberglass yang bisa memantulkan suara sedemikian rupa sehingga menambah keseraman. Untuk perjalanan naik dan turun dipilih kereta rel dengan pertimbangan lebih lancar dibandingkan berperahu di parit. Risikonya, tenaga listrik boros. Di Puri Misteri ini dibutuhkan listrik 500 kva, sumber energi yang laiknya mampu menerangi lebih dari seribu rumah tipe BTN. Ini semua upaya TIJA menarik lebih banyak pengunjungnya. Sejak didirikan tahun 1967, Disney Land gaya Indonesia di pantai Ancol ini pengunjungnya makin bertambah. Tahun 1989 pengunjung TIJA 9,2 juta, dan tahun lalu meningkat menjadi 11 juta. Dunia Fantasi sendiri yang berada di dalam kompleks TIJA, tahun lalu dikunjungi 2,5 juta, meningkat dari 2,3 juta tahun sebelumnya. "Ternyata, tontonan berfantasi semakin laris," kata Teddy. Sri Indrayati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini