PENELITI yang ingin lebih memahami tingkat kecerdasan monyet ada baiknya datang ke Desa Mojopuro, 40 kilometer dari Wonogiri. Desa berhawa sejuk yang terletak di lereng pegunungan itu telah men-jadi sasaran serangan ratusan monyet dalam sebulan terakhir ini. Monyet-monyet yang datang dari hutan pinus Kambengan itu menyikat habis jagung dan kacang, yang menjadi andalan utama penduduk desa.
Polah monyet-monyet nakal itu tentu saja membuat petani geram. Sebab, para petani sudah mencoba berbagai cara untuk mengusir si ekor panjang, tapi tak ada yang berhasil. Beberapa petani bilang bahwa monyet-monyet itu secerdik manusia.
Cara pertama yang dicoba petani adalah meracuni monyet melalui makanan yang sudah ditaburi serbuk mematikan. Tapi yang terkena jebakan hanyalah tiga atau empat ekor. Sebagian monyet lainnya ternyata cepat belajar dari pengalaman buruk teman mereka.
Jurus kedua, para petani menjaga ladang secara bergantian selama 24 jam. Teknik ini ternyata masih tembus juga. Petani yang men-jaga malah lari ketakutan sambil berteriak-teriak ketika ratusan monyet datang menyerbu tiba-tiba.
Akhirnya teknik jaga ladang ini dimodifikasi dengan menambah jumlah petani hingga enam orang pada setiap gubuk. Ternyata pasukan monyet masih tidak kehabisan akal. Mereka menyerang dari arah yang penjagaannya tidak ketat.
Singkat cerita, sampai pamong desa dan para petani bersepakat untuk membunuh monyet tanpa ampun, tetap saja si monyet merajalela. Binatang-binatang bandel itu bisa lari masuk ke perkampungan hingga membuat panik penduduk di sana. "Lama-lama mereka seperti manusia," kata Partono, seorang petani.
Karena serangan pasukan monyet itu sudah serius, persoalan ini dibicarakan di tingkat kabupaten. Bupati Wonogiri, Begug Poernomosidi, sempat meninjau ke "wilayah perang" dua pekan silam. Bupati Begug pun mendapat ide, yaitu mengubah pencaharian petani Mojopuro dari palawija ke tanaman keras, seperti jati super. Pak Bupati juga menyanggupi untuk menyumbang bibit kayunya. Ya, mudah-mudahan para monyet tidak mendapat bocoran informasi ini, agar bibit kayu itu tidak dimakannya.
Bina Bektiati, Darlis Muhammad (Palu), Ecep S. Yasa (Wonogiri)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini