Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tenaga kesehatan di Wisma Atlet diduga tertular Omicron dari pelaku perjalanan luar negeri.
Hingga 1 Januari 2022, tercatat ada 136 orang positif Omicron.
Menara karantina kini dipisahkan dari Rumah Sakit Darurat Covid-19.
PAPAN putih bertinggi dua meter ditegakkan berjajar di depan menara empat dan tujuh Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. Dua menara itu tempat karantina pelaku perjalanan luar negeri sejak dua bulan terakhir. Tembok semipermanen menyekat menara karantina yang dikelola Kementerian Kesehatan dan Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet itu. Tujuannya mencegah penularan varian Omicron.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Pusat Kesehatan Tentara Nasional Indonesia Mayor Jenderal Budiman menyatakan pagar baru itu dibangun atas perintahnya setelah varian Omicron virus corona terdeteksi di Wisma Atlet. Sebelum papan itu berdiri, Budiman mengerahkan hampir satu kompi pasukan TNI untuk berjaga di sekitar menara empat dan tujuh. Mereka bertugas menghalau setiap orang yang hendak melintas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami menerapkan standar keamanan tertinggi untuk mencegah penyebaran varian baru,” kata Budiman saat dihubungi pada Kamis, 30 Desember lalu. (Baca: Cara Satgas Covid-19 Membebaskan Pejabat dari Kewajiban Karantina)
Diumumkan sebagai varian yang diawasi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 26 November 2021, Omicron terdeteksi di Indonesia pertama kali di Wisma Atlet Kemayoran pada 15 Desember lalu. Pasien pertama itu diidentifikasi sebagai Tuan N, yang bekerja sebagai tenaga kebersihan Wisma Atlet.
Menurut Budiman, N awalnya mengikuti tes usap rutin yang diadakan untuk semua pegawai dan penghuni Wisma Atlet. Hasil tes pada 8 Desember 2021 menunjukkan tiga petugas kebersihan positif Covid-19. Sampel itu dikirimkan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dua hari kemudian untuk diteliti dengan tes pengurutan genom atau whole genome sequencing.
Hasil tes pengurutan genom yang keluar tujuh hari kemudian menunjukkan satu dari tiga sampel positif varian Omicron. Sedangkan yang lain teridentifikasi sebagai varian Delta. “Tuan N langsung diisolasi dan mengaku sempat stres saat kami melacak kontak eratnya,” ujar Budiman.
Lusanya atau pada 17 Desember, Wisma Atlet menerapkan lockdown. Lebih dari 1.700 penghuni Wisma Atlet menjalani tes usap. Mesin uji reaksi berantai polimerase (PCR) milik Wisma Atlet sempat mengalami gangguan. Lebih dari 100 sampel dinyatakan positif Covid-19. Setelah ratusan sampel itu dites ulang di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, hanya satu pasien terkonfirmasi positif.
Menurut Budiman, sempat ada rencana menutup gedung karantina di menara empat dan tujuh. Namun peserta karantina memprotes karena harus memperpanjang waktu menginap di Wisma Atlet. Berdiskusi dengan sejumlah epidemiolog dan memastikan tak ada kontak antara penghuni dua menara itu dan pasien rumah sakit, Budiman hanya mengunci kawasan rumah sakit darurat.
Tim kesehatan kemudian mulai mencari sumber varian Omicron yang menulari Tuan N. Petugas surveilans lalu melacak ulang daftar penghuni Wisma Atlet di menara karantina ketika WHO mengumumkan status Omicron sebagai varian yang diwaspadai. Data peserta karantina sejak akhir November dibuka lagi. (Baca: Gurihnya Bisnis Hotel Karantina Covid-19)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan tim pelacak menemukan data pasien yang pernah menjalani karantina di Wisma Atlet dan berstatus positif Covid-19. Berjenis kelamin perempuan, pasien berinisial TN itu pulang dari Nigeria. TN terdaftar sebagai penghuni menara karantina mulai 27 November sampai 8 Desember 2021.
Budi mengatakan sampel TN tak bisa diuji dengan tes genom karena jarak waktu pengetesannya terlampau jauh. Tim akhirnya memeriksa dengan metode S-gene target failure (SGTF)—teknik pengujian khusus untuk mendeteksi Omicron. “Kami dapat konfirmasi bahwa perempuan tersebut positif Omicron,” tuturnya.
Menurut Budi, Tuan N pernah bertugas membersihkan area karantina yang dihuni Nyonya TN. Di situlah Tuan N diduga tertular varian Omicron. Keduanya telah menjalani isolasi dan sudah dinyatakan negatif Covid-19 berdasarkan tes PCR.
Pada 18 Desember, Kementerian Kesehatan mengumumkan tambahan dua kasus Omicron. Dua orang tersebut pernah bepergian ke Inggris dan Guyana di Amerika Selatan. Keduanya menjalani karantina di Wisma Atlet.
Budi menyebutkan pasien yang baru pulang dari Inggris adalah seorang pengusaha. Ia bepergian ke London dan tiba di Jakarta pada 14 Desember lalu. Setelah dilacak, pasien yang mengaku telah divaksin empat kali itu diduga tertular dari rekannya.
Sedangkan pasien yang pulang dari Guyana sempat melakukan transit di Panama, Belanda, dan Singapura sebelum mendarat di Jakarta pada 9 Desember lalu. Pasien berumur 41 tahun itu sudah dua kali menerima vaksin. Menjalani karantina di Wisma Atlet, ia sempat berkontak dengan dua laki-laki pada 10 Desember lalu. “Setelah dites, dua orang kontak erat ini negatif Covid-19,” ujar Budi.
Mayor Jenderal Budiman. https://kesad.mil.id
Temuan kasus transit terus bertambah di menara repatriasi Wisma Atlet. Hingga Sabtu, 1 Januari lalu, Kementerian Kesehatan mendeteksi 136 kasus. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Siti Nadia Tarmizi mengatakan mayoritas pasien itu tertular di luar negeri. Mereka baru pulang antara lain dari Malaysia, Turki, Spanyol, dan Arab Saudi.
Tak hanya menulari pelaku perjalanan, varian Omicron juga menulari tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Covid-19. Berdasarkan hasil penelusuran, petugas medis itu diduga tertular dari pelaku perjalanan luar negeri. “Satu kasus lokal baru teridentifikasi pada tenaga kesehatan di Wisma Atlet,” kata Siti.
Mengantisipasi penyebaran varian Omicron, Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayor Jenderal Budiman mengatakan ada pengetatan prosedur di Wisma Atlet. Penumpang repatriasi yang terbukti positif Covid-19 varian Omicron akan langsung dibawa ke lantai teratas menara lima. Tujuannya: menghindari kontak dengan pasien lain yang tidak mengidap varian baru.
Budiman juga mengubah zonasi di kawasan Wisma Atlet. Kini menara satu dikategorikan hijau. Lalu menara dua, tiga, lima, dan enam masuk zona merah karena difungsikan sebagai area rumah sakit dan perawatan pasien positif Covid-19. Sedangkan menara empat dan tujuh, yang menjadi gedung karantina pelaku perjalanan, berstatus kuning.
Pengunjung hanya bisa masuk sampai zona hijau. Petugas pengantar logistik yang masuk ke kawasan Wisma Atlet wajib disemprot disinfektan. Pengemudi pun dilarang turun dan membuka jendela karena ada petugas khusus berpakaian hazmat yang akan mengangkat muatan.
“Kami kembali pada protokol awal Covid-19 seolah-olah kita belum memahami virus ini agar kewaspadaan petugas di dalam Wisma tetap tinggi,” tutur Budiman.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan karantina terpusat seperti di Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet menjadi model isolasi terbaik untuk menangkal penyebaran virus, termasuk varian Omicron. Ia mengingatkan pengawasan terhadap kepatuhan penghuni harus terus dijaga. “Jangan sampai kebobolan dan virus justru menyebar di sana,” ujarnya.
EGI ADYATAMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo