Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENJELANG malam pada Jumat dua pekan lalu, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mendadak mendatangi kantor Komisi Pemberantasan Korupsi di Kuningan, Jakarta Selatan. Dia datang beberapa jam setelah mantan Sekretaris Jenderal Partai NasDem Patrice Rio Capella ditahan.
Kedatangannya itu untuk menjalani pemeriksaan lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan KPK, yaitu Senin pekan lalu. "Saya jadi saksi untuk Rio dan Gatot Pujo Nugroho," katanya. "Lebih cepat saya ke sini, lebih baik."
Nama Surya memang santer disebut-sebut terseret perkara suap yang melibatkan Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho. Sejumlah kesaksian menuding dia berada dalam pusaran kasus ini. Secara bergantian, Sunudyantoro, Prihandoko, dan Rofiuddin dari Tempo mewawancarai Surya Paloh dalam tiga kali kesempatan.
Apakah benar Patrice Rio Capella pernah melapor ke Anda tentang penerimaan uang dari Evy Susanti sebesar Rp 200 juta pada 15 Juni 2015?
Tidak ada. Siapa pun pihak yang menyampaikan itu, sama sekali tidak ada. Saya membantah.
Dalam dokumen pemeriksaan KPK yang kami peroleh, Anda meminta Patrice Rio berhati-hati.
Soal hati-hati itu pesan yang saya sampaikan ke semua kader. Hati-hati jadi pejabat. Hati-hati dalam mengelola departemen, hati-hati jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, hati-hati jadi kader NasDem, hati-hati jadi wali kota dan gubernur. Itu sifatnya general. Bukan karena sedang ada kasus lalu bilang hati-hati. Hati-hati satu hal yang selalu saya sampaikan dalam berbagai forum kepada para kader NasDem.
(Maqdir Ismail, kuasa hukum Patrice Rio Capella, membenarkan kabar bahwa Surya Paloh mengetahui penerimaan uang Rp 200 juta.)
Dalam pertemuan islah Gatot Pujo dengan wakilnya di kantor pusat NasDem, Anda disebut-sebut menelepon Jaksa Agung Muhammad Prasetyo meminta kasus korupsi bantuan sosial dihentikan....
Tidak ada sama sekali untuk menghentikan kasus bansos. Pertemuan itu hanya 15 menit. Mereka (Gatot dan Tengku Erry Nuradi) harus akur. Tidak boleh bertengkar.
Pertemuan itu juga ajang islah antara Gatot dan Erry untuk berbagi kekuasaan?
Tidak ada. Sebagai ilustrasi juga, kalau cuma uang-uang kecil gitu, enggak mungkinlah. Politik uang mahar pun kalau mau dikurskan berapa pun tidak akan bisa.
Apakah soal uang Rp 200 juta ini dan menelepon Jaksa Agung ditanyakan penyidik KPK kepada Anda?
Tanyakan ke penyidik saja.
Sebelum pertemuan di kantor NasDem, kabarnya ada pertemuan antara Gatot, Patrice Rio, dan Jaksa Agung?
Itu yang kalian dengar? pertama, tanya aja Jaksa Agung. Tapi, kalau you tanya, saya yakin tidak ada pertemuan itu. Kalau benar ada pertemuan, sebagai pemimpin partai yang merasa punya moral obligation, pasti ada suatu langkah yang harus saya lakukan
Kami mendapat informasi, Anda sedang mengincar konsesi lahan perkebunan sawit bekas milik D.L. Sitorus yang akan dieksekusi Kejaksaan Agung?
Tidak ada.
Gatot menuding Anda berada di balik skenario pelengseran dia sebagai Gubernur Sumatera Utara untuk digantikan Tengku Erry Nuradi?
Capek saya jawabnya.
Apa benar begitu?
Pasti enggak benar.
Dalam pertemuan islah, Anda sempat ngotot minta Erry mendapat peran di pemerintah Sumatera Utara?
Kau percaya itu. Enggak benar.
Kami mendapat informasi, Anda berada di belakang proyek monorel di Medan, yang proposalnya sebelumnya ditolak Gatot?
He-he-he.... Sudahlah. Entah siapa yang menitip pertanyaan kau ini, saya pun enggak ngerti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo