ORANG Manado terkenal dengan semboyan: "biar kalah nasi asal
jangan kalah aksi". Maksudnya, meski perut tak diisi asal nampak
gagah. Begitupun dalam pasal menyambut tamu, demi dianggap tuan
rumah yang ramah dan murah hati, orang Manado rela melezatkan
tamu walaupun dia sendiri hanya makan tinutuan, alias bubur
manado. Akhir Oktober kemarin misalnya, kota Manado sibuk
menyambut para peserta Lokakarya Pers. Lalu menyambut kunjungan
Presiden Soeharto di awal Nopember. Mudah dibayangkan betapa
repotnya para pejabat tingkat kotamadya maupun propinsi agar
benar-benar dianggap sebagai tuan rumah yang baik, yang ramah
dan seterusnya.
Berikutnya, tentu urusan sebagai tuan rumah penyelenggaraan MTQ
ke X. Meskipun gema MTQ di Samarinda masih belum sirna, Manado
sudah mulai menggulung lengan baju. Sebanyak 32 buah villa untuk
menampung kontingen dari 27 propinsi yang diperkirakan berjumlah
500 orang, sedang dibangun di belakang kompleks Stadion Kelabat
Manado Selatan. Bahkan "kondisi sosial kota Manado yang
berpenduduk sebagian besar Kristen ini, untuk menjadi tuan rumah
MTQ Nasional, sudah mantap", tutur Haji Adnan Gasim Kepala
Kantor Urusan Agama Kotamadya Manado yang termasuk salah satu
pembina dari Panitia Pelaksana MTQ. Evaluasi sang Haji ini,
cocok pula dengan laporan Gubernur Worang kepada Menteri Agama
Mukti Ali baru-baru ini di Jakarta, bahwa: "banyak keluarga
Kristen yang sudah meminta kepada saya agar rumah mereka
ditunjuk untuk menampung para peserta MTQ nanti". Sehingga
dengan itu pula Gubernur Worang yakin MTQ Nasional ke X pasti
sukses.
Si Jelata Itu
Begitu gairahnya Gubernur Worang dan Walikota Manado Pelealu
untuk jadi tuan rumah yang baik dari MTQ, sehingga setiap
kesempatan kedua pejabat ini menganjurkan pengsuksesan MTQ
meskipun masih banyak jelata di kawasan Kristen ini tak tahu
arti tiga huruf yang sukar dilafalkannya itu. Lebih dari itu MTQ
Nasional X kira-kira bakal meninggalkan kenangan nyata buat
penduduk Manado "Jalan Komo yang sempit akan diperlebar, dan
jalan Stadion Kalabat yang buntu akan ditembuskan ke jalan
Bethesda dalam rangka MTQ", kata Letkol Ben Radjab Dan Res 1901
Manado yang selama ini banyak menggerutu soal sempitnya
jalur-jalur jalan dalam kota yang banyak menimbulkan problim
lalulintas. "Selain jalan Komo dilebarkan, juga di kompleks
Masjid Raya Achmad Yani yang letaknya di jalan Komo ini juga
sedang dibangun Islamic Centre", tutur Haji Adnan Gasim pula.
Tetapi di samping sibuk menjadi tuan rumah yang baik, tak lupa
pula si tuan rumah siap menjadi pemenang. "Kami optimis Sulut
dapat mencapai juara umum, sesuai dengan harapan dan target
Gubernur Worang", ucap seorang pejabat di kantor Urusan Agama
Manado. Harapan untuk menang ini, didasarkan pada prestasi yang
pernah dicapai kontingen Sulawesi Utara pada beberapa MTQ lalu.
Di Palembang pernah menggondol Juara I Wanita tingkat SD. Di
Samarinda juara harapan II wanita tingkat SLP dan juara harapan
III pria dewasa. Di Bandung juara I wanifa dewasa, dan di
Surabaya juara III anak-anak: Untuk menopang optimisme juara
umum ini, bukannya tanpa usaha. Jadwal telah diatur rapi.
Oktober MTQ tingkat desa sudah selesai. Nopember tingkat
Kecamatan, Desember tingkat Kotamadya/Kabupaten, Januari 1977
MTQ tingkat Propinsi di Bitung. Dan Pebruarinya para peserta MTQ
Nasional yang terpilih sudah akan di TC kan selama tiga bulan
dengan mendatangkan pelatih dari luar daerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini