Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Untung Rugi Adang

Stadion siliwangi, bandung dibangun dengan biaya pt propelat rp 350 juta. kapasitas 15.000 orang. pengelola masih rugi. banyak penonton tidak mau beli karcis dengan menyuap penjaga yang tidak disiplin. (kt)

27 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

STADION Siliwangi Bandung yang belum lama rampung dipugar kini mulai ruwet dalam pengelolaannya. Sebab stadion bertarar internasional -- begitu maunya -- yang melahap Rp 350 juta uang PT Propelat untuk pemugarnya itu, dalam 2 kali penyelenggaraan pertandingan sepakbola belum lama lewat, menderita rugi. Ini menyebabkan Adang Prawira (Kolonel pensiunan), Direktur PT Gelora Siliwangi, pengelolanya, harus memutar otak bagaimana agar itu stadion bisa menyadap laba. Sebab "di samping untuk memelihara stadion, uang pendapatan harus saya setorkan untuk menutupi modal yang ditanam yang berasal dari PT Propelat", tutur Adang Prawira. Kedua kewajiban pokok itu sesungguhnya tak akan begitu memusingkan benak Adang, bila saja warga Bandung tak cuma berbangga dan senang menonton di sana. Tapi juga, mestinya, sudi meringankan tangan merogoh kantong buat bayar karcis masuk. Sebab Adang menaksir, "waktu pertandingan Persib lawab PSSI Harimau, yang bayar cuma 60 - 70%. Untung juga, tapi kecil", ujarnya. Menurut perkiraan Adang pula "penonton mencapai jumlah 25.000 orang". Sedang kapasitas nyata stadion sebenarnya cuma 15.000 orang. Hingga tentu saja meski Adang berulang-ulang menghitung uang masuk, jumlahnya tak lebih dari jumlah karcis yang terjual sesuai dengan tempat duduk. Dan tatkala pertandingan Sao Paulo Brazil melawan tuan rumah, Adang mengedarkan karcis sebanyak 17.000 Iembar. "Saya untung tapi tetap merasa rugi", cetus Adang lagi. Kenapa? "Sebab yang 8000 orang lagi masuk tanpa karcis".. Berarti Adang kebobolan sekitar Rp 4 - 5 juta, sebab harga karcis masuk Rp 500 selembar. Siapa yang salah? Bisik-bisik Adang tak merasa repot memberi jawab. Katanya: "Para penonton". Sebab "para penonton Bandung sebagian tak membayar", ucapnya tanpa ragu: Bahkan, katanya lagi, ini sudah diniatkan dari rumah. "Heran, uang Rp 500 saja buat bayar nonton segan, tapi buat rokok tak apa-apa", ucapnya lagi. "Coba niatkan buat beli karcis dari rumah", begitu akhirnya Adang berpetuah. Kabarnya para penonton, bukan punya niat tak mau bayar. Cuma saja menurut yang menyaksikan, ongkos masuk itu "dilakukan melalui petugas penjaga pintu secara bisik-bisik". Konon biaya bisik-bisik itu ringan pula Rp 100. "Itu juga saya ketahui. Tapi memang sukar juga bertindak tegas. Mereka kan manusia juga. Tidak luput dari kelemahan", kata Adang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus