Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Masih Kemauan Kapuas

Jalan sanggau-pontianak mulus. kantor pemda dibangun di atas bekas kuburan cina. anggaran tersedia rp 100 juta. masjid raya diperbaharui sejak 1956. diperlukan rp 45 juta, terkumpul rp 24 juta.

27 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SANGGAU, ibu Kabupaten Sanggaln Kalimantan Barat, yang jaraknya dari Pontianak 267 Km, kini sudah bisa dicapai 7 jam saja. Sebelumnya paling kurang sehari suntuk. Tentu saja ini disebabkan jalan mulus bikinan orang Australia sudah selesai. Kota dengan penduduk 31.136 jiwa itu terletak di lembah nan elok. Pinggir kotanya di kaki bukit, sedang bagian lainnya terhampar sampai ke bibir sungai Kapuas. Namun keadaan seperti itu senantiasa merisaukan Bupati Muhammad KIIsuma Yudha yang bergelar Syarif itu "Kalau musim penghujan Sanggau seperti danau. Sedang kalau musim kemarau seperti padang sepakbola", tutur bupati itu. Lantas apa yang dilakukanya? Tampaknya belum terfikirkan. Sebab dia masih membiarkan keadaan seperti itu sesuai dengan kemauan Sungai Kapuas menurut kodrat alamnya semula. Tapi bupati tampaknya lebih suka memperindah keadaan di sekitar kantor kabupaten. Misalnya sekarang sedang sibuk mencari tanah kosong buat kantor Pemda yang sudah dirancangkan akan dibangun dengan biaya Rp 100 juta. Untuk itu Bupati Kusuma Yudha, sedang sibuk memindahkan 198 kuburan Cina yang mendekam di depan kantolnya (sekarang) ke kampung Pengeladi 5 Km dari kota Sanggau. Kraton & Mesjid Juga yang menjadi beban fikira bupati ialah sebuah kraton yang sudah uzur di dekat pasar. "Kraton itu hampir roboh, harus segera diselamatkan", ujar bupati yang baru setahun memangku jabatannya itu. Berarti buat sementara dia belum ada rencana untuk memugar kraton lainnya di Kampung Beringin. Sebagai keturunan bangsawan, tentu saja ia bukan tak setuju memperbaiki kraton yang satu itu, seperti disarankan berbagai pihak. Bahkan yang dirasanya tak kurang penting dipikirkan ialah bab sejarah kota Sanggau, bekas kerajaan itu. "Ada catatan saya, tapi yang sejarah ditulis dengan rapi dan teliti belum dimiliki", tuturnya. Tapi beruntung juga bupati ini sempat terpikat pada sebuah mesjid besar di kaki bukit sebelah kiri jalan utama masuk Sanggau. Rumah ibadah ini sudah diperbarui sejak 1956 tapi sayang hingga kini masih terlantar. Biaya penyelesaiannya diperkirakan buat mesjid yang ditaksir akan Rp 45 juta. Sumbangan sudah ada ala kadarnya: Rp 9 juta dari Departemen Agama, Rp 15 juta dari Pemda Kalbar dan sedikit swadaya masyarakat. Tapi semua ini tentu belum cukup buat merampungkan mesjid berkapasitas 2500 orang itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus