Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Jedha, Suatu Malam

Jedha, 29, pemilik 2 toko tekstil di jalan malioboro yogyakarta dibunuh keponakannya, akhir bulan oktober. bermotif balas dendam, dengan mengupah pembunuh bayaran. (krim)

27 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TELAH seminggu lamanya Jedha Hemandas Punyabi (29 tahun) menghilang dari kesibukan di dua toko tekstilnya di jalan Malioboro Yogya: toko Soedara dan toko Warna Warni. Ke mana dia? Ke Singapura, itu menurut keponakannya, S 23 tahun, yang satu-satunya keluarga dekat anak sungai Gangga itu di Yogya. Tentu saja mengagetkan mbakyu-nya yang ada di Bandung dan kakaknya yang ada di Jakarta yang tidak merasa pernah dipamiti oleh Jedha. Keyakinan bahwa si Jedha tidak ke luar negeri jadi mantap setelah ditemukan di dalam lacinya surat Keterangan Kewarga-Negaraan yang amat penting bagi seorang asing untuk meninggalkan negeri ini. Akhirnya ketahuanlah bahwa si Jedha bukan ke luar negeri, tapi kembali ke nirwana alias rneninggal dunia. Rupanya si Jedha punya musuh dalam selimut. Yaitu sang keponakan sendiri, S, dengan menggunakan pelayan tokonya sendiri. Ceritanya demikian. Di penghujung bulan Oktober kemarin, menjelang tanggal 1 Nopember, sekitar jam 23.30 si Jedha pulang nonton film. Sd, 20 tahun, yang memang teman tidur si korban di toko Soedara itu membukakan pintu. Tapi di balik tumpukan kain dagangannya bersembunyi US, 20 tahun, dan Smd, 25 tahun, yang rupanya diselundupkan S setelah toko tutup malam itu. Rencana ternyata berjalan lancar. Begitu Jedha masuk langsung ditusuk dari belakang oleh U. Jedha berusaha memberi perlawanan tapi Smd keburu mendaratkan sebilah besi di tengkuk korban. US rupanya kurang puas, lalu ujung pisaunya menancap lagi pada bagian perut si Jedha. Jedha tewas. Mayat putera nomor buncit dari lima orang putera almarhum Hemandas itu terus dibungkus karung plastik dan bercak-bercak darah di tempat kejadian langsung dipel. Telepon Dari Singapura Setelah rapi seluruhnya barulah si S yang menunggu di toko Warna Warni dipanggil bahwa tugas telah selesai. S datang disertai pelayannya YW, 18 tahun, dengan mobil Corona merah milik korban. Mayat masuk mobil dan dibawa ke toko Warna Warni yang kurang lebih setengah kilometer sebelah selatan toko Soedara. Malam itu juga kubur digali di dalam sebuah kamar yang tak terpakai di belakang toko Warna Warni tadi. Tapi hari sudah keburu pagi, liang lahat belum juga selesai maka penanaman mayat ditangguhkan sampai Senin malam. Mayat disimpan di loteng. Seminggu sudah lamanya. Toko buka seperti biasanya. Tak ada tanda-tanda berkabung. Kakak korban yang di Jakarta, Rochiram, rupanya makin curiga dan datang ke Yogya. Begitu juga teman dekatnya di Yogya, seperti si Juk yang pemilik toko Nirwana Yogya nampaknya ikut curiga. Namun dengan cara apapun si S ditanyai baik dengan bujuk rayu maupun secara kekerasan, ia tetap menyatakan si Jedha ke Singapura. Lalu saya pura-pura terima telepon dari Singapura, kata si Juk pada TEMPO . Kelihatan paras si S jadi berobah pucat. Ini terjadi pada hari Sabtu,6 Nopember yakni seminggu setelah kejadian. Sangkaan pada S makin kuat. Sikapnya pun mulai berubah. Keterangannya juga mulai berubah. Si Jedha bukan ke Singapura katanya, tapi diculik oleh orang- orang bersenjata. Tapi mobil almarhum ada. Mestinya, kata si Juk, kalau diculik mobil itu dilarikan dan si Jedha dibuang. Saking bingungnya, lalu si Rochiram sujud di kaki si S. Bagi orang India kalau sudah disembah berarti yang disembah sudah dianggap se-bagai Tuhan. Si S menangis seraya mengakui: Jedha sudah tidak ada. Kemudian ia jatuh pingsan. S diserahkan pada polisi, berikut komplotannya ditangkap. Hari Minggu, 7 Nopember, mayat dibongkar dari tempat penguburannya dan hari Seninnya diperabukan di Krematorium Pingit Yogya. Rencana yang telah dianggap matang oleh S dan komplotannya itu ternyata terbongkar juga. Alasan ia menyatakan si Jedha ke Singapura memang ada dasarnya. Ia tahu bahwa tunangan Jedha yang kelahiran Tegal dan tinggal di Ja karta sedang pulang ke tanah leluhurnya, di India. Mereka bertunangan sejak dua bulan lalu dan merencanakan nikah bulan Januari tahun depan. Menurut Jawar, keluarga korban, pertengahan Nopember ini tunangan si korban itu kembali ke Indonesia tapi mampir dulu di Singapura. Untuk meyakinkan keluarga si korban bahwa Jedha benar-benar ke Singapura menjemput tunangannya, menurut pengakuan S kemudian di depan polisi, ia membiayai Yudhishter, seorang pelayan toko Bombay Bazar Yogya ke Singapura. Tugas si Yudhishter hanya untuk menelepon ke Yogya seolah-olah dia adalah Jedha. Kata S, ia telah memberi uang pada Yudhishter sebesar Rp 1 juta untuk itu. Tapi keterangan ini dibantah Yudhishter. Komandan Distrik Kepolisian Balapan Yogya, Lettu Banidjo, menyatakan masih ragu-ragu dengan ucapan si S itu. Mungkin, kata Banidjo hanya sentimen saja. Sebab, selama dalam tahanan polisi kadang-kadang seperti orang gila. Menurut si Juk memang S lemah syaraf dan kalau kambuh bisa seperti orang gila. Tapi untuk pengusutan, Yudhishter juga ditahan. Apa motif pembunuhan itu? Balas dendam dan ingin menguasai keuangan kata si Juk. Sebab, dalam bulan April lalu S pernah mencuri barang dagangan di toko milik Jedha itu, hingga ia masuk tahanan polisi 5 hari, setelah tuntutan atas dirinya dicabut oleh Jedha. Kemudian, menurut Jawar si S ini berusaha mengumpulkan uang sebesar Rp 30 juta untuk lari ke India. Untuk itu paspornya ternyata sudah disiapkan. Untuk maksud inilah ia nekad membiayai para pelaku pembunuhan dengan Rp 1,5 juta (pelaku utama) dan pelaku lainnya ada yang Rp 250.000 dan Rp 150.000. Sebelum bayaran itu sempat terlunasi seluruhnya, peristiwa itu telah terbongkar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus