Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DARI Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, virus corona beranak-pinak tanpa henti sepanjang tahun ini. Menyebar dengan sangat cepat, corona meruapkan aroma kematian sekaligus menyulut rasa takut di seluruh penjuru bumi. Hingga Kamis, 24 Desember lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat hampir 77 juta kasus positif Covid-19 dengan 1,7 juta orang berpulang. Hidup manusia pun berubah drastis karenanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Indonesia, pemerintah terkocoh-kocoh mengantisipasi penyebaran corona yang membukukan 685 ribu kasus positif dan 20 ribu orang meninggal. Dampak lain, Indonesia terseret ke jurang resesi ekonomi. Namun kondisi bencana justru menjadi pesta bagi sebagian orang. Awal Desember lalu, Menteri Sosial Juliari Peter Batubara—menteri kedua yang ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi setelah Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo—diterungku karena diduga menerima suap terkait dengan penyaluran bantuan sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam kondisi pagebluk, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat mengegolkan sejumlah undang-undang bermasalah. Salah satunya omnibus law, yang pembahasannya penuh kejanggalan dan dinilai terlalu berpihak kepada pengusaha. Dinilai cacat prosedur, naskah Undang-Undang Cipta Kerja pun terus berubah, bahkan setelah ditandatangani Presiden Joko Widodo.
Tahun ini pula kita menyaksikan negara menjadi kian represif. Para pengkritik pemerintah dibawa ke penjara. Kekerasan dan pembunuhan pun terus terjadi di Tanah Papua. Bulan terakhir 2020, pelor panas menewaskan enam anggota Front Pembela Islam. Seperti kasus kekerasan lain yang diduga dilakukan aparat negara, keadilan belum berpihak kepada para pengawal Rizieq Syihab itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo