Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kali Ciliwung merupakan sungai yang melintas di daerah ibu kota DKI Jakarta yang sering kali mengakibatkan terjadinya banjir. Melansir dari dispusip.jakarta.go.id, Sungai Ciliwung diartikan masyarakat lokal sebagai sungai yang berbelok-belok, dengan tepiannya yang tertimbun lumpur. Tahun 1730 sampai 1750, Pemerintah Hindia-Belanda berupaya membersihkan Sungai Ciliwung karena telah menyebabkan kota Batavia mendapat julukan Kuburan di Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mulanya, orang Betawi mengatakan, sungai atau kali berasal dari berbagai sumber mata air yang ada di Megamendung. Lalu mata air itu membentuk sebuah dasar sungai yang bergerak ke arah utara tepatnya ke Jakarta. Kemudian meninggalkan sejumlah genangan lumpur, kanal, dan parit. Akibat letusan Gunung Salak pada 4 hingga 5 November 1699, sungai yang mengalir sepanjang Jakarta ini menjadi keruh, kotor dan rusak. Padahal di muara sungai Jakarta terdapat sejumlah pulau-pulau kecil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Setelah pembangunan tembok kota Batvia selesai pada 1650, pemerintah VOC berusahan menangani masalah kebersihan kota dengan mengeluarkan beberapa peraturan. Semuanya berkaitan dengan Sungai Ciliwung dan anak-anak sungainya atau sodetan Kali Ciliwung yang menjadi tempat pembuangan sampah. Sebelumnya pada 1632 Ciliwung dalam wilayah tembok kota (Intramuros) diluruskan menjadi Kali Besar. Kemudian Ciliwung menjadi dangkal akibat letusan Gunung Salak yang terjadi pada 1699 menyebabkan garis pantai menjorok sampai 75 meter.
Di Ciliwung, apabila waktu pasang naik (pasang besar) perahu-perahu warga dapat menyusur sungai sampai ke permukiman. Untuk Kota Batavia sendiri yang dibangun dengan bentuk empat sisi dikelilingi oleh sebuah parit besar yang dibentuk oleh Sungai Ciliwung. Sedangkan di lapangan depan Stadhuis yang saat ini menjadi Museum Sejarah Jakarta terdapat sebuah air mancur yang sumbernya berasal dari air Sungai Ciliwung di bagian hilir.
Dilansir dari www.ui.ac.id Sungai Ciliwung dengan panjang 120 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) 387 km2 ini dulunya menjadi salah satu sumber kehidupan masyarakat Jakarta dan menjadi habitat berbagai jenis ikan. Namun sekarang di Sungai Ciliwung terdapat limbah hasil pembuangan sampah masyarakat, mengakibatkan aliran air tersumbat sehingga sungai menjadi baud an kotor.
Menurut Ahli Geografi UI, Dr. Eko Kusratmoko mengatakan banjir yang kerap menimpa masyarakat sekitar bantaran Ciliwung diakibatkan oleh human error seperti jebolnya tanggul, dan oceanografis seperti pasang laut, dan gelombang tinggi. Selain itu dari sisi meteorologi dan klimatologi, banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan suhu yang naik pada musim dingin. Seperti banjir yang terjadi di Jakarta tahun 2007 disebabkan oleh faktor oceanografis dan banjir tahun 1996 dan 2013 yang disebabkan oleh curah hujan dominan di daerah Hulu DAS.
Keadaan Kali Ciliwung bagian hilir terutama daerah Jakarta, semakin tahun menjadi semakin memburuk. Adanya sampah yang menumpuk, pendangkalan sungai karena sedimentasi, lebar sungai semakin menyempit, sampai kualitas air yang sudah tercemar limbah yang menjadi permasalahan Sungai Ciliwung.
PUSPITA AMANDA SARI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.