Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diskusi Jumat pekan lalu itu dipenuhi gelak tawa. Mengusung tema ”Dialektika Demokrasi”, debat itu memblejeti perombakan kabinet yang diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin pekan lalu.
Reshuffle kabinet ini, kata pengamat politik Eep Saefulloh Fatah, ”Ibarat menggaruk di kening, padahal dengkul yang gatal. Sekeras apa pun digaruk, tidak akan sembuh.” Ratusan peserta diskusi di sebuah ruang di gedung Dewan Perwakilan Rakyat itu terpingkal-pingkal.
Masalah krusial selama dua setengah tahun pemerintahan Yudhoyono, kata Eep, adalah jumlah penganggur yang kian mengular, penduduk miskin yang membubung, dan sektor rill yang bergerak bak siput kenyang. Sayangnya, ujar Eep, ”Reshuffle tidak menyentuh menteri ekonomi.” Sejumlah pembicara dalam diskusi itu juga mempersoalkan tim ekonomi yang tak tersentuh reshuffle.
Soal para menteri ekonomi memang menjadi salah satu polemik yang marak. Sejumlah petinggi partai pun mengecam Presiden Yudhoyono karena tidak mengganti menteri ekonomi.
Partai Bulan Bintang, yang dua kadernya, yakni Yusril Ihza Mahendra dan Abdul Rahman Saleh, dicabut dari kabinet, termasuk yang ikut meradang. Hamdan Zoelva, salah satu ketua partai itu, menegaskan bahwa masalah pokok Yudhoyono selama ini adalah ekonomi yang tak kunjung bergerak. Hamdan keheranan: ”Mengapa cuma Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara yang diganti?” Kritik serupa datang dari Golkar. ”Kinerja tim ekonomi tidak ada, kok, tidak diperbaiki,” kata Yuddy Chrisnandi, pengurus partai itu.
Seorang petinggi Golkar menuturkan, beberapa bulan lalu, partai itu sudah mengevaluasi kinerja tim ekonomi. Para menteri ekonomi memang dinilai gemilang menjaga stabilitas ekonomi makro. Rupiah menguat, inflasi rendah, dan indeks harga saham gabungan terus meroket.
Ngetop di ekonomi makro, nyungsep di sektor riil. Jumlah penganggur membengkak, sementara jumlah penduduk miskin versi Badan Pusat Statistik melambung di bilangan 49 juta jiwa pada akhir Maret 2006. Pertumbuhan ekonomi tahun lalu juga cuma 5,5 persen—jauh di bawah target pemerintah, sebesar 6,6 persen.
Fakta itu menjadi alasan bagi Golkar untuk mengusulkan penggantian sejumlah menteri ekonomi. Sumber Tempo yang dekat dengan Presiden menuturkan, akhir April lalu, Jusuf Kalla pernah mengusulkan penggantian sejumlah menteri ekonomi dalam pertemuan empat mata dengan Presiden Yudhoyono di Istana Negara. Alasan Kalla, para menteri itu gagal mendorong sektor riil dan lemah dalam koordinasi.
Setiap menteri cenderung jalan sendiri-sendiri, bahkan sikut-sikutan. Pada akhir sebuah rapat kabinet beberapa waktu lalu, kata sumber ini, dua menteri ekonomi sama-sama ngotot. Pangkal keributan itu adalah kebijakan keduanya yang saling tabrak. Begitu serunya pertengkaran itu, sehingga salah seorang menteri berujar, ”Mari kita lihat di putaran berikutnya. Yang keluar you atau saya.” Hebatnya, dua menteri yang ribut itu selamat dari perombakan kabinet tahap kedua.
Para petinggi partai Golkar kesal tak alang kepalang dengan leletnya sektor riil. ”Mereka bertanggung jawab atas buruknya usaha kecil-menengah dan pertanian,” kata Firman Subagyo, salah seorang Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar.
Dalam pertemuan empat mata dengan Yudhoyono, kata sumber Tempo dari Istana, Kalla sempat membandingkan untung-rugi pencopotan Hamid Awaludin dan Yusril Ihza Mahendra dengan para menteri ekonomi itu. Penggantian Hamid dan Yusril, kata Kalla, ”Tidak mendesak dan tidak ada kaitannya dengan menggerakkan sektor riil.”
Kalla sendiri membantah mengintervensi Presiden dalam reshuffle kabinet. Tapi sebelum perombakan kabinet itu diumumkan, dalam Musyawarah Pembangunan Nasional di Jakarta, Kalla sempat berseloroh bahwa dia tengah mencari calon menteri yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi—setidaknya tujuh persen pada 2008 dengan total investasi seribu triliun rupiah.
Pertumbuhan tujuh persen itu, kata Kalla, bisa mengubah nasib negeri ini: mengurangi jumlah penganggur dan orang miskin serta memperbaiki kesejahteraan. Seorang petinggi Golkar berujar partainya memang mendorong penggantian sejumlah menteri ekonomi. Tapi Yudhoyono mengunci pintu untuk Kalla. ”Wakil Presiden tidak diajak dalam evaluasi kabinet itu,” kata sumber ini. Jadi tim ekonomi ini dipertahankan atas pilihan Presiden Yudhoyono.
Wens Manggut, Gunanto E.S.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo