Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jakarta International School (JIS) menjadi sorotan publik. Sejak kasus pelecehan seksual yang terjadi di sekolah itu "meledak", pihak sekolah terkesan menutup diri kepada media. Sejumlah pemberitaan menyebutkan ketidakpedulian sekolah, yang membiarkan anak kecil meninggalkan kelas dan pergi ke toilet begitu lama serta tak dicari, membuka peluang terjadinya kejahatan seksual itu.
Setelah berkali-kali meminta waktu untuk wawancara, Tempo akhirnya berkesempatan mewawancarai Kepala Jakarta International School Timothy Carr. Wawancara dilakukan dua kali pada 25 dan 29 April lalu.
Kenapa guru di JIS bisa membiarkan seorang anak meninggalkan kelas begitu lama hingga terjadi serangan seksual itu?
Menurut polisi, pelecehan terjadi selama 5-10 menit. Itu waktu normal bagi anak yang akan ke toilet. Toilet yang digunakan beberapa meter dari jendela kelas. Pintu masuk toilet 2-3 meter dari kelas. Memang jalannya agak memutar. Tapi di setiap sisi kelas ada jendela kaca. Ini sebuah tempat yang terbuka. Kami saja bertanya-tanya bagaimana kejahatan itu bisa terjadi.
Apakah guru tak pernah memperhatikan perubahan perilaku siswa yang menjadi korban?
Guru yang bertanggung jawab di kelas korban sudah memberi keterangan. Dia memang mendapati perubahan perilaku dari anak itu. Namun, dalam kasus traumatis seperti ini, tak semua anak akan menunjukkan perubahan perilaku yang drastis.
Mengapa perlu waktu lama sampai kejahatan itu terungkap?
Saya kira pemangsa seksual (sexual predator) sangat rapi dalam melakukan kejahatan mereka. Mereka memakai banyak trik. Diskusi kami dengan sekolah internasional lain adalah bagaimana mengenali atau mendeteksi predator seksual ini lebih baik dan lebih cepat. Apakah lewat kebijakan, akreditasi agensi, atau mekanisme screening.
Dalam proses penyelidikan, sekolah telah mengubah tempat kejadian tanpa izin polisi?
Itu tidak benar. Kami sudah berkoordinasi dengan polisi untuk meningkatkan keamanan di toilet. Tapi kami sama sekali tak mengubah arsitekturnya. Ketika polisi melakukan investigasi dan melihat tempat kejadian, kami menerima beberapa saran mengenai arsitektur area toilet. Kami memang sempat mencopot pintu depan toilet setelah berkonsultasi dengan polisi. Sewaktu polisi kembali, kami diminta mengembalikan kondisi toilet seperti semula.
Benarkah pihak sekolah melakukan penyelidikan sendiri dalam kasus ini?
Kami berbicara dengan dewan pengawas dan pengurus yayasan. Mereka meminta kami mendatangkan pihak eksternal ke sini untuk memeriksa fungsi keamanan. Jadi kami mengontrak sebuah perusahaan yang akan melakukan investigasi tambahan.
Lalu apa hasilnya?
Mereka belum mulai bekerja. Kami baru saja meneken kontrak. Pekerjaan mereka akan dimulai secepatnya.
Polisi dan Komisi Perlindungan Anak menyebutkan kemungkinan ada korban lain.…
Sudah ada kemajuan dari saat muncul banyak pertanyaan dari orang tua soal korban tambahan. Kami mengatakan belum ada kepastian mengenai hal itu. Kami percaya mungkin ada korban kedua yang mendapat pelecehan fisik. Tapi sejauh ini belum ada bukti adanya pelecehan seksual lagi.
Bagaimana menurut Anda dengan kemungkinan ada pelaku lain di sekolah ini?
Yang kami tahu hanya ada sekelompok pelaku kejahatan yang bekerja di perusahaan jasa kebersihan yang kami sewa, PT ISS.
Bagaimana mungkin Anda sampai bisa kecolongan menyewa petugas kebersihan seperti itu?
Kami menyewa perusahaan terbaik di Indonesia berdasarkan reputasi mereka. Mereka pun mengaku sudah memeriksa latar belakang pekerjanya. Kasus ini jelas merupakan pelanggaran serius. Karena itu, kami menghentikan perjanjian kerja dengan PT ISS. Mulai sekarang kami akan merekrut sendiri petugas kebersihan yang lolos tes kesehatan dan kejiwaan serta memiliki catatan kepolisian yang baik.
Apakah seleksi ketat juga berlaku untuk guru dan anggota staf sekolah lain?
Untuk guru, seleksi ketat sudah berlangsung sejak dulu. Ada standar internasional yang harus dipenuhi, termasuk referensi dan hasil pengecekan ulang data pribadi pelamar. Kami pun mengecek riwayat kesehatan dan catatan kepolisian. Karena itu, kami percaya penuh kepada guru-guru kami.
Lalu bagaimana seorang pedofil buron FBI bisa menjadi guru di sini?
Saya masuk ke JIS pada 2010, sedangkan buron yang bernama William James Vahey itu bekerja di sini pada 1992-2002. Saya tak mengenal dia serta tak tahu bagaimana sikap dan perilakunya selama mengajar di sini. Kami belum menemukan indikasi ada korban Vahey di sini dan tak ada catatan kasus kekerasan seksual sewaktu dia di sini.
Tuduhannya kan dia pedofil berantai di seluruh dunia. Orang itu memang sangat luar biasa. Tindakannya tak terungkap untuk waktu yang sangat lama. Karena itu, kami akan sepenuhnya bekerja sama dengan FBI. Kalau ada alumnus JIS yang pernah jadi korban Vahey, kami imbau segera melapor.
Ada kabar, setelah kasus ini tersingkap, sejumlah guru menghilang atau pergi ke luar negeri.…
Itulah contoh berita yang sepenuhnya tak benar. Mereka ada di ruangan lain di tempat ini. Ini tempat yang aman. Satu hal yang terpenting, kami tak punya apa pun untuk disembunyikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo