Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum Presiden Joko Widodo mengumumkan hadirnya pasien positif Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia pada 2 Maret lalu, Ni Nyoman Tri Puspaningsih telah menghubungi koleganya yang bekerja di Rao’s Laboratory di Shanghai Technology (ShanghaiTech) University. Melalui surat elektronik pada Februari lalu, guru besar Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, ini telah mendiskusikan hasil penelitian seputar pengembangan vaksin Covid-19 dengan tim riset Negeri Tirai Bambu itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Pusat Riset Rekayasa Molekul Hayati Universitas Airlangga itu telah mengetahui bahwa tim peneliti dari Institut Shanghai Materia Medica, di bawah naungan Chinese Academy of Sciences dan ShanghaiTech University, berhasil menemukan struktur protein enzim main protease (MPro) dari Covid-19. Enzim MPro ini yang mengontrol aktivitas kompleks replikasi coronavirus dan menjadi target untuk terapi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ni Nyoman meneruskan hasil diskusinya itu dengan kolega di Shanghai Technology University tersebut kepada para koordinator grup riset di pusat riset yang ia pimpin. Para koordinator merespons positif gagasan itu dan mulai menyusun proposal serta desain untuk memulai tahapan riset tentang pengembangan vaksin Covid-19.
Tim riset ini selanjutnya mempresentasikan proposal itu di hadapan Rektor Universitas Airlangga, juga presentasi daring di hadapan tim riset konsorsium nasional Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional. Substansi presentasi meliputi pentingnya mendapatkan senyawa baru sebagai anti-main protease Covid-19, menghasilkan rapid test sederhana, serta pengembangan vaksin Covid-19. "Semuanya dilakukan untuk mewujudkan kemandirian bangsa. Pada awal Februari itu, Indonesia belum jadi negara yang terkena dampak," ujar Ni Nyoman di Surabaya, Sabtu lalu..
Rektor Universitas Airlangga pun menindaklanjutinya dengan membentuk tim Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 dan menunjuk Ni Nyoman sebagai koordinator produk riset berkenaan dengan Covid-19. Topik utama riset disepakati berkisar pada tiga hal, yakni pembuatan rapid test berbasis biosensor ribonucleic acid (RNA), pengembangan vaksin berbasis protein rekombinan, dan sintesis senyawa inhibitor anti-main protease Covid-19 sebagai obat pengembangan baru.
Tim Universitas Airlangga berharap riset untuk vaksin akan menghasilkan produk pada 2-3 tahun mendatang. Sedangkan untuk riset senyawa anti-main protease Covid-19 dan rapid test, tim berharap akan membuahkan hasil pada 12-18 bulan yang akan datang.
Khusus soal vaksin, Nyoman menuturkan, penelitian masih menunggu hasil whole genome sequence Covid-19 yang menginfeksi pasien di Indonesia. Penentuan whole genome sequence ini sedang dikerjakan di Lembaga Penyakit Tropis (Institute of Tropical Disease) Universitas Airlangga. "Ini untuk mendapatkan kandidat vaksin yang spesifik untuk masyarakat Indonesia," ucap dia.
Ihwal riset sintesis senyawa inhibitor anti-main protease Covid-19, para peneliti telah memperoleh lima senyawa aktif sebagai inhibitor terhadap enzim main protease Covid-19. Tiga senyawa telah berhasil disintesis dan tengah dipersiapkan untuk uji praklinis. Lima senyawa ini akan ditangkap virus Covid-19 sebagai inhibitor yang akan didesain agar dapat mengikat protein virus, sehingga nantinya virus tidak bisa melekat pada sel inang.
Menurut Ni Nyoman, kerja timnya didukung rektor, termasuk urusan pendanaan. Ia menjelaskan, dana yang dibutuhkan untuk tiga topik riset ini adalah Rp 950 juta serta didanai bersama oleh Universitas Airlangga dan Kementerian Riset/BRIN.
Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih mengatakan riset hingga menemukan produk baru, termasuk vaksin Covid-19, merupakan komitmen dan tanggung jawab kampus yang ia pimpin. Ia menuturkan lembaganya sangat mendukung riset ini dengan fasilitas laboratorium canggih yang sudah tersedia serta pendanaan dalam bentuk hibah riset mandat. "Penelitian Unair harus berdampak pada persoalan bangsa, dan saat ini adalah Covid-19," kata dia.
Ketua Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga, Suko Widodo, mengatakan kampus mendukung inovasi lain dalam penanganan Covid-19, seperti pembuatan Robot Medical Assistant ITS-Airlangga alias Raisa, bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Ada juga Robot Ultraviolet ITS-Airlangga alias Violeta. Kedua robot ini bertugas membantu penanganan Covid-19 di Rumah Sakit Universitas Airlangga yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan. "Kami juga membuat hand sanitizer memakai daun sirih yang komposisi dan tutorialnya disebarkan oleh Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan," ucap dia.
Terhambat Pemesanan Bahan Impor
Kerja tim peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) terganjal oleh masalah pemesanan bahan baku penelitian dari luar negeri yang memakan waktu lama untuk sampai ke Indonesia. Koordinator produk riset berkenaan dengan Covid-19 Unair, Ni Nyoman Tri Puspaningsih, menuturkan pihaknya telah memesan reagen untuk penelitian sejak Maret lalu dan baru akan datang bulan ini.
Ni Nyoman mengatakan timnya kesulitan memesan produk impor lantaran lamanya waktu pengantaran. Padahal, kata dia, reagen yang dipesan timnnya tidak termasuk reagen yang tengah diperebutkan banyak negara saat ini. "Ini masalah keseharian kami dalam pemesanan bahan dari luar negeri," kata dia, Sabtu lalu.
Pemesanan reagen ini ditujukan untuk riset pembuatan rapid test berbasis biosensor ribonucleic acid (RNA). Mereka memesan sepuluh paket reagen dari Korea Selatan dan baru akan tiba di Indonesia dalam beberapa hari mendatang. Selain itu, tim riset masih menunggu hasil whole genome sequence Covid-19 yang menginfeksi pasien Indonesia.
Menurut Nyoman, kerja tim peneliti dari Unair selama ini terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik serta mendapatkan dukungan rektor, juga para akademikus dari Unair serta tim riset konsorsium nasional. Berbekal modal ini, ia optimistis berbagai kendala teknis yang dihadapi para peneliti dapat terlewati.
Walaupun harus berpacu dengan waktu dan penyebaran Covid-19 yang kian meluas, Nyoman menyatakan riset sehubungan dengan Covid-19 tetap akan ditunggu hasilnya. Sebab, kata dia, penemuan jangka pendek berupa rapid test dan jangka panjang seperti vaksin dirasa sangat bermanfaat untuk mewujudkan kemandirian bangsa dalam memproduksi material aktif pengendali Covid-19.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo