MENGEMIS itu harus. Ini isu yang sempat menggerayangi sebagian
penduduk Jawa Tengah dan Jawa Timur, September lalu. Mendadak
saja sekitar 100 orang lebih, yang terbilan cukup berada, turun
merayahi pasar sebagai pengemis di beberapa desa Kecamatan
Mondokan, Sragen, Jawa Tengah. Pemandangan serupa juga terlihat
di Desa Cungkup Rendeng, Blitar, Jawa Timur.
Setelah diusut, ternyata mereka sedang menjalankan kepercayaan
(yang berasal dari isu) yang berisi ancaman: Setiap orang yang
lahir Selasa Wage dan Sabtu Pon, tepat di hari kelahirannya
harus jadi pengemis. Kalau tidak, "Nyai Loro Kidul bakal murka,"
begitu cerita Doyosumarto, 50 tahun, salah seorang yang lahir
Sabtu Pon dan mengemis kepada tetangganya dan pedagang-pedagang
di pasar.
Mereka yang lahir pada Sabtu Pon, menurut aturannya, harus
mengemis 16 kali atau kepada 16 orang. Sedangkan yang Selasa
Wage cukup kepada 7 orang saja. Tak ada yang bisa menjelaskan
mengapa kepercayaan itu baru muncul sekarang. Kecuali, kata
mereka, "Ini perintah para sesepuh." Maksudnya: dukun di desa
itu.
Di Desa Cungkup Rendeng, Blitar, beredar isu :siapa yang lahir
di pasaran Wage dan Legi, tak peduli berada atau tidak, tua atau
muda, pada hari itu harus terjun mengemis.
Sumardi, 46 tahun, yang kena libatan isu itu, sempat dua hari
mengemis. "Begitu saya mengemis, eh, orang yang saya mintai itu
ternyata mertua anak saya. Saya malu," tuturnya. Dia tak pusing
lagi mau selamat atau kiamat. "Tuhan lebih tahu" katanya
menambahkan. Namun, tak urung ada 70 warga desa itu yang keburu
dimakan isu ganjil ini, hingga Surahmat, kepala desa, buru-buru
bikin acara penyuluhan. "Menyuruh orang berpenghasilan untuk
mengemis, wah, sungguh kejam," ujarnya setelah berhasil
menghentikan gelagat tak sehat itu.
Mau tahu siapa sumber isu itu ? Menurut isu pula, itu gara-gara
seorang calon dukun yang ingin buka praktek di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini