Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kartini, 100 tahun

Untuk memperingati 100 th kartini, pemda rembang memesan seluruh hotel untuk menginap tamu-tamu yang akan berziarah. dalam pelita iii, direncanakan akan dibuat "museum kartini"(kt)

21 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HOTEL-hotel di Pati, Kudus, Jepara, Demak, Blora dan Rembang sendiri, untuk 21 April ini sudah diborong Pemda Kabupaten Rembang untuk menginapkan tamu-tamunya. Merasa kurang, guest house Perhutani dan "beberapa rumah penduduk yang keadaannya sip, kami rencanakan juga untuk tamu-tamu itu," kata Gunarto (40) Ketua Panitia Peringatan 100 Tahun Kartini Kabupaten Rembang. Diperkirakan sekitar 1500 orang tamu bakal menghadiri peringatan itu. Belum termasuk misalnya dari biro perjalanan di Jakarta merencanakan mengurus 500 orang dari Jakarta dan 150 dari Bandung. Makam Kartini terletak di Desa Bulu Kecamatan Bulu, sekitar 25 menit dengan kendaraan umum dari Rembang. Ini sebenarnya merupakan komplek makam keluarga Raden Mas Ario Adipati Djojohadiningrat, Bupati Rembang yang jadi suami Kartini. Ada 28 sosok yang terbaring di dalamnya. Djojohadiningrat di ujung utara komplek, memakai cungkup tapi tanpa pagar. Sebelah selatannya, dalam cungkup yang lebih rapat dan berpagar besi adalah Kartini (isteri kedua), Sukarmilah (isteri pertama) dan Sri Oerip anak dari isteri ketiga Djojohadiningrat yang makamnya ada di Imogiri Yogya. Popularitas Terdapat pula sebuah masjid, sebuah pesanggrahan umum (tempat nginap para peziarah), rumah juru kunci dan agak dekat dengan jalan raya sebuah rumah bekas peristirahatan keluarga. Komplek makam terletak pada tanah seluas 6 hektar berbukit dan pohon-pohon kelapa menjulang di sini. Komplek ini hampir tak pernah sepi dari para peziarah. Tapi tak sedikit rombongan yang datang untuk sekedar mencari popularitas. Biasanya organisasi ibu-ibu. Yaitu lewat karangan bunga plastik atau kertas, yang dibungkus dalam kotak kaca, bahkan ada yang bergambar Kartini -- nama-nama rombongan itu jelas terbaca. Sehingga makam ini seperti tempat dagangan bunga. "Saking banyaknya sampai seperti toko. Tapi mau bagaimana lagi," kata Abdul Chanan, juru kunci komplek makam. Pemugaran yang sekarang, dengan biaya Rp 23 juta, merupakan yang kedua kalinya. Pertama 1969. Di luar lingkungan keluarga ahli waris Kartini, tersiar kabar pemugaran pertama itu tanpa izin keluarga. Bahkan sempat terjadi kesalahan. Yaitu ada tiga pusara yang bergeser dari tempatnya semula. Untung segera diketahui. Pemugaran sekarang lebih dulu minta izin dan nasehat-nasehat segala. Hanya dari 23 juta rupiah itu ternyata belum mencukupi. Herdinah (81 tahun), anak tiri Kartini, harus ditopang tongkat kalau berjalan. Menurut beberapa orang yang pernah salaman dan sungkem pada dia, bau badannya harum seperti memakai parfum saja. Kulitnya memang bersih. Tapi jangan dikira kalau nenek ini mandi tiap hari dan menaburkan parfum ke tubuhnya. Makan sehari-hari saja perlu menjual hasil kelapa yang tidak banyak itu dan bantuan dari beberapa keluarganya plus dari Bupati Rembang. Herdinah tak pernah mandi. Kalau mandi setahun sekali, yaitu pas tanggal 1 Sura. Tidak dengan air bunga atau kemenyan. Tapi dengan minyak tanah biasa. Di rumah tua yang sudah berusia 100 tahun lebih di mana ia tinggal, belum lama ada kamar mandi. Sajoeti tinggal di situ baru satu setengah tahun lalu dan baru selang beberapa bulan kemudian kamar mandi dibuat. "Sebelum ada kamar mandi dan wc, saya mandi dan berak di kamar mandi pesanggrahan untuk umum," kata Sajoeti. Cerita tentang kamar mandi ini pernah menyangkut isteri seorang bupati dari luar kota yang datang bersama rombongan. Saking sudah kebelet dan di pesanggrahan sampai ke makam manusia berjejal, isteri bupati ini lari kerumah Herdinah dan Sajoeti tinggal. Lho, kamar mandi tak ada, maka langsung saja nongkrong di dekat kandang ayam. Untuk peringatan 100 tahun ini agaknya pemda lupa perihal kamar mandi ini. Apalagi yang datang ke makam sebagian besar wanita --yang kalau sudah kebelet bisa jadi frustrasi. Padahal bulan April ini pendatang melimpah. Bahkan pada tanggal-tanggal 20, 21 tiap April Desa Bulu sempat menjadi pasar malam. Dari para pengunjung inilah penduduk Bulu mendapat penghasilan tambahan. Dalam Pelita III ini, direncanakan akan dibuat Museum Kartini. "Tapi sampai saat ini kami masih kesulitan barang-barang peninggalan Kartini. Belum semua terkumpul," cerita Rosidah, Ketua Pramuwisata Rembang. Untuk 100 tahun ini pula pemda membuka Kartini Fair di Taman Kartini Rembang, 19 - 20 dan 21 April. Ini merupakan acara di luar acara Panitia Tingkat Nasional, yang antara lain merencanakan meresmikan penggunaan perangko seri Kartini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus