HOTEL-hotel di Pati, Kudus, Jepara, Demak, Blora dan Rembang
sendiri, untuk 21 April ini sudah diborong Pemda Kabupaten
Rembang untuk menginapkan tamu-tamunya.
Merasa kurang, guest house Perhutani dan "beberapa rumah
penduduk yang keadaannya sip, kami rencanakan juga untuk
tamu-tamu itu," kata Gunarto (40) Ketua Panitia Peringatan 100
Tahun Kartini Kabupaten Rembang.
Diperkirakan sekitar 1500 orang tamu bakal menghadiri peringatan
itu. Belum termasuk misalnya dari biro perjalanan di Jakarta
merencanakan mengurus 500 orang dari Jakarta dan 150 dari
Bandung.
Makam Kartini terletak di Desa Bulu Kecamatan Bulu, sekitar 25
menit dengan kendaraan umum dari Rembang. Ini sebenarnya
merupakan komplek makam keluarga Raden Mas Ario Adipati
Djojohadiningrat, Bupati Rembang yang jadi suami Kartini. Ada 28
sosok yang terbaring di dalamnya. Djojohadiningrat di ujung
utara komplek, memakai cungkup tapi tanpa pagar. Sebelah
selatannya, dalam cungkup yang lebih rapat dan berpagar besi
adalah Kartini (isteri kedua), Sukarmilah (isteri pertama) dan
Sri Oerip anak dari isteri ketiga Djojohadiningrat yang makamnya
ada di Imogiri Yogya.
Popularitas
Terdapat pula sebuah masjid, sebuah pesanggrahan umum (tempat
nginap para peziarah), rumah juru kunci dan agak dekat dengan
jalan raya sebuah rumah bekas peristirahatan keluarga. Komplek
makam terletak pada tanah seluas 6 hektar berbukit dan
pohon-pohon kelapa menjulang di sini.
Komplek ini hampir tak pernah sepi dari para peziarah. Tapi tak
sedikit rombongan yang datang untuk sekedar mencari popularitas.
Biasanya organisasi ibu-ibu. Yaitu lewat karangan bunga plastik
atau kertas, yang dibungkus dalam kotak kaca, bahkan ada yang
bergambar Kartini -- nama-nama rombongan itu jelas terbaca.
Sehingga makam ini seperti tempat dagangan bunga. "Saking
banyaknya sampai seperti toko. Tapi mau bagaimana lagi," kata
Abdul Chanan, juru kunci komplek makam.
Pemugaran yang sekarang, dengan biaya Rp 23 juta, merupakan yang
kedua kalinya. Pertama 1969. Di luar lingkungan keluarga ahli
waris Kartini, tersiar kabar pemugaran pertama itu tanpa izin
keluarga. Bahkan sempat terjadi kesalahan. Yaitu ada tiga pusara
yang bergeser dari tempatnya semula. Untung segera diketahui.
Pemugaran sekarang lebih dulu minta izin dan nasehat-nasehat
segala. Hanya dari 23 juta rupiah itu ternyata belum mencukupi.
Herdinah (81 tahun), anak tiri Kartini, harus ditopang tongkat
kalau berjalan. Menurut beberapa orang yang pernah salaman dan
sungkem pada dia, bau badannya harum seperti memakai parfum
saja. Kulitnya memang bersih. Tapi jangan dikira kalau nenek ini
mandi tiap hari dan menaburkan parfum ke tubuhnya. Makan
sehari-hari saja perlu menjual hasil kelapa yang tidak banyak
itu dan bantuan dari beberapa keluarganya plus dari Bupati
Rembang. Herdinah tak pernah mandi. Kalau mandi setahun sekali,
yaitu pas tanggal 1 Sura. Tidak dengan air bunga atau kemenyan.
Tapi dengan minyak tanah biasa.
Di rumah tua yang sudah berusia 100 tahun lebih di mana ia
tinggal, belum lama ada kamar mandi. Sajoeti tinggal di situ
baru satu setengah tahun lalu dan baru selang beberapa bulan
kemudian kamar mandi dibuat. "Sebelum ada kamar mandi dan wc,
saya mandi dan berak di kamar mandi pesanggrahan untuk umum,"
kata Sajoeti. Cerita tentang kamar mandi ini pernah menyangkut
isteri seorang bupati dari luar kota yang datang bersama
rombongan. Saking sudah kebelet dan di pesanggrahan sampai ke
makam manusia berjejal, isteri bupati ini lari kerumah Herdinah
dan Sajoeti tinggal. Lho, kamar mandi tak ada, maka langsung
saja nongkrong di dekat kandang ayam.
Untuk peringatan 100 tahun ini agaknya pemda lupa perihal kamar
mandi ini. Apalagi yang datang ke makam sebagian besar wanita
--yang kalau sudah kebelet bisa jadi frustrasi. Padahal bulan
April ini pendatang melimpah. Bahkan pada tanggal-tanggal 20, 21
tiap April Desa Bulu sempat menjadi pasar malam. Dari para
pengunjung inilah penduduk Bulu mendapat penghasilan tambahan.
Dalam Pelita III ini, direncanakan akan dibuat Museum Kartini.
"Tapi sampai saat ini kami masih kesulitan barang-barang
peninggalan Kartini. Belum semua terkumpul," cerita Rosidah,
Ketua Pramuwisata Rembang.
Untuk 100 tahun ini pula pemda membuka Kartini Fair di Taman
Kartini Rembang, 19 - 20 dan 21 April. Ini merupakan acara di
luar acara Panitia Tingkat Nasional, yang antara lain
merencanakan meresmikan penggunaan perangko seri Kartini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini