Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kartu Wasit Panik

Pada pertandingan sepak bola antara djarum kudus lawan pln aceh, wasit kehilangan kartu merah. wahadi dari djarum yang menemukan, diberi kartu kuning. djarum menang 2-0.

12 Desember 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKALI merogoh dompet, dua tiga tontonan yang didapat. Begitulah konon pemeo pecandu bola di negeri kita untuk lapangan hijau yang mendadak bersalin rupa menjadi ring tinju. Dan di Stadion Wergu Wetan, Kudus, Jawa Tengah, bertambah lagi model hiburan bagi penonton, ketika berlangsung pertandingan tim Djarum Kudus melawan PLN Aceh, akhir November lampau. Pertandingan Grup C Invitasi Nasional Galakarya itu dipimpin wasit Teddy Wijaya, 40 tahun. Permainan meningkat panas setelah pada menit ke-22 Rahman Halim dari Djarum sukses menanduk bola ke gawang PLN Aceh. Meski pihak Aceh berusaha balik menyerang, pada menit ke-32 gawang yang dijaga Nazili kebobolan lagi. Pada menit ke-79 Wahadi dari Djarum lagi-lagi mengancam gawang Nazili. Mereka tubrukan. Nazili semaput, dan digantikan kiper cadangan. Tim Aceh memprotes wasit yang dianggap kurang tegas. Wasit Teddy yang berasal dari Garut itu lalu ingin memberi peringatan keras pada pemain Aceh. Pas merogoh kantongnya, eh, si kartu raib. Tim Aceh pun selamat. Tak lama kemudian Wahadi dari Djarum menemukan kartu merah itu di rumput. Ia memungutnya dan menyerahkan kepada Tedy. Hasilnya, Wahadi diacungi kartu kuning. "Bukan saya yang mencuri kartu merah itu," pekik Wahadi. Meski berkali-kali diprotesnya, wasit tak menggubris. Sampai kapten kesebalasan Djarum, Sabari, menyabarkan Wahadi dan menariknya. "Sudahlah. Kita kan sudah menang," bujuk Sabari. Dalam babak penyisihan itu Djarum panen 2-0. Lalu siapa gerangan yang mencopet kartu merah dari saku wasit? Menurut para penonton, "Itu ulah Martinus, pemain Aceh." Juga beberapa pemain Djarum tahu kejadian itu. "Wah, itu tidak benar," kata Martinus kepada wartawan yang mengerumuninya. Cuma yang ditandai orang adalah ia bersama timnya tak bereaksi ketika penonton mendampratnya seusai pertandingan, seperti dilaporkan Bandelan Amarudin dari TEMPO. Yang lumayan membingungkan, kejadian itu justru luput dari pengamatan As'at, pengawas pertandingan. "Saya tak tahu bagaimana kartu merah itu sampai jatuh di rumput. Yang saya tahu, Wahadi menyerahkannya pada wasit," katanya. Dan dia setuju saja Wahadi dikebut kartu kuning. Ini baru hiburan lain lagi di lapangan bola. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus