REKOR yang diciptakan Bungkas, 45, tidak main-main. Ayah lima anak yang tinggal di Desa Bangkes, Pamekasan, Madura, itu selama 13 tahun hidup di atas pohon siwalan. Sejak 1971 lalu, belum pernah ia menjejak tanah. Semua kegiatan, seperti makan, tidur, dan buang air, ia lakukan di atas pohon yang kini tingginya mencapai 15 meter. Karena tak pernah bercukur, rambutnya panjang dan kumisnya tebal. Tapi wajahnya tampak bersih. Juga kukunya terawat baik. "Sengaja saya potong, sebab kalau dipelihara takut melukai tubuh," katanya ketika ditemui Choirul Anam dari TEMPO sekitar akhir Agustus lalu. Berbagai cara telah ditempuh agar ia mau turun dari atas pohon dan mengurus anak istrinya. Pernah, misalnya, pohon itu hendak ditebang. Tapi Bungkas malah mengancam akan terjun bebas. Ia rupanya sudah kerasan tinggal di gubuk kecil yang dibuatnya dari daun dan ranting pohon itu juga. Konon, ia tak mau turun karena sudah kawin dengan jin penunggu pohon tadi. Bahkan sudah beranak pinak - konon. Tapi, menurut tetangganya, Bungkas bertabiat aneh karena mengalami trauma akibat kampanye Pemilu 1971 lalu. Tambahan lagi, pada tahun itu ia pernah terlibat kasus carok yang nyaris menelan korban jiwa di kampungnya. Mengalami peristiwa yang menakutkan itu, Bungkas jadi seperti orang bingung. Selama 13 tahun di atas pohon, ia tetap menyiapkan sebuah parang dan sebilah keris. Maka, ada sementara orang yang menganggap Bungkas gila. Buktinya, tahun lalu sewa tu diberitahu istrinya meninggal, ia tetap tak mau beranjak dari atas pohon. Tapi, anehnya, bila memang betul dia gila, sejak dua tahun lalu ia tampaknya sadar bahwa banyak orang - juga dari daerah lain, termasuk dari Jawa - yang memperhatikan cara hidupnya. Ia pun tertarik untuk mengkomersiakan diri. Kepada tamu yang hendak melihat tampangnya, ia mau melongok lewat jendela, bila diberi oleh-oleh. Rokok atau uang. Semakin besar oleh-oleh yang diterima - terkadang ada yang memberi Rp 1.000 atau lebih - ia makin lama menjulur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini