Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ke Depok Baru, Dengan Lelah

Di depok direncanakan akan dibangun 10 ribu unit perumahan perumnas. sampai akhir'77 telah dibangun 5 ribu unit dan penghuninya bekerja di jakarta. masalah utama, transportasi karena jalan ke depok rusak. (kt)

21 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEWASA ini sedikitnya ada 50 ribu penduduk Jakarta yang secara sukarela menjadi transmigran lokal, tanpa bikin repot kantong pemerintah. Mereka secara bergelombang boyong mengisi proyek perumahan Perumnas di Depok Baru. Kota kecamatan ini terletak di selatan Jakarta, 6 Km dari tapal batas (tapi 30 kilometer dari pusat kota) masuk kawasan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Depok dipilih sebagai tempat pemukiman, demikian bunyi sebuah selebaran Perumnas, berdasarkan tinjauan masa depan. Pada tahun 2000 kelak Depok direncanakan menjadi satu kota administratif dalam pengembangan kota Jabotabek. Perumahan yang akan dibangun di sana bakal meliputi 10 ribu unit, dan yang telah berdiri sejak pertengahan 1975 sampai akhir 1977 sekitar 5 ribu unit. Sebagian besar rumah itu sudah ditempati. Proyek pemukiman semacam itu memang tak hanya ada di Depok. Perumnas juga membangun di seantero kota di Indonesia, kabarnya meliputi 70 ribu unit. Seperti di Medan, Padang, Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya. Sedangkan di dekat Jakarta, selain di Depok juga terdapat di Klender, Kabupaten Bekasi, yang jaraknya lebih kurang sama dengan ke Depok. Di Surabaya, misalnya Perumnas membangun 1.770 unit di Kelurahan Simomulyo, Kecamatan Tendes, dan lokasi ini masih masuk bilangan Kota Surabaya. Begitu pula di Padang, proyek Perumnas itu terletak masih dalam kawasan kota. Sehingga tidak timbul soalsoal baru yang menyangkut administrasi maupun transportasi. Akan halnya Depok Baru, persoalan jarak memang cukup disadari oleh penghuni yang rata-rata berkantor di Jakarta itu. Hanya sayang program pelaksanaan Jabotabek sendiri nampaknya berjalan seret ketimbang sigapnya keiadaran penduduk untuk tak melulu bikin sesak Jakarta. Angkutan "Tadinya kita bayangkan dengan adanya rencana Jabotabek, akan ada keseragaman administratif," ujar seorang penghuni Depok Baru. Tapi ia menjadi risau sekali mengingat STNK motornya harus juga dipindahkan ke Bogor, karena ia kini memegang KTP Kabupaten Bogor. Ini tentu bukan mudah, karena untuk ke Bogor ia metti mangkir kerja dulu di Jakarta. Jalak Depok-Bogor lebih kurang sama dengan ke Jakarta. Lalu bagaimana angkutan umum? Nah, untuk mencapai Jakarta dari Depok ada tiga jalur. Naik kereta sembari berdempetan, atau naik colt dengan risiko celaka karena supirnya ngebut melulu. Atau mikro bus lewat Pasar Minggu dan Cibinong. Sedangkan bagi yang memiliki kendaraan pribadi bisa memilih jalur lain, yaitu lewat Parung dengan tambahan jarak 10 Km, atau lewat Cilandak dan Pondok Labu di Kebayoran Baru. Bagi mereka yang kebetulan membawa mobil sendiri, mungkin tak keliwat banyak keluhan, kecuali cerita detilnya saja berada di jalan yang memakan waktu satu jam Sedangkan bagi pemakai jasa angkutan umum, kereta maupun bus ujiannya adalah isi kantong. "Sehari rata-rata kita harus keluar Rp 500," kata Husin. Ia seorang pegawai Departemen Keuangan dari golongan IIC, yang menghuni rumah dan tipe T-36, dengan sewa sebulan sekitar Rp 3.000 lebih. Itu belur masuk biaya listerik dan air. Sedangkan seorang teman sejawatnya dan golongan 1, yang juga beroleh rumah tipe yang sama, "terpaksalah cari akal mbonceng teman ke kantor," tuturnya, "kalau nggak begitu gaji cuma habis di jalan." Ini mungkin menarik. Lalu mengapa mereka mau boyong ke Depok? Ternyata motif yang amat merangsang penduduk Jakarta itu memilih Depok adalah: "Dari pada ngontrak melulu di Jakarta biarlah di sini dengan harapan bisa mencicil rumah ini," kata seorang karyawan Departemen Agama, yang membuka warung di ruang tamu rumahnya. "Beginilah usaha saya menambah penghasilan," ujarnya. Jalan Rusak Di dalam aturan penghunian memang ada larangan membuka usaha dalam kompleks perumahan itu. Tapi agaknya pihak Perumnas memahami kesulitan para penghuni yang umumnya karyawan rendah dan menengah itu. Khusus mengenai masalah transportasi itu, tak kurang dan Direktur Pengusahaan Perumnas, Sulistiyo Tjitrohamidjojo yang mengakuinya sebagai masalah yang berat. Namun belakangan ini sudah ada kendaraan seperti bus Metro Mini dan sejumlah Colt yang masuk Depok Baru, meski hanya baru jalur jalan raya. Mungkin masih bisa diusahakan supaya kendaraan umum itu juga suka melewati jalan di seantero kompleks. Atau masalah angkutan ini mungkin bisa dipecahkan oleh instansi yang bersangkutan, misalnya dengan melakukan antarjemput pegawainya yang bermukim di Depok. Dewasa ini jalan raya Jakarta-Depok lewat Pasar Minggu nampak sedang dipermak. Pilihan hampir tak ada selain melewati jalan ini juga, meski batu-batunya sering membawa celaka - terutama buat pengendara sepeda motor, karena untuk melewati jalan yang tembus ke Cibinong. keadaannya jauh lebih parah. Jalan raya Depok-Cibinong ini kini berada dalam kondisi yang rusak berat, padahal sehari-hari oraulg banyak juga yang menumpang Colt menuju Cililitan. Mungkin DPU Bogor sudah waktunya untuk membenahinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus