DEWASA ini sedikitnya ada 50 ribu penduduk Jakarta yang secara
sukarela menjadi transmigran lokal, tanpa bikin repot kantong
pemerintah. Mereka secara bergelombang boyong mengisi proyek
perumahan Perumnas di Depok Baru.
Kota kecamatan ini terletak di selatan Jakarta, 6 Km dari tapal
batas (tapi 30 kilometer dari pusat kota) masuk kawasan
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Depok dipilih sebagai tempat
pemukiman, demikian bunyi sebuah selebaran Perumnas, berdasarkan
tinjauan masa depan. Pada tahun 2000 kelak Depok direncanakan
menjadi satu kota administratif dalam pengembangan kota
Jabotabek.
Perumahan yang akan dibangun di sana bakal meliputi 10 ribu
unit, dan yang telah berdiri sejak pertengahan 1975 sampai akhir
1977 sekitar 5 ribu unit. Sebagian besar rumah itu sudah
ditempati.
Proyek pemukiman semacam itu memang tak hanya ada di Depok.
Perumnas juga membangun di seantero kota di Indonesia, kabarnya
meliputi 70 ribu unit. Seperti di Medan, Padang, Bandung,
Cirebon, Semarang, Surabaya. Sedangkan di dekat Jakarta, selain
di Depok juga terdapat di Klender, Kabupaten Bekasi, yang
jaraknya lebih kurang sama dengan ke Depok.
Di Surabaya, misalnya Perumnas membangun 1.770 unit di Kelurahan
Simomulyo, Kecamatan Tendes, dan lokasi ini masih masuk bilangan
Kota Surabaya. Begitu pula di Padang, proyek Perumnas itu
terletak masih dalam kawasan kota. Sehingga tidak timbul
soalsoal baru yang menyangkut administrasi maupun transportasi.
Akan halnya Depok Baru, persoalan jarak memang cukup disadari
oleh penghuni yang rata-rata berkantor di Jakarta itu. Hanya
sayang program pelaksanaan Jabotabek sendiri nampaknya berjalan
seret ketimbang sigapnya keiadaran penduduk untuk tak melulu
bikin sesak Jakarta.
Angkutan
"Tadinya kita bayangkan dengan adanya rencana Jabotabek, akan
ada keseragaman administratif," ujar seorang penghuni Depok
Baru. Tapi ia menjadi risau sekali mengingat STNK motornya harus
juga dipindahkan ke Bogor, karena ia kini memegang KTP Kabupaten
Bogor. Ini tentu bukan mudah, karena untuk ke Bogor ia metti
mangkir kerja dulu di Jakarta. Jalak Depok-Bogor lebih kurang
sama dengan ke Jakarta.
Lalu bagaimana angkutan umum? Nah, untuk mencapai Jakarta dari
Depok ada tiga jalur. Naik kereta sembari berdempetan, atau naik
colt dengan risiko celaka karena supirnya ngebut melulu. Atau
mikro bus lewat Pasar Minggu dan Cibinong. Sedangkan bagi yang
memiliki kendaraan pribadi bisa memilih jalur lain, yaitu lewat
Parung dengan tambahan jarak 10 Km, atau lewat Cilandak dan
Pondok Labu di Kebayoran Baru.
Bagi mereka yang kebetulan membawa mobil sendiri, mungkin tak
keliwat banyak keluhan, kecuali cerita detilnya saja berada di
jalan yang memakan waktu satu jam Sedangkan bagi pemakai jasa
angkutan umum, kereta maupun bus ujiannya adalah isi kantong.
"Sehari rata-rata kita harus keluar Rp 500," kata Husin. Ia
seorang pegawai Departemen Keuangan dari golongan IIC, yang
menghuni rumah dan tipe T-36, dengan sewa sebulan sekitar Rp
3.000 lebih. Itu belur masuk biaya listerik dan air.
Sedangkan seorang teman sejawatnya dan golongan 1, yang juga
beroleh rumah tipe yang sama, "terpaksalah cari akal mbonceng
teman ke kantor," tuturnya, "kalau nggak begitu gaji cuma habis
di jalan."
Ini mungkin menarik. Lalu mengapa mereka mau boyong ke Depok?
Ternyata motif yang amat merangsang penduduk Jakarta itu memilih
Depok adalah: "Dari pada ngontrak melulu di Jakarta biarlah di
sini dengan harapan bisa mencicil rumah ini," kata seorang
karyawan Departemen Agama, yang membuka warung di ruang tamu
rumahnya. "Beginilah usaha saya menambah penghasilan," ujarnya.
Jalan Rusak
Di dalam aturan penghunian memang ada larangan membuka usaha
dalam kompleks perumahan itu. Tapi agaknya pihak Perumnas
memahami kesulitan para penghuni yang umumnya karyawan rendah
dan menengah itu.
Khusus mengenai masalah transportasi itu, tak kurang dan
Direktur Pengusahaan Perumnas, Sulistiyo Tjitrohamidjojo yang
mengakuinya sebagai masalah yang berat. Namun belakangan ini
sudah ada kendaraan seperti bus Metro Mini dan sejumlah Colt
yang masuk Depok Baru, meski hanya baru jalur jalan raya.
Mungkin masih bisa diusahakan supaya kendaraan umum itu juga
suka melewati jalan di seantero kompleks. Atau masalah angkutan
ini mungkin bisa dipecahkan oleh instansi yang bersangkutan,
misalnya dengan melakukan antarjemput pegawainya yang bermukim
di Depok.
Dewasa ini jalan raya Jakarta-Depok lewat Pasar Minggu nampak
sedang dipermak. Pilihan hampir tak ada selain melewati jalan
ini juga, meski batu-batunya sering membawa celaka - terutama
buat pengendara sepeda motor, karena untuk melewati jalan yang
tembus ke Cibinong. keadaannya jauh lebih parah. Jalan raya
Depok-Cibinong ini kini berada dalam kondisi yang rusak berat,
padahal sehari-hari oraulg banyak juga yang menumpang Colt
menuju Cililitan. Mungkin DPU Bogor sudah waktunya untuk
membenahinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini