Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kebal kepala buah kelapa

Ali sarengat,24, murid perguruan silat rogojati, banjarnegara, jawa tengah tewas saat mendemontrasikan ilmunya. guru wiwid yogopriyono,32, diadili. ia dianggap bertanggung jawab atas kejadian itu.

13 November 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERGURUAN silat Rogojati pimpinan Wiwid Yogopriyono, 32 tahun, di Desa Parakan, Kecamatan Purwonegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, 16 Agustus lalu menggelar atraksi ilmu kebal di lapangan desa. Atraksi yang melibatkan 20 murid perguruan silat Rogojati itu disaksikan sekitar 200 pasang mata. Berbagai jenis atraksi dipertontonkan. Di antaranya, beberapa murid berbaring di papan berpaku, lalu digilas dengan sepeda motor. Mereka bangun kembali dalam keadaan bugar. Begitu pula ketika sebuah batu sebesar kepala manusia ditaruh di perut seorang murid, lalu dipukul dengan palu besi. Batunya hancur, orangnya selamat. Lalu buah kelapa dilempar ke udara, disundul. Kepalanya aman, kelapanya pecah. Atraksi berjalan mulus, bahkan selalu disambut tepuk tangan penonton. Tiba giliran Ali Sarengat, 24 tahun. Pemuda bertubuh kekar itu menyundul sebuah kelapa yang sudah dikupas. Sukses. Kelapa itu pecah. Juga untuk kedua kalinya. Namun, pada atraksi ketiga, kelapa tak pecah, tapi batok kepalanya yang retak. Ali sempoyongan. Lalu jatuh. Kepalanya lalu diusap Wiwid Yogopriyono guru perguruan itu. Ali tampak sehat kembali. ''Tapi dia mengeluh kepalanya sakit,'' kata Supriyono, teman seperguruan Ali, yang juga ikut melakukan atraksi. Seusai itu mereka mampir ke rumah Wiwid. Di situ Ali akhirnya pingsan. Wiwid meminumkan air putih yang sudah dimantrainya. Karena masih semaput, Ali dilarikan ke rumah sakit umum Banyumas. Sehari kemudian pemuda itu meninggal. Visum dokter menyatakan, Ali meninggal akibat pendarahan otak karena batok kepalanya retak. Berdasarkan pengaduan keluarga Ali, polisi memeriksa Wiwid Yogopriyono. Berkas acara pemeriksaannya dilimpahkan pada kejaksaan setempat, pertengahan Oktober lalu. Kini Wiwid yang juga guru SD Negeri Parakan itu sedang menunggu proses peradilan. Ia menolak disalahkan dalam kasus kematian Ali Sarengat. Sebab, menurut Wiwid, atraksi itu diikuti atas kemauan masing- masing. ''Ali ikut atas permintaannya sendiri karena merasa mampu,'' kata Wiwid seraya menghibahkan letak kesalahan pada orang lain tak jelas siapa. ''Kalau tidak ada orang yang mengganggu, saya yakin, atraksi lancar dan tidak terjadi kecelakaan,'' katanya kepada Heddy Lugito dari TEMPO. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum