Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Keluarga berantam

Ucapan dr.zukri marzuki yang telah ditukangi karyawannya membuat dr.zainal haruman tersindir. ia,sebagai kepala bkkbn dan mempunyai 6 anak,tidak bisa menga jak orang lain ber-kb. akhirnya mereka bertikai.

18 Agustus 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAU otak macet, ya, biarkan otot yang lecet. Pemeo baru ini tak hanya sudah dicoba di kalangan advokat. Kini, menular pula ke kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Muaro, Sumatera Barat. Suatu pagi, akhir Juli lalu ke kantor tersebut singgah dr. Haji Zainal Haruman, 48 tahun. Kepala BKKBN Kota Madya Solok ini baru delapan bulan menempati posnya di kota itu, setelah 10 tahun memimpin kantor Muaro. Tiap pagi berangkat kerja, Zainal sering lewat di depan bekas kantornya itu. Sekali ini Zainal mampir dengan tarikan wajah tegang. "Ada Pak Zukri?" tanyanya kepada petugas. Yang ditanya Zainal adalah Kepala BKKBN Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Drs. Zukri Marzuki, 42 tahun, pejabat yang menggantikannya. Tanpa menunggu jawaban, ia menuju ruang kerja Zukri. Ia langsung masuk. Zukri menyambutnya, dan menyilakan ia duduk. Tapi Zainal tetap berdiri sehingga tuan rumah ikut berdiri. "Kau jangan macam-macam. Ini peringatan pertama dan terakhir untukmu," bentak Zainal, menudingkan telunjuk kirinya. Sepagi itu dapat katan indak bakarambia, alias ketiban pulung, Zukri terpana. "Jangan pura-pura tak tahu. Kalau mau menjatuhkan orang, jangan main belakang. Kita sama-sama lelaki. Kalau kau jantan, tunggu saya di mana kau mau," hardik Zainal. Suaranya makin keras sehingga mengundang perhatian karyawan. Tapi tak ada yang berani masuk. Zukri ingin tahu duduk perkara yang jelas sambil merangkul bahu sejawatnya itu. Eh, dibentak lagi. "Duduk! Kau duduk di situ. Ini peringatan terakhir kalau kau memang ingin kenal siapa aku," seru Zainal lagi. Berkipas juga daun telinga Zukri, akhirnya. "Oke, saya memang lelaki," sahutnya sambil melangkah ke halaman kantornya. Kedua alumni Universitas Andalas itu siaga bagai dua ayam jantan siap berlaga. Bersuluh matahari, bergelanggang mata orang banyak, dua pejabat itu bersitegang urat leher, tarik-menarik sampai di jalan raya, sekitar 60 meter dari kantor Bupati Sawahlunto Sijunjung. Makin ramai orang menonton "pertunjukan langka" ini, sampai kemudian ada yang melerai. Hubar-habir itu terjadi rupanya berkat "si panjang lidah". Sebagai pejabat baru di sana, Zukri yang berperawakan jangkung berambut keriting itu perlu memperkenalkan diri. Misalnya, di depan pejabat Muspika, lelaki asal Maninjau, Kabupaten Agam, ini secara lengkap menyebutkan, "Anak saya cuma tiga." Tidak disangka ada karyawannya (juga bekas karyawan Zainal) "menukangi" ucapannya itu. Khusus tentang jumlah anak, dipoles jadi menyindir Zainal yang punya anak enam. Sebagai orang BKKBN, bagaimana bisa mengajak orang kalau anak sendiri lebih banyak. "Lihat pejabat BKKBN yang lama, anaknya sampai enam," begitu konon hasil rekayasa yang ditelan bulat-bulat oleh Zainal, hingga mesti pamer otot tadi. Kedua pejabat bersafari biru gelap itu dipanggil dr. Hasnil Manan Kepala BKKBN TK I Sum-Bar di Padang, awal Agustus lalu. Pertarungan disudahi dengan salaman. "Saya malu sekali, surat kabar memberitakan orang sekorps bertinju. Padahal, tak benar kami sampai baku hantam," kata Zukri Marzuki kepada Fakhrul Rasyid dari TEMPO. Kejadian ini tentu bisa jadi "PR" Pengurus Korpri: bagaimana kalau sesama pegawai bertikai, dan tingkatnya sudah bukan lagi sekadar saling menyeringai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus