PARA pejabat pemerintah kotamadya Banjarmasin masih sering
murung kalau memikirkan bagaimana membenahi kawasan Ujung Murung
sampai ke mulut jembatan Coen, persis di hidung bioskop Dewi
itu. Pernah terlintas, jalan tersebut akan dijadikan jalur
hijau. Tapi entah kenapa, tak terlihat kesungguhan
mewujudkannya. Pernah pula pagar besi dan lampu neon, ramai
dipajang di sana. Sekarang ini, jangankan pepohonan yang rimbun
atau bunga-bunga segar terpajang di sana, pagar yang telah
dipasang itu saja ke mana menghilang, tak ada yang tahu. Hingga
neon-neon yang kebetulan belum kena usik, buru-buru dicopot.
Dan siapa lagi yang dengan girang menggunakan keadaan tak
menentu tersebut, kalau bukan bunga-bunga jalanan alias para
WTS. Bila malam telah larut, di kawasan yang strategis itu,
berlangsung hiruk pikuk perdagangan perempuan pelacur. Bila
kecocokan harga sudah didapat, pasangan-pasangan yang
berkepentingan akan langsung menyelinap ke kolong jembatan Coen.
Di kolong itu sudah siap jukung-jukung yang dilengkapi dengan
ruangan berkajang. Berfungsi sebagai kamar. Dengan ilustrasi
gemercik riak air atau kecopak dayung atau deru kelotok berlalu,
pelepasan hajat pun konon berlangsung secara "alamiah". Tapi
menyewa atau mengontrak jukung-jukung itu terbilang kelas
murahan. Sebab yang kelas tinggian tentunya tak di sana. Atau di
rumah-rumah liliput yang berjejer sepanjang pinggiran Ujung
Murung. Tapi entah di mana.
Di Mana Penampungan?
Tentu saja para yang berwenang tak bisa tinggal diam. Mula-mula
mengusir mereka secara halus, dengan memasang lampu mercury.
Kemudian menggerebegnya. Karena masih tetap banyak yang nekad
dan melakukannya dengan mengendap-endap atau kucing-kucingan.
Dengan alat pemukul di tangan para Kamtib mengobrak-abrik
rumah-rumah liliput dan mengusir jukung-jukung yang berkerumun
di kolong jembatan Coen. Tak cuma di siang hari. Karena biasanya
malam hari toh kembali hiruk-pikuk terjadi. Bankan April kemarin
dilakukan razia besar-besaran. Sekitar 53 gelandangan dan 49 WTS
terciduk. Setelah diperiksa, 7 pelacur dijatuhi hukuman,42
lainnya dilepas.
Tapi kemudian timbul masalah lain. Akan diapakan para
gelandangan yang sementara ditumpuk di markas Komres 1301 itu?
Sebab sampai sekarang Pemda Kodya Banjarmasin tak memiliki
tempat penampungan khusus kaum gelandangan,seperti diakui
Zakaria Saberan. Humas Pemda Banjarmasin. Meski menurut Zakaria,
"pernah kami adakan di Liang Anggang dan di Sungai Paring
menumpang di panti wreda, tapi tak berhasil". Karena, "setelah
ditampung, ada fihak keluarganya yang minta kembali". Tentu saja
ia takkan mengakui, bahwa para gelandangan itu banyak yang kabur
karena tak betah. Hingga hasil razia bulan April pun terpaksa
dilepas kembali. Dan kembali pulalah suasana di sepanjang Ujung
Murung dan kolong jembatan Coen itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini