Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Bulan-bulan merosot

Kegiatan ekspor dan impor di pelabuhan jambi menurun. kelesuan tersebut akibat menurunnya keluar masuk barang ke & dari daerah jambi. kelesuan akibat pengaruh pemberantasan penyelundupan di jambi. (dh)

26 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA lesu tengah mencekam perusahaan-perusahaan pelayaran di daerah Jambi. Sebab kapal-kapal yang biasa meramaikan kawasan pelayaran Line S4 RLS (Reguler Liner Service) Jambi- Singapura PP,ruangan-ruangannya cuma bisa terisi sekitar 40% saja. Sedang sebaliknya Singapura-Jambi terisi tak lebih 10% saja. Ini terjadi sejak awal tahun ini. Tentu saja Sarwo Sudibyo, Ketua INSA Cabang Jambi mengeluh. Apalagi Sarwo teringat tatkala Juli 1975 ketika kapal-kapal berbendera Panama tak diizinkan melayari jalur-jalur pelayaran di Indonesia, para pengusaha crumb rubber ramai mengeluh kekurangan ruang kapal, hingga produksi karet waktu itu banyak menumpuk. Belum jelas apa yang menyebabkan menyusutnya muatan kapal-kapal tadi. Tapi catatan yang terdapat pada Badan Pengusahaan Pelabuhan Jambi memperkuat keluhan ketua INSA tadi. Di sana bisa dilihat ekspor melalui pelabuhan Jambi sejak Januari sampai dengan April merosot. Rata-rata cuma mencapai 6 ribu ton. Meski angka-angka itu belum termasuk ekspor kayu log dan karet. Sebab jumlah ekspor karet lebih jelas angkanya menurun: dari Januari sampai dengan April cuma mencapai sekitar 21 ribu ton atau rata-rata 5 ribu ton sebulan. Sedang tahun sebelumnya untuk bulan-bulan yang sama rata-rata di atas 7 ribu ton. Begitu juga impor di bulan-bulan Januari sampai dengan April jauh merosot, terutama impor barang-barang yang termasuk general cargo. Impor jenis ini selama 4 bulan pertama tahun 1976 ini tercatat sekitar 230 ton. Sedang impor di tahun 1975 rata-rata di atas 1000 ton per bulannya. Bahkan di bulan Maret lalu. sama sekali tak ada barang yang diimpor. Padahal kapasitas muatan 5 kapal yang bertonase di atas 2.500 ton itu untuk sekurang-kurangnya 3 kali sebulan melayari jalur pelayaran tersebut, tak kurang dari 15.000 ton. Tak mengherankan bila kapal-kapal tersebut sekarang-sekarang ini akan tampak oleng kurang muatan. "Tapi kita tidak dapat memaksakan si importir supaya mengimpor lebih banyak". tukas Letkol (L) Sunardjo. Adpel Jambi. Tentu saja baik sang Adpel atau Ketua INSA tak mau menghubungkan kelesuan tersebut dengan hiruk pikuknya kegiatan pemberantasan penyelundupan di saat-saat ini. Sebab dugaan orang memang ada kaitannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus