Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ketika pemadam kebakaran belum ...

Pasar blauran baru di surabaya terbakar akibat korsluiting listrik pada saat masyarakat berbelanja menjelang lebaran. amukan api sulit dilawan, karena kurangnya unit pemadam api & jalan-jalan yang sempit.(kt)

2 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PASAR-PASAR besar di Surabaya masih jadi inceran api. Runtuhan Pasar Turi Baru yang terbakar Mei lalu masih jelas terlihat. Pasar Blauran Baru hangus pula ditelan api pertengahan bulan lalu, pada saat-saat warga Kota Surabaya sedang berbelanja menjelang lebaran. Tak kurang dari 747 kios di pasar bertingkat 2 itu habis, berikut puluhan toko dan beberapa tempat tinggal di sekitarnya. Kejadian itu justru pada saat warga kota sedang menunggu-nunggu jawaban dari Pemerintah Pusat akan permintaan Walikota Suparno agar Surabaya diberi tambahan unit mobil pemadam kebakaran. Tapi dalam kebakaran menjelang berbuka puasa itu amukan api sulit dilawan bukan saja karena unit pemadam serba kurang, tapi juga Pasar Blauran Baru dikelilingi perkampungan penduduk dengan jalan-jalan dan lorong sempit, sehingga beberapa keluarga penghuni perkampungan itu diungsikan karena rumah mereka turut terbakar. Menurut Walikota Surabaya, Suparno, keadaan jalan serupa itu telah mempersulit mobil-mobil pemadam kebakaran masuk sehingga api baru dapat dipadamkan hampir 10 jam kemudian. Untung bahwa toko serba-ada Wijaya yang ada di dekat pasar itu mempunyai persediaan air dan peralatan khusus untuk melawan kemungkinan terjadi kebakaran. Ada beberapa orang petugas pmadam kebakaran yang pingsan saat memadamkan api. Ternyata mereka berpuasa. Menurut pihak Kepolisian Kotabes Surabaya, api berasal dari korsluiting listerik di Toko Meracang di lantai I pasar itu. Beberapa hari sebelumnya pemilik toko ini telah menyuruh instalatir membetulkan aliran listeriknya karena si pemilik ingin memasang kipas angin yang bervoltase 110. Padahal listerik di Pasar Blauran Baru mempunyai tegangan 220 volt. Sialnya, menjelang kejadian si pemilik toko lupa mematikan aliran listeriknya sewaktu ia menutup toko pada saat-saat istirahat. Diduga inilah penyebab kebakaran itu. Bersama beberapa orang lainnya pemilik kios Meracang telah ditahan pihak Kepolisian. Tak Diasuransikan Tahun 1966 Pasar Blauran (lama) pernah terbakar pula. Karena keadaannya yang sudah serba tua, tahun 1975 pasar itu berwajah baru sehingga bernama Pasar Blauran Baru. Sampai saat hangusnya pertengahan bulan lalu, 60% pedagang di pasar ini terdiri dari mereka yang bermodal lemah. Walikota Suparno memperkirakan akibat kebakaran tadi kerugian bangunan saja meliputi nilai Rp 800 juta -- dan bangunan pasar ini tidak diasuransikan. Belum lagi nilai kerugian barang-barang dagangan yang hangus, Justeru pada saat para pedagang berusaha menumpuk jualannya menjelang hari-hari lebaran. Walikota Suparno agaknya tak begitu khawatir akan kelanjutan rezeki para pedagang Pasar Blauran Baru. "Akan ditampung di pasar-pasar yang masih kosong," ujar Suparno. Sebab menurut Walikota ini masih ada beberapa Pasar Inpres yang kosong. Di pasar-pasar itulah untuk sementara para pedagang eks Hauran ditempatkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus