COLT Kampus yang diprakarsai Bagian Transportasi UGM sejak
1972, awal Agustus tadi secara resmi dihapus. Dengan demikian
angkutan kota yang menjadi kebanggaan mahasiswa sekaligus
kenangan manis warga Bulak Sumur itu, sudah hilang dari
peredaran.
Tapi ini bukan berarti colt station mini yang lincah itu
menghilang dari keramaian kota. Yang turun hanya tulisan
"Kampus" di kaca depannya. Tulisan itu kini diganti dengan
nama-nama jalan yang dilalui oleh rute bus mini itu serta kode
untuk daerah yang dilalui. Ada empat rute yang masing-masing
tidak lebih dari 20 km. Untuk membedakannya disebut saja rute A,
B, C dan D.
Masing-masing tak boleh melanggar rute yang telah ditentukan
baginya. Ketika masih berembel "Kampus", semua jenis kendaraan
mini angkutan kota ini melalui rute seenak penumpang. "Bahkan
ada colt kampus yang tak menuju Bulak Sumur, tapi cari muatan ke
Bantul," kata seorang petugas DLLAJR. Karena itu dalam
permohonan izin baru awal Agustus ini, ditentukan pula trayek
masing-masing. Yang tidak ada izin trayeknya--artinya di luar
colt ABCD-dipersilahkan minggir ke luar kota.
Angkutan kota untuk masyarakat Yogyakarta ini, dengan begitu
telah ditata. Namun sayang sekali, kesadaran pengemudi kurang
kuat. Sering terjadi pelanggaran rute. Istilah kalangan DLLAJR
saling membajak. Umumnya disebabkan adanya daerah basah dan
kering. Korban tentunya penumpang. Karena jika kendaraan mini
ini membajak rute lainnya dan di sana ada petugas kontrol, para
penumpang dipersilahkan turun dan kendaraan balik ke daerah
operasi asalnya.
Adapun pembagian rute ditentukan sebagai berikut. Daerah A:
Kampus Malioboro-THR-Taman Siswa pp. Yang B:
Kampus-Malioboro-Tamansari-JI. Magelang (lewat hotel Maerakaca)
pp. Rute C: Kampus-Rahayu-Taman Siswa-Kridosono pp. Yang D:
Kampus - Rahayu Timoho - Pugeran - Kridosono pp. Daerah operasi
ini memang berpangkal dari kampus Bulak Sumur, tapi toh di
sepanjang jalan Malioboro paling sering terjadi rebutan. Bukan
saja antara A dan B, juga kadangkala C nyelonong.
Penataan angkutan kota ini nampaknya adalah langkah awal dari
rencana Pemda Kodya Yogyakarta untuk menjajagi sampai sejauh
mana di kota ini perlu bis kota yang lebih besar. Di samping itu
jumlah colt mini selama ini terlampau banyak dan menyebabkan
lalu lintas semakin semerawut. Data yang terbaca di bagian
perizinan DLLAJR DIY menyebutkan jumlah kendaraan ini 131 buah.
Tapi petugas di bagian Inl menyebut, yang tergolong liar hampir
sejumlah itu pula.
Kepala Sub Bagian Perizinan DLLAJR DIY, Sarjono, memang pernah
mengungkapkan perlunya bis kota yang lebih besar beroperasi di
Yogya ini. Bahkan disebut-sebut kalangan perbankan bersedia
memberikan kredit untuk pengadaan bis. Karena kalau bis itu
dikelola oleh Pemda, masalah dana menjadi hambatan. Pihak
swastalah yang akan ditampilkan dalam mengelola angkutan di
dalam kota.
Sarjono mengungkapkan suatu rencana matang sudah dipersiapkan.
Sebagai ancer-ancer, akhir tahun 1978 ini diperkirakan bis kota
yang lebih besar sudah mulai muncul. Bahkan jumlahnya pun
diperkirakan sudah cukup banyak, yakni 70 buah untuk menjelajahi
empat rute itu. Tapi sampai sejauh mana rencana ini akan
terwujudkan sulit untuk dijawab sekarang. Karena ada dua masalah
yang mengganjal. Pertama badan hukum dari pihak swasta itu --
yang disarankan dalam bentuk koperasi. Kedua, si pengelola bis
kota itu wajib pula memperhatiikan colt ABCD (d/h: Kampus) agar
yang terakhir ini tidak memprotes.
Sementara itu pihak penguasa bis sudah menggelitik Pemda dan
kalangan swasta. PT Star Motors Indonesia misalnya, bulan lalu
menyelenggarakan pameran kendaraan Mercedes Benz di halaman
parkir Ambarukmo Sheraton. Yang dipamerkan adalah bis
berkapasitas tempat duduk 24 orang. "Pameran ini diselenggarakan
pada saat Yogya membutuhkan angkutan kota berupa bis," kata
Peter S. Tayu dari Star Motors, waktu itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini