Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Aku impikan sebuah mesjid

Bimbo bekerjasama dengan penyair taufik ismail membuat lagu-lagu untuk kaset berjudul qasidah'78. berisi lagu-lagu balada para nabi. irama musiknya, gabungan antara padang pasir dan lantai disko. (ms)

2 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKU impikan sebuah mesjid dengan menara yang tinggi/dengan suara azan yang lepas/itu yang kucari sejauh ini," tulis penyair Taufiq Ismail untuk sebuah lagu yang dikarang oleh Sam, Bimbo. Ini kesekian kalinya seniman yang dokter hewan itu menuliskan lirik religius untuk grup ini tak kurang dari 7 buah, untuk kaset berjudul 'Qasidah '78' yang dikeluarkan Remaco. Dibanding kerjasama mereka yang pertama, sekongkol Bimbo dan Taufiq kali ini kelihatannya lebih beres. Kalau dulu antara keduanya masih terlihat kemauan mencocok-cocokkan dari lirik lantaran lagu sudah diciptakan terlebih dahulu, kini lirik menjadi lebih penting. Untuk baris kata "Dari sebuah mesjid di atas bukit, terdengar suara memanggil manusia" (Aku Impikan Sebuah Mesjid) terasa musiknya berusaha menopang kemauan kata. Suara Sam yang membawa dan menciptakan lagu itu berusaha melayani dengan baik, sehingga lirik jadi menonjol. Khotbah Berlainan dengan rekaman pertama, irama musik dalam kaset ini jua merupakan perkawinan antara irama padang pasir dan lantai disko. Dikombinasikan dengan serasi, sehingga meskipun tercium bau religius ia tidak kehilangan unsur pop Suara bas yang mendebur dan irama pop yang manis mendapat pertolongan pula karena teknik perekaman lumayan. Kecuali lagu berbau contekan Pinjaman Tanpa Bunga -- ditulis oleh Jaka, terasa terlalu didominir lantai disko -- kaset ini sempat melemparkan sesuatu yang pantas dicatat, setidak-tidaknya untuk suasana Ramadhan Bimbo mengerjakannya dengan perhatian yang penuh. Tidak sebagaimana terhadap kaset 'Sepak Bola' yang kering itu. Sam yang mendominir penampilan kali ini, dengan suaranya yang empuk dan banci, mengalir dengan penuh perasaan disertai improvisasi yang mengharukan. Aneh, mencurigakan dan sayang, Acil sama sekali tidak diberi kesempatan menyanyi Acil yang memiliki potensi suara paling meyakinkan pasti akan mengangkat kaset ini lebih baik. Dalam lagu Ibu Yang Merebus Air & Batu, kita sempat dibuat terharu. Didahului prolog oleh Iin, Sam menceritakan kisah seorang ibu miskin yang terpaksa memasak air dan batu untuk mengalihkan perhatian anaknya yang lapar. Dalam lagu di atas kita kembali teringat peranan Taufiq. Meskipun lirik lagu Jangan Tolak Kenikmatan memang cenderung menganjurkan orang untuk shalat, lirik-lirik lainnya lebih merupakan ucapan rasa haru. Berbeda sekali misalnya dengan lirik lagu-lagu religius yang diproduksi Orkes Gambus Awara -- pimpinan S. Achmad -- yang dikeluarkan sebagai kaset oleh perusahaan kaset Indra. Di samping iramanya dang-dut, lirik di situ terasa datar, karena lebih merupakan informasi, berita-berita moral dan kotbah. "Menulis lirik lagu memang tidak sama dengan menulis puisi biasa. Ada batasan-batasan, tapi saya tidak merasa kebebasan saya dibatasi," tutur Taufiq. Kerjasama penyair dengan penulis lagu ini dimulai pada waktu diselenggarakannya Pertemuan Sastrawan di TIM tahun 1974. Waktu itu beberapa orang penyair menyerahkan sajaknya kepada Bimbo untuk dinyanyikan. Di antaranya sajak Taufiq. Malam penampilan sajak oleh Bimbo tersebut kemudian dilanjutkan dengan kerjasama lagu-lagu kasidah antara Bimbo dan Taufiq. Hubungan dilanjutkan lagi dengan rekaman 'Balada Para Nabi' di mana Taufiq menuliskan sebuah lirik untuk hampir setiap Nabi. Sebagai penyair, Taufiq sangat terkesan oleh penggarapan lirik Nabi tersebut. Prosesnya juga sama saja dengan kerjasama sebelumnya, yakni Bimbo terlebih dahulu menuliskan lagu. Direkam dalam kaset, hanya dengan suara gitar dan gumam. Taufiq kemudian menuliskan liriknya. Tetapi ini didahului dengan diskusi-diskusi sebelumnya, sehingga arus yang sama sudah mengalir. "Saya siap untuk melakukan kompromi sesuatu yang barangkali tidak suka dilakukan penyair lain," ujar Taufiq. Dua Kribo Dalam menggarap lirik Nabi Sulaiman, Taufiq sempat memberikan interpretasi bahwa, Nabi agaknya sudah melakukan perjalanan memakai pesawat terbang. Ini mengingat bahwa Nabi juga seorang arsitek yang hebat yang rnembuat rumah bertingkat dari besi dan baja. Lalu terhadap Nabi Daud, yang dianggap Taufiq paling seniman dari semua Nabi, ia sengaja minta kepada Sam Bimbo untuk menuliskan lagu yang paling indah. Dan tatkala Sam kemudian mengerjakannya, Taufiq menulis lirik menarik. Betapa sebuah gunung mendekat apabila Nabi memandangnya. Betapa burung-burung menghampiri pundak Nabi kalau beliau main musik. Dan betapa burung-burung itu pingsan dan jatuh lemas, tatkala nyanyian selesai. "Untuk kalangan yang fanatik, apa yang kami lakukan sesungguhnya sudah tergolong berani," ujar Taufiq. Untunglah kerjasama tersebut tidak perlu mendengar ocehan dari produser kaset, sehingga Taufiq tidak terganggu bekerja. Kebetulan terhadap Bimbo sang produser memberikan kebebasan yang luas sekali. "Balada Para Nabi, bagi saya merupakan kerja sama yang paling memuaskan," ujar Taufiq. "Tapi Qasidah '78 ini pun menarik, karena rupa-rupanya Bimbo berusaha sekali untuk mencoba setia kepada lirik. Dalam hal ini ia sangat toleran." Proses 'Qasidah '78, berbeda dengan sebelumnya. Kali ini lirik ditulis terlebih dahulu. "Sekarang saya tahu tidak semua puisi bisa dijadikan lirik," ujar Taufiq. "Rupa-rupanya yang diperlukan adalah puisi yang lebih mirip kepada pantun." Ditanya apakah ia menganggap lirik lagu itu sebagai puisi yang setaraf dengan puisi-puisinya yang ia terbitkan, sang penyair menjawab, tidak. "Bagaimanapun lirik lagu sudah terikat, sedang puisi adalah pengalaman yang amat personal," jawabnya. Penyair ini tidak hanya bekerja sama dengan Bimbo. la juga menulis lirik lagu Dua Kribo. Lirik yang sama sekali berbeda karena ia menghadapi irama cepat dan konsumen yang lain. Sambil tersenyum simpul, dokter hewan ini mengatakan bahwa apa yang dilakukannya ia harapkan dapat sedikit membantu lirik-lirik lagu pop, yang selama ini tak karuan mutunya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus