Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Dirut Transjakarta mengklaim berani beri sanksi pejabat yang tak menjalankan fungsi pengawasan terhadap operator.
Kepolisian akan memantau proses rekrutmen, pelatihan, hingga pengawasan pramudi di Transjakarta.
Serikat pekerja mengkritik kebijakan Transjakarta yang melakukan efisiensi dengan mengutamakan keuntungan.
JAKARTA – Kinerja PT Transportasi Jakarta mendapat sorotan setelah terjadi rentetan kecelakaan yang melibatkan bus Transjakarta. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta menilai perusahaan milik pemerintah DKI itu tidak serius dalam membenahi sistem operasionalnya sehingga kecelakaan selalu berulang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Perlu dicatat, banyaknya kejadian (kecelakaan) itu, maka harus ada perombakan organisasi,” ujar Ketua Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Jakarta, Abdul Aziz, dalam rapat kerja bersama Dinas Perhubungan dan direksi PT Transportasi Jakarta, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah rapat, Direktur Utama PT Transjakarta, Mochammad Yana Aditya, mengatakan permintaan DPRD itu akan menjadi perhatian. Manajemen segera memulai audit internal, termasuk terhadap operator bus yang menjadi mitra perusahaan. “Kalau memang ada yang bersalah, pasti kami tindak,” kata Yana. “Sekarang kami butuh bukti untuk mengambil tindakan.”
Dalam audit internal ini, kata Yana, Transjakarta akan mengevaluasi sistem manajerial di lingkungan perusahaan. Setiap bagian akan diperiksa untuk memastikan bahwa manajemen telah menjalankan tanggung jawab sesuai dengan fungsi masing-masing. Mekanisme pengawasan terhadap 12 perusahaan operator bus juga bakal diaudit.
Yana menambahkan, secara paralel, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan dimintai bantuan untuk memeriksa aspek keamanan dan keselamatan dalam operasional Transjakarta. Sebab, berdasarkan hasil penyelidikan, kepolisian menyebutkan faktor utama kecelakaan bus Transjakarta adalah human error, terutama karena kelalaian pengemudi.
Petugas duduk depan bus Transjakarta yang menabrak separator busway di Bundaran Senayan, Jakarta, 3 November 2021. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
KNKT juga akan memeriksa standar keselamatan pada setiap armada yang beroperasi. Bus Transjakarta pernah dilaporkan mengalami kendala mesin, meski hal itu jarang terjadi. Hasil audit KNKT itu bakal dijadikan acuan untuk membenahi manajemen ataupun fasilitas pendukung operasional Transjakarta.
Kepala Divisi Sekretaris Korporasi dan Humas PT Transjakarta, Angelina Betris, menambahkan, seluruh jalur dan koridor bus juga perlu dibenahi. Misalnya di Jalan Raya Taman Margasatwa, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Jalur itu belum dilengkapi lampu penerangan jalan dan jembatan penyeberangan. “Pengemudi menyampaikan bahwa buruknya penerangan jalan di lokasi tersebut menjadi salah satu faktor kecelakaan,” ujar Angelina.
Insiden teranyar terjadi pada Senin malam lalu. Bus Transjakarta milik operator Steady Safe dengan nomor lambung SAF305 menabrak pejalan kaki hingga tewas. Korban saat itu tengah menyeberangi jalan melalui jalur khusus bus Transjakarta. Pengemudi bus kurang awas karena kondisi tempat itu memang gelap.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo, meminta Transjakarta memperbaiki sistem manajerial terhadap pramudi mereka. Transjakarta juga harus menerapkan prosedur operasional standar yang ketat untuk memastikan pengemudi memiliki kemampuan yang mumpuni. Kondisi fisik pengemudi juga harus dipastikan benar-benar sehat saat menjalankan tugas.
Polda pun berencana meninjau proses rekrutmen, pelatihan, dan pengawasan terhadap pramudi setiap operator bus Transjakarta. “Satu dua hari ke depan, saya akan bertemu dengan Dirut Transjakarta," kata Sambodo.
Pramudi Transjakarta berhenti di halte Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, 7 Desember 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat
Kepala Dinas Perhubungan DKI, Syafrin Liputo, mengatakan Transjakarta perlu membangun sistem teknologi modern untuk mengawasi kinerja pramudi bus Transjakarta. Gagasan itu sebenarnya sudah direncanakan sejak dua tahun lalu, tapi belum sempat terealisasi. "Teknologi itu bisa mendeteksi pengemudi yang memang capek atau konsentrasinya berkurang," ujar Syafrin.
Ketua Serikat Pekerja Transportasi Jakarta (SPTJ), Jan Oratmangun, menilai Transjakarta bisa memperbaiki keamanan layanan dengan kembali berfokus pada pemberdayaan karyawan ataupun sumber daya manusia. Dalam beberapa tahun terakhir, kata dia, Transjakarta dan operator hanya berorientasi pada keuntungan.
Berdalih efisiensi, kata Jan, Transjakarta mengurangi jumlah petugas pengendali tiap koridor dari tiga menjadi satu orang. Setiap armada bus juga tak lagi memiliki kondektur yang bertugas menjaga pintu. Sebagai perusahaan negara bidang pelayanan, menurut dia, Transjakarta seharusnya mementingkan terpenuhinya standar pelayanan minimum dibanding keuntungan. "Bagaimana masyarakat mau naik bus Transjakarta kalau kualitas layanannya buruk, tidak aman, dan tidak nyaman?" kata dia.
FRANSISCO ROSARIANS l JULNIS FIRMANSYAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo