Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Lebih Aman di Kampung Virus

Sebanyak 59 negara menutup pintu untuk warga Indonesia. Pemerintah gencar melobi buat kepentingan bisnis.

5 September 2020 | 00.00 WIB

Petugas imigrasi Malaysia memeriksa suhu tubuh penumpang yang baru mendarat di bandara Sepang, Malaysia,  Maret 2020. Reuters/LLim Huey Teng
Perbesar
Petugas imigrasi Malaysia memeriksa suhu tubuh penumpang yang baru mendarat di bandara Sepang, Malaysia, Maret 2020. Reuters/LLim Huey Teng

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Sejumlah warga Indonesia terpisah dari kerabatnya di luar negeri karena wabah Covid-19.

  • Ada 59 negara yang khawatir pendatang asal Indonesia bisa menularkan virus.

  • Penanganan pandemi di Indonesia menjadi sorotan dunia internasional.

HAMPIR setengah tahun Kharisma Larasndaru memendam rindu kepada suaminya, Anugrah Wahyudi, yang berada di Kuala Lumpur, Malaysia. Sejak pertengahan Maret lalu, perempuan 30 tahun itu meninggalkan Anugrah, yang bekerja sebagai ahli teknologi informasi di salah satu perusahaan di negeri jiran, untuk menemui anak mereka yang dititipkan ke orang tuanya di Pekayon, Bekasi, Jawa Barat.

Tak lama setelah dia pulang, pemerintah Malaysia menutup pintu bagi orang asing akibat wabah virus corona. Meski larangan itu dicabut pada awal Juni lalu, Laras—panggilan Kharisma Larasndaru—memilih tak ke Malaysia karena harus menanggung biaya karantina yang cukup tinggi. Dia kembali mengandalkan video call untuk berjumpa secara online dengan Anugrah. “Yang paling kangen anak saya karena sejak November 2019 tidak ketemu,” kata mantan karyawan swasta di Malaysia ini.

Belakangan, Anugrah mengabarkan bahwa pemerintah Malaysia membolehkan isolasi pendatang dari luar negeri dilakukan di rumah masing-masing. Laras pun mengurus visa tinggal atau spouse visa melalui kantor suaminya dan kedutaan sejak Juli lalu. Belum juga berkas selesai, pemerintah Malaysia pada akhir Agustus lalu mengeluarkan larangan masuk bagi warga negara Indonesia, Filipina, dan India. Laras pun langsung lemas. “Entah kapan kami bisa berjumpa lagi,” ucapnya.

Larangan tersebut baru disampaikan Menteri Pertahanan Malaysia Ismail Sabri Yaakob pada Selasa, 1 September lalu, dan berlaku mulai Senin, 7 September. Pemerintah Malaysia menilai kasus positif Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 di tiga negara itu meningkat tajam. Saat itu, ada lebih dari 187 ribu kasus positif di Indonesia, dengan lebih dari 7.800 orang meninggal. Pemerintah setempat tak ingin pendatang dari tiga negara itu menulari warga Malaysia.

Koordinator Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur, Agung Cahaya Sumirat, menyebutkan selama pandemi corona banyak pekerja asal Indonesia memilih tak kembali ke Tanah Air. Sebab, kata Agung, mereka bakal lebih sulit lagi kembali ke Malaysia. Belakangan, Malaysia juga melarang pendatang dari semua negara yang memiliki 150 ribu kasus positif Covid-19.

Sehari setelah pengumuman itu, Kementerian Luar Negeri memanggil Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Zainal Abidin Bakar. Dalam wawancara khusus dengan Tempo pada Jumat, 4 September lalu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengaku mengutus Direktur Jenderal Asia-Pasifik dan Afrika Desra Percaya untuk meminta penjelasan. Zainal Abidin menyatakan telah menjelaskan soal kebijakan pemerintah Malaysia. “Kami juga membicarakan kerja sama bilateral lain untuk bersama-sama menangani pandemi,” katanya kepada Tempo.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Hussein Abri

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, lulusan Universitas Pasundan, Bandung, ini banyak meliput isu politik dan keamanan. Reportasenya ke kamp pengungsian dan tahanan ISIS di Irak dan Suriah pada 2019 dimuat sebagai laporan utama majalah Tempo bertajuk Para Pengejar Mimpi ISIS.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus