Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Kartu Anggota di Teuku Umar

Keluar dari penjara, Ahok memutuskan mengembangkan bisnisnya dan tetap berpolitik. Kerap dikunjungi Megawati di penjara, dia memilih bergabung dengan PDI Perjuangan. Hubungannya dengan Partai Solidaritas Indonesia pun memburuk. Sempat dirayu agar mendukung Prabowo.

15 Februari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Keluar dari penjara, Ahok bertemu dengan sejumlah lawan politiknya.

  • Ahok sempat dirayu agar bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia.

  • Ahok masih berkeinginan menjadi calon presiden.

PERTEMUAN dengan mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia, Gatot Nurmantyo, kerap menjadi agenda mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, belakangan ini. Bersama Gatot, Basuki berencana memulai sejumlah bisnis. “Hampir tiap pekan kami ketemu, mau bisnis ayam,” kata Basuki dalam wawancara khusus dengan Tempo di gedung Pertamina, Jakarta Pusat, Rabu, 12 Februari lalu.

Sejumlah persiapan sudah dilakukan Ahok—panggilan Basuki—dari belajar ternak ayam ke Australia hingga mempersiapkan kandang dan pakan. Ahok bahkan sudah berkunjung ke peternakan ayam milik Gatot di Purwakarta, Jawa Barat. Di sana, Gatot memiliki lebih dari 80 ribu ekor ayam, yang dapat menghasilkan telur sekitar 4 ton per hari. Menurut Basuki, persiapan bisnis itu kini lebih banyak diurus adiknya, Basuri Tjahaja Purnama.

Gatot pun membenarkan kabar bahwa Ahok telah berkunjung ke peternakannya. Dia menilai Ahok tertarik mempelajari bisnis tersebut. “Saya terbuka saja untuk memberi bantuan dan pengalaman,” ujarnya saat dihubungi pada Kamis, 13 Februari lalu. Gatot mengatakan peternakan ayam miliknya merupakan usaha patungan 34 orang. Namun dia menyatakan Ahok tak tergabung dalam usaha tersebut.

Perjumpaan kembali Ahok dan Gatot terjadi berkat seorang pengusaha sebuah restoran cepat saji. Ahok berujar, pengusaha itu mengajaknya bergabung dalam usaha ayam potong. Ahok mengaku berteman dengan Gatot. Menggambarkan kedekatannya itu, ia mengaku pernah satu mobil menuju lahan milik Gatot.

Ahok dan Gatot berseberang jalan menjelang pemilihan Gubernur DKI 2017. Berseragam tentara dan berkopiah putih, Gatot hadir dalam demonstrasi 4 November dan 2 Desember 2016. Dua unjuk rasa besar di Ibu Kota itu menuntut penuntasan kasus penistaan agama yang menjerat Basuki setelah ia mengutip surat Al-Maidah ayat 51 tentang larangan memilih pemimpin nonmuslim. Ahok kemudian divonis dua tahun penjara karena dianggap menodai agama. Ditahan di Markas Korps Brigade Mobil, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, mulai 9 Mei 2017, ia bebas pada 24 Januari 2019.

Tak hanya bertemu dengan Gatot, Ahok juga berjumpa dengan Ma’ruf Amin, yang kini menjabat wakil presiden. Ma’ruf adalah Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia nonaktif yang mengeluarkan fatwa bahwa Ahok menista agama dan ulama. Pertemuan keduanya terjadi pada awal Desember 2019 di Istana. Ahok datang sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) bersama Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Ahok langsung menyambut tangan Ma’ruf dan menciumnya.

Seperti hubungannya dengan Gatot, Basuki menyatakan tak lagi memiliki persoalan dengan Ma’ruf. Menurut dia, hubungan mereka baik-baik saja. Ahok mengaku sudah memaafkan mereka yang pernah menjadi musuh politiknya. “Bagaimanapun, saya ini juga mantan narapidana dengan status penista agama.”

•••

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBELUM keluar dari penjara, Ahok mengaku sempat galau. Pernah suatu kali ia berkeinginan menjadi pendeta. Basuki bercerita, keinginan itu muncul ketika ia mulai menghadapi proses perceraian dengan istrinya, Veronica Tan. “Aku mau buka gereja, terus pelayanan,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Selain ingin menjadi pendeta, Ahok berencana mengadakan talk show di televisi. “Jadi ada unsur entertainment di televisi, sekaligus pelayanan di gereja,” ujarnya.

Menurut dia, pihak Metro TV sudah bersedia membuat program tersebut. Perwakilan Metro TV pun, kata Ahok, sudah mengunjunginya di Rumah Tahanan Mako Brimob untuk membicarakan rencana tersebut. Ahok mengatakan, sebelum dimulai pun, program itu sudah menghasilkan antrean pengiklan. Dia mengklaim program itu bisa menghasilkan iklan hingga Rp 2 miliar sepekan.

Namun, sekeluar Ahok dari penjara, program tersebut ditunda. Pada pertengahan 2019, program itu dipastikan batal. Pemimpin Redaksi Metro TV Don Bosco Selamun tak menjawab pertanyaan yang diajukan Tempo ihwal pembatalan program tersebut. Namun, pada pertengahan Juli 2019, Don Bosco mengatakan program itu memang dibatalkan. “Kami memutuskan tidak tayang saja,” ujarnya tanpa memberitahukan alasannya.

Selama Ahok di penjara, bisnisnya sebenarnya tetap berjalan. Ia memiliki perusahaan bernama PT Basuki Solusi Konsultindo. Beralamat di Lantai 21 Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, perusahaan ini didirikan sebelum Ahok masuk bui. Basuki Konsultindo menjadi konsultan di bidang pertambangan. Ahok juga pernah memiliki usaha tambang pasir di Belitung, tapi belakangan perusahaan itu ditinggalkannya setelah ia memilih berpolitik.

Basuki Tjahaja Purnama pada pembukaan Kongres V PDIP di Sanur, Bali, Agustus 2019. ANTARA/Nyoman Budhiana

Perusahaan itu juga menerbitkan buku-buku yang ditulis Basuki. Buku terakhir adalah Panggil Saya BTP: Perjalanan Psikologi Ahok Selama di Mako Brimob, yang berisi curahan hatinya selama mendekam 625 hari di penjara. Perusahaan tersebut, kata Basuki, diberikan kepada anak-anaknya. “Semua punya anak-anak. Cuma saya bantuin kerja,” ujarnya. Hampir tiap hari dia berkantor di sana.

Tak hanya berbisnis, Ahok memilih tetap berpolitik. Semula ia tak ingin bergabung dengan partai mana pun. Tapi, belakangan, Basuki memilih hijrah ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ia sempat berdiskusi dengan sejumlah orang sebelum akhirnya memutuskan bergabung dengan partai banteng. Menurut Ahok, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri termasuk yang paling sering membesuknya di penjara.

Berdasarkan catatan harian Ahok yang dimuat dalam buku Panggil Saya BTP: Perjalanan Psikologi Ahok Selama di Mako Brimob, Megawati mengunjunginya pada Senin, 23 Oktober 2017. Itu adalah kunjungan keempat mantan presiden tersebut. Dalam buku itu, Ahok menulis bahwa Megawati membawa makanan ringan dan buku karangan John Man, Genghis Khan, Samurai, dan Attila. Keduanya bercengkerama mengenai berbagai hal, termasuk soal kebangsaan.

Kepada Megawati, Ahok menyampaikan keinginannya bergabung dengan PDIP. Ahok juga sempat menyampaikan keinginannya itu kepada Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat. “Kami tidak meminta Pak Ahok, tapi itu keputusan Pak Ahok sendiri,” kata Djarot, yang menjadi pengganti Ahok di Jakarta setelah dia ditahan di Mako Brimob.

Pada hari Ahok bebas dari penjara, dia bertandang ke rumah Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Di sana, Megawati memberikan langsung kartu tanda anggota PDIP. “Welcome,” ujar Basuki menirukan ucapan Megawati.

Ahok menyebutkan memilih PDIP karena partai itu konsisten memperjuangkan keberagaman. Salah satunya dengan menunjuk dia yang beretnis Cina dan beragama Kristen sebagai calon Gubernur DKI. Menjelang pemilihan gubernur, Megawati pun ngotot mencalonkan Ahok meskipun Ketua Umum Partai NasDem Surya Dharma Paloh sempat meminta Ahok mundur di hadapan Presiden Joko Widodo. Pertemuan ketiganya diselenggarakan di Istana Bogor setelah demonstrasi 4 November 2016.

Membenarkan adanya pertemuan tersebut, Ahok bisa memaklumi sikap Surya. “Pak Surya Paloh tidak mau melihat adiknya susah,” ujarnya. Anggota Majelis Tinggi NasDem, Lestari Moerdijat, juga membenarkan permintaan bosnya itu. Ahok kemudian melaporkan pertemuan tersebut kepada Megawati. Berbeda dengan Surya Paloh, Megawati memintanya terus berlaga dalam pemilihan gubernur. Politikus PDI Perjuangan, Bambang Wuryanto, mengaku mendengar cerita soal desakan agar Ahok mundur. “Bu Mega memperjuangkan ideologi partai dengan mempertahankan Ahok,” kata Bambang.

Sebelum bertambat ke PDIP, Ahok mengaku sempat dirayu agar bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia. “Mereka kirim orang ke Mako Brimob untuk berdiskusi soal itu,” ujarnya. Ahok memang sempat dianggap dekat dengan partai yang digawangi Grace Natalie ini. Saat pemilihan Gubernur DKI, PSI pun mengusung pasangan Basuki-Djarot Saiful Hidayat.

Menurut Ahok, PSI berharap bisa mendulang suara 6-7 persen dengan bantuannya. Apalagi pemilih Ahok masih cukup banyak. Basuki mengaku kesal oleh permintaan tersebut. Dia bilang, “Kalian ini, saya sudah masuk penjara masih mau memanfaatkan.”

Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni mengaku pernah membesuk Basuki di penjara. Tapi Juli membantah mengajak Ahok bergabung ke partainya. Juli menilai Ahok butuh dukungan politik yang kuat saat menghadapi proses hukum. “Kami memahami kalau Pak Ahok butuh pohon yang kuat, bukan berlindung di bawah pohon taoge,” ujar Juli.

Keputusan Basuki bergabung dengan PDI Perjuangan membuat PSI kecewa. Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PSI DKI Jakarta Rian Ernest mengatakan kekecewaan kian membuncah setelah Ahok membuat video yang dianggap menyudutkan PSI beberapa hari sebelum pemilihan umum digelar. Dalam video itu, Ahok mengajak masyarakat memilih PDIP. Ia menyatakan tak akan mengulangi kesalahan yang sama seperti saat berada di Partai Indonesia Baru, yang tak lolos ambang batas parlemen. Ahok tak ambil pusing soal hubungannya dengan PSI. Menurut dia, hubungannya dengan PSI baik-baik saja.

Di dalam penjara pun, Ahok tetap dianggap menjadi magnet pendulang suara. Setelah Joko Widodo menunjuk Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden, seorang polisi berpangkat komisaris besar dan seorang ulama mengunjunginya di penjara pada 15 September 2018. Keduanya menanyakan dukungan Ahok dalam pemilihan presiden. Mereka menanyakan pula kemungkinan Basuki mendukung Jokowi-Ma’ruf.

Ahok juga mengaku dibujuk adiknya, Fifi Lety Tjahaja Purnama, agar mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. “Dia bilang, saya atau adik laki-laki saya bakal menjadi menteri kalau 02 menang,” ujar Ahok. Mengaku sebagai pendukung Prabowo, Fifi membantah pernyataan kakaknya. “Enggak ada itu,” katanya. “Saya dukung Prabowo karena dia membawa Jokowi dan Ahok memimpin Jakarta.”

Akhirnya, Ahok menjatuhkan pilihan untuk tetap mendukung Jokowi, kawannya yang pernah bekerja sama di Balai Kota. Ahok menolak ajakan mendukung Prabowo dengan mengatakan, “A friend is always loyal.”

Bergabung dengan PDIP, yang juga mengantar Jokowi menjadi Gubernur DKI dan presiden, Ahok berharap partainya bisa menang dalam Pemilihan Umum 2024. Ihwal rencananya berlaga pada 2024, Ahok belum bisa memastikan. Pengamat politik dari VoxPol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menilai peluang Ahok menjadi calon presiden tidak besar. Selain harus mendapat dukungan partai, Ahok nonmuslim. Selama ini, belum pernah ada calon dari kalangan nonmuslim. "Kalau dia bisa menjadi calon presiden, ini fenomena baru."

Mengaku masih berminat menjadi calon presiden, Ahok tak optimistis. “Masalahnya, partai berani enggak mencalonkan saya jadi presiden? Saya kan liability (beban), sudah punya label sebagai penista agama."

DEVY ERNIS, RAYMUNDUS RIKANG, STEFANUS PRAMONO
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus