Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
PADA 1993, saya sempat mengantar pelukis Arie Smit ke Istana Kepresidenan di Bogor, Jawa Barat. Tujuannya untuk melihat koleksi seni rupa yang dipajang di istana itu. Setelah beberapa jam tertegun pada banyak dinding lukisan dan taman patung, ia tidak ingin pulang. “Mungkin saya boleh mewakili teman-teman untuk hormat kepada sang maecenas kesenian, di sini,” katanya, khidmat. Beberapa tahun kemudian, saya mengantar Kwok Kian Chow, Direktur Singapore Art Museum, ke tempat yang sama. Setelah bertandang ia berkata, “Sebagian besar menakjubkan, dan hampir semua koleksi Sukarno! Indonesia harus bangga punya presiden yang juga sekaligus bapak kebudayaan.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo