Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
YUSRIL Ihza Mahendra, 51 tahun, tak begitu suka bila para kolega menyebut dirinya orang muda di kabinet. ”Saya menteri paling tua. Orang yang sama-sama menjadi menteri pada masa saya adalah Presiden dan Wakil Presiden,” kata Menteri-Sekretaris Negara itu tiga pekan lalu.
Yusril, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memang masuk kabinet pada waktu yang sama, yakni pada 1999, di awal pemerintahan Abdurrahman Wahid. Yusril menjabat Menteri Kehakiman, Yudhoyono menjadi Menteri Pertambangan dan Energi, belakangan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Adapun Jusuf adalah Menteri Perdagangan.
Setelah Abdurrahman Wahid tumbang pada 2001, ketiganya juga duduk di kabinet Megawati Soekarnoputri. Yusril tetap pada pos sebelumnya, Yudhoyono menjabat Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, sedangkan Jusuf beralih ke kursi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
Pertautan di kabinet itu pulalah yang kemudian mengikat ketiganya. Mereka sering berdiskusi, membahas kemung-kinan membangun koalisi menghadapi pemilihan presiden pada 2004. Partai Demokrat yang didirikan oleh Yudhoyono dan Partai Bulan Bintang pimpinan Yusril dirancang sebagai penopang utama kekuatan mereka. Dua partai ini pula, ditambah dengan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia pimpinan Edi Sudrajat, kemudian mencalonkan pasangan Yudhoyono-Kalla.
”Pak Yudhoyono, Pak Jusuf Kalla, dan Pak Yusril sejak awal digagas untuk menjadi tiga serangkai,” kata Hamdan Zoelva, politisi Partai Bulan Bintang, yang sejak awal mengikuti proses terbentuknya koalisi ini, Kamis pekan lalu.
Pertemuan ketiganya semakin intensif setelah Yudhoyono mulai disingkirkan dari kabinet. Ia dianggap memanfaatkan jabatan di pemerintahan untuk mengangkat popularitasnya. Puncaknya ketika pada Maret 2004 Taufiq Kiemas, suami Presiden Megawati, menyebut sang menteri sebagai ”jenderal bintang empat yang kekanak-kanakan” karena tak berterus terang akan mencalonkan diri menjadi presiden.
Dalam pertemuan-pertemuan itu, menurut sumber Tempo, mulai disusun pelbagai komitmen. Kepada Jusuf Kalla, Yudhoyono berjanji setelah terpilih akan menempatkannya sebagai semacam kepala staf dalam struktur militer. ”Jadi, wakil presiden tak lagi menjadi ban serep,” kata sumber itu.
Sumber yang lain mengisahkan, Yudhoyono juga membuat komitmen dengan Yusril. Di antaranya, menempatkan Yusril di atas para menteri koordinator. Di dalam komitmen tertulis itu kabarnya juga disebut bahwa Yusril akan selalu dilibatkan dalam berbagai keputusan penting. ”Jadi, Yusril akan menjadi semacam menteri utama,” kata sumber itu.
Sumber itu mengisahkan, karena posisi khususnya itu, Yusril dilibatkan dalam penyusunan kabinet pada awal pemerintahan Yudhoyono. Paling tidak, ia ikut menyusun struktur kabinet, seperti yang dia ungkapkan dalam konferensi pers di kediaman Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, September 2004.
Dimintai konfirmasi soal ini, Hamdan Zoelva membenarkan. Menurut dia, Yusril pernah menunjukkan dokumen itu kepada sejumlah aktivis Partai Bulan Bintang. ”Bisa saya pastikan bahwa komitmen tertulis itu ada,” kata pengacara dan bekas anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu.
Namun Heru Lelono, staf khusus Presiden Yudhoyono, menyatakan bahwa posisi Yusril tak ada bedanya dengan para menteri yang lain. Buktinya, Yusril juga dipanggil ke kediaman Yudhoyono di Cikeas sebelum diputuskan menjadi menteri pada 2004. Heru juga memastikan tak ada hubungan khusus antara Yudhoyono dan Yusril.
Budi Setyarso
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo