Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Koalisi di Rumah Pinjaman

Menempati rumah pengusaha Jan Farid, sekretariat gabungan partai koalisi telah bekerja sejak pekan lalu. Bisa memanggil menteri.

17 Mei 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA ratus meter dari kediaman Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, rumah itu tengah dibenahi. Aroma cat menusuk hidung, tiga pekerja terlihat sedang memperbaiki taman. Di luar tampak gazebo berpayung hijau plus meja-kursi kayu jati. Pepohonan tumbuh subur. Meja-kursi di ruang tamu tertata rapi.

Letaknya di kawasan elite Jakarta: Jalan Diponegoro 43, Menteng. Persis di sebelah rumah itu terletak Kedutaan Italia. Beberapa ratus meter kemudian ada rumah dinas Wakil Presiden Boediono. ”Rumah ini biasanya dipakai Pak Jan menerima tamu,” kata Dwi Novri, yang mengurus kediaman itu, Jumat pekan lalu.

Orang yang dimaksud adalah Jan Farid, bos PT Priamanaya Group, perusahaan properti dan energi. Kini Jan Farid anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Provinsi DKI Jakarta. Kabarnya, ia meminjamkan rumah itu secara cuma-cuma untuk dijadikan sekretariat gabungan partai koalisi pendukung pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jan Farid tidak bisa dimintai konfirmasi. Menurut Wati, sekretarisnya, Jan sedang ke luar kota.

Sekretariat bersama adalah kelanjutan dari dikumpulkannya ketua umum, ketua fraksi, dan 22 menteri dari partai koalisi di rumah Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor, Kamis dua pekan lalu. Yudhoyono menunjuk Ical, begitu Aburizal biasa disapa, sebagai ketua pelaksana harian sementara. Yudhoyono sendiri menjadi ketua sekretariat partai koalisi. Syarif Hasan, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat sekaligus Menteri Koperasi dan Usaha Kecil-Menengah, didapuk sebagai sekretaris.

Jumat pekan lalu digelar pertemuan tertutup pemimpin fraksi partai koalisi di kantor sekretariat gabungan itu untuk membahas rencana kerja. Selain itu, ada Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Taufik Kurniawan, Bendahara Golkar Setya Novanto, Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Musthafa Kamal, dan beberapa lainnya.

Musthafa mengatakan adanya sekretariat membuat koordinasi makin baik. Fraksi-fraksi partai koalisi jadi punya wadah untuk membicarakan, misalnya, rancangan undang-undang yang bakal dibahas Dewan Perwakilan Rakyat. Di kantor sekretariat fraksi-fraksi partai koalisi bisa berdiskusi dengan mengundang pakar. ”Ini biar kerja pemerintah dan DPR efektif,” katanya.

Pekan ini, sepulang dari lawatannya ke luar negeri, Ical bakal memulai kegiatan memegang setir koalisi enam partai propemerintah: Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan. Selasa pekan ini, kata Musthafa, Aburizal akan mengumumkan mekanisme kerja dan wewenang sekretariat gabungan.

Menurut Wakil Sekretaris Golkar Harry Azhar Azis, ada cita-cita sekretariat dibentuk menjadi semacam Barisan Nasional yang dikomandani UMNO di Malaysia. Memang tak mudah karena partai di Indonesia sulit menguasai suara mayoritas sederhana 50 persen plus satu. ”Tapi bukan tidak mungkin kelak koalisi partai benar-benar dilembagakan,” kata Harry.

Menurut Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham, semua aktivitas koalisi selalu bermula dari rapat. Ada tiga jenis pertemuan di sekretariat itu. Pertama, rapat umum dipimpin ketua koalisi Susilo Bambang Yudhoyono, yang membahas gagasan penting dan strategis Indonesia. Kedua, rapat yang dipimpin ketua harian, yang dihadiri rapat pimpinan partai ditambah ketua-ketua fraksi. Dalam rapat ini, jika Presiden setuju, menteri kabinet bisa dipanggil. Ketiga, rapat operasional yang dipimpin sekretaris.

Kesekretariatan melibatkan orang dalam Partai Golkar. Orang yang santer disebut-sebut bakal berperan adalah Rizal Mallarangeng, Ketua Bidang Pemikiran dan Kajian Kebijakan Partai Golkar. Ialah yang disiapkan mengoperasikan sekretariat bersama. Akrab dengan Ical sejak dulu, Rizal dianggap sukses mengelola Freedom Institute, lembaga kajian yang dibiayai Aburizal. Tapi Rizal Mallarangeng menyangkal terlibat. ”Enggak benar itu. Saya enggak ikut-ikut,” katanya.

Sunudyantoro, Dwi Riyanto Agustiar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus